PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Thursday, July 18, 2013
Add Comment
PENGEMBANGAN
MODEL PEMBELAJARAN
IPA TERPADU
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1. Pengertian
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan Alam merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata
‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri
dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural sciense (ilmu
pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan
sebagai sains yang berartii,lmu pengetahuan alam (IPA) saja, walaupun
pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Untuk itu dalam
hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA merujuk pada pengertian sains yang
berarti natural science.
Untuk
mendefinisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan
secara lengkap pengertian sains.
Menurut H.W
Fowler IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi.
IPA mempelajari
alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi di dalam perut bumi dan di
luar angkasa baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati
dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika pengertian IPA
dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat,
baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
Menurut Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Yang pada perkembangannya tidak hanya ditandai
oleh adanya kumpulan fakta tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah.
2. Hakikat
Ilmu Pengetahuan Alam
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk
ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses,
sebagai produk dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan
ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan
bacaan untuk penyebaran. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau
cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim
disebut metode ilmiah.
Menurut Laksmi Prihantoro, mengatakan bahwa
hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi.
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar
yaitu, biologi, fisika dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan
merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,
perumusan masalah, penyusunan hipotesisi, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Secara Khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut :
a. Menanamkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan
keterampilan, sikap dan nilai ilmiah
c. Mempersiapkan
siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi
d. Menguasai
konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan
kejenjang lebih tinggi.
Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin
jelas bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan
(keilmuan), tetapi lebih dari itu IPA lebih menekankan pada dimensi nilai Ukhrawi¸di
mana dengan memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan
keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang tidak dapat
dibantai lagi yaitu Allah SWT.
3.
Nilai-Nilai IPA
Sekalipun sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA
tidak menjangkau nilai-nilai moral atau etika, juga tidak membahas nilai-nilai
keindahan (estitika),tetepi IPA mengandung nilai-nilai tertentru bagi
masayarakat. Nilai-nilai tersebut ialah sebagai berikut.
a. Nilai praktis
Penerapan
dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung
dapat dimanfaatkan masyarakat. Kemudian dengan teknologi tersebut membantu pula
mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat
bagi kehidupan. Dengan demikian sains mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu
yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
b. Nilai Intelektual
Metode
ilmiah telah melatih keterampilan,ketekunan dan melatih mengambil keputusan
dengan pertimbangan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi
penggunanya.keberhasilan memecahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan
intelektual. Dengan demikian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan
intelektual,inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual.
c. Nilai kependidikan
Artinya,
pelajaran IPA merupakna alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai
kependidikan yang terkandung dalam IPA adalah sebagai berikut
1.
Kecakapn bekerja
dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah
2.
Ketrampilan dan
kecakapan dalam mengadakan pengamatan guna memecahkan masalah.
d. Nilai keagamaan
Suatu
pandangan yangh naïf apabila dengan mempelajari IPA akan mengurangi kepercayaan
pada Tuhan. Karena secara empiris oaring yang mendalami IPA, makin sadarlah dirinya
akan adanya hukum-hukum alam, sadar akan adanya keterkaitan di dalam alam raya
ini dengan Maha Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia membaca, mempelajari
dan menerjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya. Albert
Einsten berkata: “Sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah
lumpuh”.[1]
B.
Hakikat
Pembelajaran IPA
Secara umum IPA
dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu tentang dunia zat, baik makhluk
hidup maupun benda mati yang diamati. Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu
yang mahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Merujuk pada
hakikat IPA diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut :
a. Kecakapan
bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah
metode ilmiah
b. Keterampilan
dan kecakapan dalak mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen
untuk memecahkan masalah
c. Memiliki
sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitanya
dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan (Prihantro Laksmi, 1986)
Pembelajaran IPA
secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub
dalam taksonomi bloom bahwa : proses mengajar IPA lebih ditekankan pada
pendekatan pada pendekatan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun
produk pendidikan.
C.
Keterampilan
Proses dalam Pembelajaran IPA
1. Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan proses merupakan keseluruhan
keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupu untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasiikasi (Indrawati, 1999).
Keterampilan proses adalah keterampilan yang
diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (Wahyana, 1997).
Funk (dalam Indrawati, 1999) membagi keterampilan
proses menjadi dua tingkatan, yaitu 1) keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) meliputi :
observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan inferensi, 2)
keterampilan proses terpadu (integrated
science process skill) meliputi : menentukan variable, menyusun table data,
menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis
penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional,
merencanakan penyelidikan dan melakukan eksperimen.
a. Pengamatan,
dilakukan menggunakan indera-indera yang kita punyai, melalui melihat,
mendengar, mengecap, meraba dan membau, serta mengorganisasikan objek,
mengidentifikasi sifat, mengamati secara kualitatif dan kuantitatif.
b. Pengklasifikasian,
adalah pengelompokan objek-obkjek menurut sifat-sifat tertentu, baik sifat umum
dan khusus
c. Penginferensian,
adalah penggunaan apa yang kita amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah
terjadi, mengaitkan dengan pengalaman dengan pengetahuan dan menjelaskanya.
d. Peramalan,
adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan,
didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya,
memprediksi dan memberikan alasan tentang hal yang berkaitan.
e. Pengkomunikasian,
adalah mengataka apa yang kita ketahui denagn ucapan kata-kata, tulisan,
gambar, demonstrasi, atau grafik. Memaparkan dengan menggunakan suatu media dan
lain sebagainya.
f. Pengukuran,
adalah penemuan ukuran dari suatu objek, secara kuantitatif dari objek
tersebut.
g. Penafsiran
data, adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan, menyusun data,
dan mengikhtisar.
h. Melakukan
eksperimen, adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam eksperimen, seluruh
variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi.
i. Pengontrolan
variabel, adalah memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu dalam suatu
percobaan tetap sama kecuali satu faktor.
j. Perumusan
hipotesis, adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang akan dapat diuji
tentang bagaimana atau mengapa suatu terjadi.
k. Pendefinisian
secara operasional, adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa
yang kita lakukan atau apa yang kita amati.
l. Membangun
model, adalah membangun prosentase ide, objek-objek, atau kejadian-kejadian secara
verbal, mental atau fisik dan menggunakan prosentase tersebut untuk menjelaskan
atau menunjukan hubungan-hubungan.
2.
Melatih Keterampilan Proses dalam IPA
Dahar
(dalam Indrawati, 1999) mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan proses
yang diajrkan dalam pendidikan IPA memberi penekanan pada
keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada anak-anak.
Keterampilan proses perlu dilatih/dikembangkan dalam
pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut
:
a. Membantu
peseta didik belajar mengembangan pikiranya
b. Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penemuan
c. Menungkatkan
daya ingat
d. Memberikan
kepuasan intrinsik nila anak berhasil melakukan sesuatu
e. Membantu
peserta didik mempelajari konsep-konsep sains.
D.
Karakteristik
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
1. Karakteristik
Bidang Kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai
pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperiemen,
pengamatan, pengamata dan deduksi utuk menghasilkan suatu penjelasan tentang
sebuah gejala yang dapat dipercaya.ada 3 kemampuan dalam IPA yaitu (1)
kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi
apa yang belum diamati, dan kemampuan
untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan,
mencari jawaban , memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”,
“mengapa”, dan “bagaimana ” tentang gejala alam maupun karakteristik alam
sekitar melalui cara – cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan
dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode ilmiah.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen
dengan menggunakan metode ilmiah.
2. Karakteristik
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri
sebagaimana disiplin ilmu lainnya.
Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri
khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan
adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan
antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis
serta dinyatakan dengan bahasa yang
tepat dan pasti sehingga mudah dicari
kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan
berikut ini :
a. IPA
mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh
semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia”
pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan
sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan.
b. IPA
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
c. IPA
merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang
khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
d. IPA
merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan bagan-bagan
konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk
eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e. IPA
meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan
hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui
eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi
merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Berdasarkan
karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini
berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai dengan
karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang
dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan
pengetahuan dasar IPA untuk
memprediksi atau menjelaskan berbagai
fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses
belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian karakteristik
belajar IPA dapat diuraikan sebagi
berikut.
a. Proses
belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan
berbagai macam gerakan otot. Contoh :
untuk mempelajari pemuaian pada
benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera
penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume),
melibatkan gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat.
b. Belajar
IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya,
observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Belajar
IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan
alat indera manusia itu sangat
terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan
memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas.
Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu
benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer.
d. Belajar
IPA seringkali melibatkan
kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal
seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu
objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata dalam rangka untuk
memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar obyektif. Contoh : sebuah temuan
ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus
dibawa ke persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai
tingkat internasional untuk dikomunikasikan dan dipertahankan dengan
menghadirkan ahlinya.
e. Belajar
IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus siswa
lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa
mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan,
menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan
cara- cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.
E.
Konsep
Pembelajaran IPA
1.
Landasan
Psikologis
Pendidikan
merupakan suatu proses untuk menyampaikan pesan kepada anak didik. Pesan yang
dimaksud adalah materi pelajaran yang dikemas dan disajikan dengan berbagai
metode oleh guru. Terdapat dua landasan yang mengacu pada prinsip-prinsip
psikologis yang dapat dipergunakan, yaitu (1) perbedaan individual anak didik,
dan (2) proses belajar.[2]
Di dalam proses
pembelajaran aspek-aspek psikologis yang paling besar pengaruhnya, adalah
kognitif, afektif, psikomotoris, perhatian, minat, bakat, dan cita-cita. Pada
anak-anak usia SD/MI (7 sampai 12 tahun) sifat-sifat khas yaitu berpikir atas
dasar pengalaman yang konkret, mereka belum dapat membayangkan hal-hal yang
abstrak. Berdasarkan kenyataan itu dalam pembelajaran IPA MI perlu dirancang
dan dilaksanakan suatu metode pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat
melihat berbuat sesuatu, terlibat dalam proses belajar, dan mengalami secara
langsung hal-hal yang dipelajari.
2.
Landasan
Filosofis dan Pedagogis
Landasan
filosofis dalam pembelajran IPA MI menyangkut tentang sistem nilai. Menurut
pandangan kontruktivisme, bahwa anak diluar sekolah sudah memperoleh banyak
pengetahuan, dan pendidikan seharusnya memperhatikan dan menunjang proses
alamiah tersebut.
Kedua kerangka
tersebut sekaligus menjadi arah pedagogis guru dalam membelajarkan, mendidik,
dan menumbuhkembangkan seluruh potensi anak. Bagian pedagogis yang dapat
dijadikan rujukan di antaranya adalah konsep ilmu pendidikan dan pembelajaran
yang dapat membantu anak mengembangkan segala potensi secara optimal. Beberapa
konsep yang dimaksud antara lain:
· Pendekatan
atau metode pembelajaran harus memberi kemungkinan agar anak didik dapat
menunjukkan keaktifan penuh dalam belajar (active
learning).
· Proses
pendidikan yang diciptakan dari suatu metode harus menciptakan suasana
menyenangkan bagi anak, sehingga anak dapat belajar secara nyaman dan gembira (joyfull learning).
F.
Hakikat
Pembelajaran IPA
1. IPA
Sebagai Produk
Merupakan hasil
upaya perintis IPA terdahulu dan umumnya berupa fakta,konsep, teori, hukum,
prosedur informasi telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk
buku-buku teks dan film-film dokumen dalam bentuk CD atau DVD yang kesemuanya
dapat dianggap sebagai body of knowledge.
2.
IPA
Sebagai Proses
Makna IPA sebagai
proses adalah proses untuk mendapatkan IPA yang dilakukan metode ilmiah. Pada
anak-anak usia SD/MI, metode ilmiahdikembangkan secara bertahap,
berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang
lebih utuh, sehingga harapannya anak-anak SD/MI mampu melakukan penelitian
secara sederhana.
3.
IPA
Sebagai Pemupuk Sikap
Di dalam konteks
pengajaran IPA, sikap dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadeap alam
sekitar. Sikap ilmiah yang dapat memungkinkan dapat dikembangkan pada anak-anak
usia SD/MI adalah: (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu
yang baru;(3) sikap kerja sama;(4) sikap tidak putus asa;(5) sikap tidak
berprasangka;(6) sikap mawas diri;(7) sikap bertanggung jawab;(8) sikap
berpikir bebas;(9) sikap disiplin diri. Sikap ilmiah tersebut dapat
dikembangkan tatkala peserta didik melakukan diskusi percobaan, simulasi atau
kegiatan observasi lapangan.
G.
Teori
Pembelajaran Absolutisme Dan Kontruktivisme
1. Teori
Pembelajaran Absolutisme
Teori absolutisme
disebut juga dengan Behavioristik, merupakan teori klasik yang telah diterapkan
dalam bidang pendidikan. Teori berprinsip bahwa guru adalah sumber utama
pengetahuan bagi peserta didik.
2.
Teori
Pembelajaran Kontruktivisme
Prinsip utama
dalam kontruktivisme adalah bahwa guru tidak sekedar memberikan pengetahuan
kepada peserta didik. Mereka harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
dirinya. Guru harus dapat memotivasi dan memfasilitasi dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan membelajarkannya dengan sadar menggunakan beragam strategi belajar
mereka sendiri.
Kontruktivis
adalah paradigma pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman diri kita dalam
belajar. Pemahaman kita tentang sesuatu bukanlah pemberian orang lain,
melainkan kita sendiri yang membangunnya secara bertahap. Masing-masing orang
memiliki “cara” atau “model” sendiri dalam memahami sesuatu, yang mungkin
berbeda dengan orang lain. Jadi belajar pada dasarnya adalah proses menerima
dan mengolah pengalaman-pengalaman baru menjadi pengetahuan baru.
H.
Strategi
Inklusi Dalam Pembelajaran IPA
Strategi inklusi
dalam pembelajaran IPA dapat diterapksan oleh guru, melalui langkah-langkah
yang efektif. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat membantu
tercapainya kompetensi yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya
menerapkan strategi inklusi dalam pembelajaran IPA, meliputi: mengamati
siswa-siswi di kelas, libatkan partisipasi aktif di laboratorium, perkecil stereotipe
jender dalam sains, perhatikan kondisi kelas besar, mendorong kepercayaan diri
peserta didik.
I. Nilai-Nilai
Ke-Islaman Dalam Model Pembelajaran IPA MI
Nilai-nilai
keislaman yang dapat diadopsi dalam pembelajaran IPA MI meliputi: mukjizat ilmu
pengetahuan dalam Al-qur’an menomena geografis dalam Al-qur’an, menomena alam
dalam Al-qur’an, ilmu bumi dalam Al-qur’an, awal kejadian makhluk, dan
keutamaan negeri-negeri. Enam bagian tersebut dijadikan dasar dalam setiap
pembahasan materi IPA, sehingga semua yang diajarkan pada peserta didik
dilandasi oleh nilai-nilai islam yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits.
Diyakini seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepedulian
umat islam pada IPTEK, nilai yang dapat diadopsi juga berkembang.
0 Response to "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA TERPADU "
Post a Comment