PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
IPA TERPADU


A.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1.    Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan Alam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’  yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural sciense (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berartii,lmu pengetahuan alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Untuk itu dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA merujuk pada pengertian sains yang berarti natural science.
Untuk mendefinisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian sains.
Menurut H.W Fowler IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi di dalam perut bumi dan di luar angkasa baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
Menurut Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Yang pada perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

2.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah.
Menurut Laksmi Prihantoro, mengatakan bahwa hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi.
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu, biologi, fisika dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesisi, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Secara Khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut :
a.    Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b.    Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah
c.    Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi
d.   Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.    
Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu IPA lebih menekankan pada dimensi nilai Ukhrawi¸di mana dengan memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang tidak dapat dibantai lagi yaitu Allah SWT.

3.    Nilai-Nilai IPA
Sekalipun sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA tidak menjangkau nilai-nilai moral atau etika, juga tidak membahas nilai-nilai keindahan (estitika),tetepi IPA mengandung nilai-nilai tertentru bagi masayarakat. Nilai-nilai tersebut ialah sebagai berikut.
a.    Nilai praktis
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat. Kemudian dengan teknologi tersebut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian sains mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
b.   Nilai Intelektual
Metode ilmiah telah melatih keterampilan,ketekunan dan melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya.keberhasilan memecahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual,inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual.
c.    Nilai kependidikan
Artinya, pelajaran IPA merupakna alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai kependidikan yang terkandung dalam IPA adalah sebagai berikut 
1.    Kecakapn bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah
2.    Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan guna memecahkan masalah.
d.   Nilai keagamaan
Suatu pandangan yangh naïf apabila dengan mempelajari IPA akan mengurangi kepercayaan pada Tuhan. Karena secara empiris oaring yang mendalami IPA, makin sadarlah dirinya akan adanya hukum-hukum alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam raya ini dengan Maha Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia membaca, mempelajari dan menerjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya. Albert Einsten berkata: “Sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah lumpuh”.[1]

B.     Hakikat Pembelajaran IPA
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang mahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Merujuk pada hakikat IPA diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
a.    Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah
b.    Keterampilan dan kecakapan dalak mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah
c.    Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitanya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan (Prihantro Laksmi, 1986)
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi bloom bahwa : proses mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan pada pendekatan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

C.    Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
1. Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupu untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasiikasi (Indrawati, 1999).
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (Wahyana, 1997).
Funk (dalam Indrawati, 1999) membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan, yaitu 1) keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) meliputi : observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan inferensi, 2) keterampilan proses terpadu (integrated science process skill) meliputi : menentukan variable, menyusun table data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan eksperimen.
a.    Pengamatan, dilakukan menggunakan indera-indera yang kita punyai, melalui melihat, mendengar, mengecap, meraba dan membau, serta mengorganisasikan objek, mengidentifikasi sifat, mengamati secara kualitatif dan kuantitatif.
b.    Pengklasifikasian, adalah pengelompokan objek-obkjek menurut sifat-sifat tertentu, baik sifat umum dan khusus
c.    Penginferensian, adalah penggunaan apa yang kita amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi, mengaitkan dengan pengalaman dengan pengetahuan dan menjelaskanya.
d.   Peramalan, adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan, didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya, memprediksi dan memberikan alasan tentang hal yang berkaitan.
e.    Pengkomunikasian, adalah mengataka apa yang kita ketahui denagn ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Memaparkan dengan menggunakan suatu media dan lain sebagainya.
f.     Pengukuran, adalah penemuan ukuran dari suatu objek, secara kuantitatif dari objek tersebut.
g.    Penafsiran data, adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan, menyusun data, dan mengikhtisar.
h.    Melakukan eksperimen, adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi.
i.      Pengontrolan variabel, adalah memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu dalam suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor.
j.      Perumusan hipotesis, adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa suatu terjadi.
k.    Pendefinisian secara operasional, adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang kita lakukan atau apa yang kita amati.
l.      Membangun model, adalah membangun prosentase ide, objek-objek, atau kejadian-kejadian secara verbal, mental atau fisik dan menggunakan prosentase tersebut untuk menjelaskan atau menunjukan hubungan-hubungan.

2. Melatih Keterampilan Proses dalam IPA
       Dahar (dalam Indrawati, 1999) mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan proses yang diajrkan dalam pendidikan IPA memberi penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada anak-anak.
Keterampilan proses perlu dilatih/dikembangkan dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut :
a.  Membantu peseta didik belajar mengembangan pikiranya
b.  Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penemuan
c.  Menungkatkan daya ingat
d. Memberikan kepuasan intrinsik nila anak berhasil melakukan sesuatu
e.  Membantu peserta didik mempelajari konsep-konsep sains.

D.    Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
1.    Karakteristik Bidang Kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperiemen, pengamatan, pengamata dan deduksi utuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.ada 3 kemampuan dalam IPA yaitu (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati,  dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban , memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana ” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara – cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

2.    Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI
 IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.   Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga    mempunyai        ciri  khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa   yang tepat dan pasti sehingga  mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
     Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini :
a.    IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti   yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan  kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan            kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan.
b.    IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
c.    IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun dengan   cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
d.   IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan   observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e.    IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk   dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta   prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan     sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi  juga proses perolehan fakta yang    didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk     memprediksi  atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan   proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian karakteristik belajar IPA  dapat diuraikan sebagi berikut.
a.    Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh :  untuk mempelajari pemuaian pada    benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan   alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran kuantitatif yang akurat.
b.    Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c.    Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu       pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu   sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya     berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas. Contoh : pengamatan   untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer.
d.   Belajar IPA seringkali  melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah  (misal seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita  lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh  pengakuan kebenaran temuan yang   benar-benar obyektif. Contoh : sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
e.    Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara- cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.

E.     Konsep Pembelajaran IPA
1.        Landasan Psikologis
Pendidikan merupakan suatu proses untuk menyampaikan pesan kepada anak didik. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran yang dikemas dan disajikan dengan berbagai metode oleh guru. Terdapat dua landasan yang mengacu pada prinsip-prinsip psikologis yang dapat dipergunakan, yaitu (1) perbedaan individual anak didik, dan (2) proses belajar.[2]
Di dalam proses pembelajaran aspek-aspek psikologis yang paling besar pengaruhnya, adalah kognitif, afektif, psikomotoris, perhatian, minat, bakat, dan cita-cita. Pada anak-anak usia SD/MI (7 sampai 12 tahun) sifat-sifat khas yaitu berpikir atas dasar pengalaman yang konkret, mereka belum dapat membayangkan hal-hal yang abstrak. Berdasarkan kenyataan itu dalam pembelajaran IPA MI perlu dirancang dan dilaksanakan suatu metode pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat melihat berbuat sesuatu, terlibat dalam proses belajar, dan mengalami secara langsung hal-hal yang dipelajari.
2.        Landasan Filosofis dan Pedagogis
Landasan filosofis dalam pembelajran IPA MI menyangkut tentang sistem nilai. Menurut pandangan kontruktivisme, bahwa anak diluar sekolah sudah memperoleh banyak pengetahuan, dan pendidikan seharusnya memperhatikan dan menunjang proses alamiah tersebut.
Kedua kerangka tersebut sekaligus menjadi arah pedagogis guru dalam membelajarkan, mendidik, dan menumbuhkembangkan seluruh potensi anak. Bagian pedagogis yang dapat dijadikan rujukan di antaranya adalah konsep ilmu pendidikan dan pembelajaran yang dapat membantu anak mengembangkan segala potensi secara optimal. Beberapa konsep yang dimaksud antara lain:
·      Pendekatan atau metode pembelajaran harus memberi kemungkinan agar anak didik dapat menunjukkan keaktifan penuh dalam belajar (active learning).
·      Proses pendidikan yang diciptakan dari suatu metode harus menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, sehingga anak dapat belajar secara nyaman dan gembira (joyfull learning).

F.     Hakikat Pembelajaran IPA
1.    IPA Sebagai Produk
Merupakan hasil upaya perintis IPA terdahulu dan umumnya berupa fakta,konsep, teori, hukum, prosedur informasi telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku-buku teks dan film-film dokumen dalam bentuk CD atau DVD yang kesemuanya dapat dianggap sebagai body of knowledge.

2.    IPA Sebagai Proses
Makna IPA sebagai proses adalah proses untuk mendapatkan IPA yang dilakukan metode ilmiah. Pada anak-anak usia SD/MI, metode ilmiahdikembangkan secara bertahap, berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh, sehingga harapannya anak-anak SD/MI mampu melakukan penelitian secara sederhana.
3.    IPA Sebagai Pemupuk Sikap
Di dalam konteks pengajaran IPA, sikap dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadeap alam sekitar. Sikap ilmiah yang dapat memungkinkan dapat dikembangkan pada anak-anak usia SD/MI adalah: (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru;(3) sikap kerja sama;(4) sikap tidak putus asa;(5) sikap tidak berprasangka;(6) sikap mawas diri;(7) sikap bertanggung jawab;(8) sikap berpikir bebas;(9) sikap disiplin diri. Sikap ilmiah tersebut dapat dikembangkan tatkala peserta didik melakukan diskusi percobaan, simulasi atau kegiatan observasi lapangan.
G.    Teori Pembelajaran Absolutisme Dan Kontruktivisme
1.    Teori Pembelajaran Absolutisme
Teori absolutisme disebut juga dengan Behavioristik, merupakan teori klasik yang telah diterapkan dalam bidang pendidikan. Teori berprinsip bahwa guru adalah sumber utama pengetahuan bagi peserta didik.
2.    Teori Pembelajaran Kontruktivisme
Prinsip utama dalam kontruktivisme adalah bahwa guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Mereka harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Guru harus dapat memotivasi dan memfasilitasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkannya dengan sadar menggunakan beragam strategi belajar mereka sendiri.
Kontruktivis adalah paradigma pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman diri kita dalam belajar. Pemahaman kita tentang sesuatu bukanlah pemberian orang lain, melainkan kita sendiri yang membangunnya secara bertahap. Masing-masing orang memiliki “cara” atau “model” sendiri dalam memahami sesuatu, yang mungkin berbeda dengan orang lain. Jadi belajar pada dasarnya adalah proses menerima dan mengolah pengalaman-pengalaman baru menjadi pengetahuan baru.
H.    Strategi Inklusi Dalam Pembelajaran IPA
Strategi inklusi dalam pembelajaran IPA dapat diterapksan oleh guru, melalui langkah-langkah yang efektif. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat membantu tercapainya kompetensi yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menerapkan strategi inklusi dalam pembelajaran IPA, meliputi: mengamati siswa-siswi di kelas, libatkan partisipasi aktif di laboratorium, perkecil stereotipe jender dalam sains, perhatikan kondisi kelas besar, mendorong kepercayaan diri peserta didik.
I. Nilai-Nilai Ke-Islaman Dalam Model Pembelajaran IPA MI
Nilai-nilai keislaman yang dapat diadopsi dalam pembelajaran IPA MI meliputi: mukjizat ilmu pengetahuan dalam Al-qur’an menomena geografis dalam Al-qur’an, menomena alam dalam Al-qur’an, ilmu bumi dalam Al-qur’an, awal kejadian makhluk, dan keutamaan negeri-negeri. Enam bagian tersebut dijadikan dasar dalam setiap pembahasan materi IPA, sehingga semua yang diajarkan pada peserta didik dilandasi oleh nilai-nilai islam yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Diyakini seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepedulian umat islam pada IPTEK, nilai yang dapat diadopsi juga berkembang.


[1] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet III, 2011),hlm 138-140
[2] Agus Sugianto, dkk. Pembelajaran IPA MI Edisi Pertama, (Learning Assistance Program for Islamic School Pendidikan Guru MI,2009)

0 Response to "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel