Posisi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Thursday, July 18, 2013
Add Comment
Posisi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Posisi bahasa Indonesia berada dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia
digunakan secara nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan
dan perhubungan antarwarga adalah makna yang disampaikan. Pemakai bahasa
Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat dengan bebas menggunakan
ujarannya baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya. Kebebasan penggunaan
ujaran itu juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Manakala bahasa Indonesia
digunakan di bus antarkota, ragam yang digunakan adalah ragam bus kota yang
cenderung singkat, cepat, dan bernada keras.
Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa
negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Dengan begitu, bahasa
Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal.
Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya
diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian. Dari dua tugas itu, posisi
bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama bagi pembelajar
bahasa Indonesia.
Dua tugas di atas tentunya akan memberikan dampak bagi pembelajar bahasa
Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia. Di satu
sisi, siswa harus belajar bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah. Di sisi lain,
siswa menghadapi masyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena fungsi
bahasa pergaulan. Siswa yang masih belajar itu tentunya berada di dua tarikan
yang kalah kuat. Tarikan masyarakat lebih kuat dibandingkan oleh tarikan dari
bangku sekolah. Apalagi, pembelajaran bahasa Indonesia tidak disajikan dengan
menarik. Sebaliknya, bahasa Indonesia disajikan dengan membosankan, jenuh, dan
berputar-putar.
Bermula dari kasus di ataslah, akhirnya banyak orang yang menganggap bahwa (a)
yang penting isinya dipahami bukan benar tidaknya, (b) buat apa belajar bahasa
Indonesia karena tanpa belajar pun semua orang Indonesia dapat berbahasa
Indonesia, (c) bahasa Indonesia sangat sulit, dan (d) bahasa Inggris lebih
bergengsi daripada bahasa Indonesia. Anggapan itu akhirnya sampai ke siswa.
Siswa menjadi ogah-ogahan dalam belajar bahasa Indonesia. Banyak di antara
siswa yang terpaksa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia.
Begitu pula dengan pembelajaran bahasa Indonesia, proses pemebelajarannya harus
bertumpu ke siswa sebagai subjek belajar. Materi pembelajaran BI terintegrasi
dengan penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini. Pembelajaran diarahkan ke
pemakaian sehari-hari baik lisan maupun tulis dalam konteks bahasa Indonesia.
Pemakaian bahasa Indonesia tersebut di antaranya melalui wacana tulis dan
lisan. Wacana tulis berkembang melalui buku pengetahuan, surat kabar, iklan,
persuratan, dan lainnya. Sedangkan wacana lisan terkembang melalui percakapan
sehari-hari, radio, televisi, pidato, lobi, dan sebagainya. Dengan begitu,
siswa pembelajar bahasa Indonesia dapat mengikuti zamannya.
Yang belajar dalam kelas adalah siswa bukan guru. Siswa hendaklah diarahkan ke
pengembangan potensi diri sendiri. Bukankah siswa hidup di zaman ini? Artinya,
segala masalah kebahasaan yang perlu dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai
dengan zamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernuansa
kekinian. Sumber kebahasaan yang digunakan oleh guru juga harus mengacu ke
minat dan harapan siswa. Dengan begitu, siswa dapat tertarik dengan
pemebelajaran bahasa Indonesia.
Siswa Indonesia memang sudah semestinya dapat berpikir, berkreasi, dan
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara lugas, langsung, dan lancar.
Dengan begitu, suatu saat akan dihasilkan karya-karya besar dari orang
Indonesia dengan bahasa yang mantap. Hal itu tentunya harus menjadi obsesi guru
bahasa Indonesia.
Saat ini, bahasa Indonesia mengalami perkembangan puncak. Hampir 40 negara
membuka program studi bahasa Indonesia di wilayahnya. Tahun ini (2001),
Usbekhistan menawari warga Indonesia yang berkemampuan di bidang bahasa
Indonesia untuk menjadi pengelola program studi bahasa Indonesia di negara itu.
Australia bagian utara telah memasukkan bahasa Indonesia di kurikulum sekolah
sebagai bahasa kedua. Di Jepang, banyak kursus-kursus bahasa Indonesia yang di
buka di kota-kota besarnya. Bahkan, tiap tahun, UI, UGM, Unpad, UNM, Unesa, dan
perguruan tinggi lainnya membuka kelas bahasa Indonesia untuk orang asing yang
tinggal di Indonesia maupun yang sengaja datang untuk kursus. Di sisi lain,
banyak kamus bahasa Indonesia diterbitkan oleh negara lain.
Banyak pula warga Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan, banyak anak-anak yang sudah tidak tahu bahasa daerah
karena komunikasi di keluarga menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu sangat
menguntungkan bagi guru bahasa Indonesia. Meskipun, di sisi lain, bahasa daerah
mengalami keterpurukan. Peran guru amatlah menentukan dalam mengajarkan bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia dan
pembelajarannya.
Begitu juga, bahasa Indonesia semestinya menjadi mata pelajaran yang menarik
bagi siswanya. Kemenarikan itu pada akhirnya membawa siswa ke tingkat
komunikasi yang lancar. Komunikasi yang didasari oleh minat yang kuat dari
siswa. Guru berperan besar dalam hal itu. Peran tersebut didasari oleh kekuatan
konsep dan kekuatan mengembangkan strategi pembelajarannya.
Konsep pembelajaran bahasa Indonesia di masa lalu cenderung menggunakan
pendekatan struktural dengan pokok bahasan yang menekankan bunyi, kosakata, dan
kalimat. Akibat yang muncul menurut antara lain (1) guru lebih menekankan teori
dan pengetahuan bahasa daripada keterampilan berbahasa; (2) bahan pelajaran
tidak relevan dengan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi; (3) struktur bahasa
dibahas secara lepas; (4) evaluasi banyak menekankan aspek kognitif; dan (5)
PBM (Proses Belajar Mengajar) lebih didominasi guru daripada berpusat pada
siswa.
0 Response to "Posisi Pembelajaran Bahasa Indonesia"
Post a Comment