RAGAM BAHASA
Wednesday, July 17, 2013
Add Comment
I.
Pendahuluan
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit
jumlah: karena berbagai pertimbangan kepentingan dan perhubungan konteksnya,
hadirlah ragam-ragam bahasa yang wujudnya dapat bermacam-macam itu.
Kata kunci untuk menyikapi ragam-ragam bahasa Indonesia
yang luar biasa itu adalah dengan membuat perbedaan-perbedaan fungsi atau
kegunaan. Ragam bahasa tertentu harus digunakan dalam konteks pemakaian yang
tertentu sifatnya. Bilamana setiap orang dapat menggunakan bentuk-bentuk
kebahasaan itu sesuai dengan jeni ragamnya, niscaya penggunaan bahasa Indonesia
yang akhir-akhir ini banyak di keluhkan tidak akan terjadi, maka sangatlah
penting bagi kitauntuk memahami dan mencermati ragam-ragam bahasa yang banyak
jumlahnya itu.
II.
Permasalahan
1.
Apa Pengertian Ragam
Bahasa?
2.
Apa Saja Macam-Macam
Ragam Bahasa?
III.
Pembahasan
1.
Apa Pengertian Ragam
Bahasa?
Bahasa Indonesia
yang amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak
mau takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan
karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana.faktor sejarah dan
perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam
bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut
“bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi teras atau intisari
bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, tata makna,
umumnya sama. Itulah sebabnya kita masih dapat memahami orang lain yang
berbahasa Indonesia walaupun disamping itu kita dapat mengenali beberapa
perbedaan dalam perwujudan bahasa Indonesianya.[1]
Ragam daerah sejak
lama diknal dengan nama logat/dialek bahasa yang menyebar luas selalu mengenal
logat. Masing-masing dapat dipahami secara timbal balik oleh penuturnya;
sekurang-kurangnya oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan.
Logat daerah paling
kentara karena tata bunyinya. Logat Indonesia yang dilafalkan oleh putra
Tapanuli dapat dikenali misal: karena tekanan kata yang amat jelas; logat
Indonesia orang Bali dan jawa, karena pelaksanaann bunyi /t /dan /d /-nya.
Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun-naiknya nada dan panjang pendeknya
bunyi bahasa membangun aksen juga walaupun mungkin kurang nampak.
Ada banyak jumlah
logat Indonesia, semua itu tergantung pada tingkat kecermatan yang kita
terapkan dalam pengamatan kita dan pada keakraban kita dengan tata bunyi atau
tata bahasa berbagai daerah Nusantara. Orang Bugis yang belum pernah mendengar
bahasa Lampung, Sumatera Selatan, akan berpendapat bahwa logat Indonesia orang
Lampung tidak beraksen kedaerahan. Sebaliknya, orang Lampung mungkin dapat
membedakan logat Indonesia di daerahnya yang dipengaruhi oleh dialek Abung,
Komering atau Krui.
Ragam bahasa
menurut Pendidikan Formal, yang menyilangi ragam dialek, menunjukkan perbedaan yang
jelas antara kaum yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan tidak.
Tata bunyi Indonesia golongan kedua itu berbeda dengan Fonologi kaum
terpelajar. Bunyi /F/ dan gugus konsonan akhir /-ks/, misal: tidak terlalu
terdapat dalam ajaran orang yang tidak atau hampir tidak bersekolah. Bentuk Fadil,
Fakultas, Film, Fitnah, Kompleks, Padil, Pakultas, Pilem, Pitnah, dan Komplek
dalam ragam orang yang tidak mujur dapat menikmati pengajaran bahasa di
sekolah. Perbedaan kedua terletak pada tata bahasa. Kalimat saya mau tulis
itu surat ke pamanku cukup jelas maksudnya, tetapi bahasa yang terpelihara
menuntut agar bentuknya menjadi saya mau menulis surat itu kepada paman saya.[2]
Ragam bahasa
menurut jenis pemakaiannya dapat diperinci sebagai berikut (1) ragam dari
bentuk sudut pandangan bidang atau pokok persoalan (2) ragam menurut sarananya
dan (3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran.
Ragam bahasa
menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan, ujaran, dan ragam tulisan.
Karena tiap-tiap masyarakat bahasa memiliki ragam lisan, sedangkan ragam
tulisan baru muncul kemudian, maka soal yang perlu ditelaah ialah bagaimana
orang menerangkan ujarannya ke dalam bentuk lisan. Bahasa melayu dianggap orang
sejak dahulu berperan sebagai lingua Franca. Bahasa bersama itu untuk bagian
besar penduduk kita berupa ragam lisan untuk keperluan yang agak terbatas.
Bahkan sampai masa kini, oleh berjuta-juta orang yang masih buta huruf, bahasa
Indonesia yang dikuasai hanyalah ragam lisan saja (2)
Ada dua hal yang
membedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Yang pertama berhubungan
dengan suasana peristiwa. Jika kita menggunakan sarana tulisan, kita
beranggapan bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan kita.
Akibatnya, bahasa kita perlu lebih terang dan jelas, karena ujaran kita tidak
dapat disertai oleh gerak isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda penegasan
dipihak kita atau pemahaman dipihak pendengar kita. Itulah sebabnya, kalimat
dalam ragam tulisan harus lebih cermat sifatnya.
Hal yang kedua yang
membedakan ragam lisan dengan ragam tulisan berkaitan dengan beberapa upaya
yang kita gunakan dalam ujaran, misal tinggi rendahnya dan panjang pendeknya
suara, serta irama kalimat yang sulit dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis
yang kita miliki. Jadi, penulis acap kali perlu merumuskan kembali kalimatnya
jika ia ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya atau ungkapan
perasaan yang sama telitinya. Misalnya, kalimat ujaran Darto tidak mengambil
uangmu, yang disertai pola intonasi khusus pada kata tidak, dalam
tulisan mungkin berbentuk Bukan Darto yang mengambil uangmu agar
penegasannya sama tarafnya.
2.
Apa Saja Macam-Macam
Ragam Bahasa?
Ada beberapa macam
ragam bahasa, salah satunya yaitu:
A.
Ragam Bahasa Berdasarkan
Waktunya
Dalam setting waktu sebuah bahasa akan dapat diperinci
menjadi:
a.
Bahasa ragam lama atau
bahasa ragam kuno
b.
Bahasa ragam baru atau
bahasa ragam modern
c.
Bahasa ragam kontemporer
atau bahasa yang banyak digunakan akhir-akhir ini.
Bahasa laras lama
atau bahasa ragam kuno dapat dilacak keberadaannya berdasarkan sejumlah dokumen
kuno, Aneka Prasasti, dan tulisan-tulisan bahasa yang tertuang dalam peranti
yang masih sangat sederhana.
Tahukah anda kenapa
banyak orang, banyak pejabat, banyak birokrat, banyak teknorat, yang gemar
menggunakan kata-kata lama atau hampir di dalam setiap perbincangan? Jawabannya
adalah karena sesuatu yang lama, yang kuno memiliki nilai yang di anggap
cenderung lebih tinggi daripada bentuk-bentuk kebahasaan yang hadir sekarang
ini.
Selanjutnya yaitu
ragam bahasa baru. Dengan ragam bahasa baru bahasa itu di mungkinkan terjadi
pula inovasi-inovasi kebahasaan yang baru. Dengan bahasa ragam baru itu pula
perkembangan masa depannya akan dapat diprekdisikan. Kita akan mengerti apakah
masa kedepannya bahasa Indonesia akan dapat berkembang lebih maju atau tidak.[3]
Bahasa Indonesia
dalam ragam baru diatur dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang umumnya juga sudah
di perbaharui. Kalau pada masa Orde Baru digunakan ketentuan-ketentuan
kebahasaan yang baru juga, seperti dalam PEUYED, kamus-kamus bahasa yang juga
terbit baru. Maka sesungguhnya itulah salah satu tanda dalam ragam baru
tersebut. Pada masa lalu orang mengenal dan menggunakan bentuk seperti
“Koendjono”, “Moentjol”, tetapi sekarang dalam kaidah dan ketentuan bahasa baru
hanya ditulis “Konjono dan muncul”.
Kalau dalam konteks
pemakaian bahasa Indonesia ragam baru orang masih terus saja berkutat pada
pemakaian bahasa lama. Maka bahasa yang muncul akan sangat tidak beraturan
bentuknya. Jadi, sikap kebahasaan demikian inilah salah satu sebab dari tidak
baiknya pemakaian bahasa Indonesia akhir-akhir ini.
Dalam banyak
literatur memang sama sekali tidak ditemukan ragam bahasa kontemporer. Adapun
yang dimaksud adalah entitas bahasa dalam wujud perkembangan yang sekarang ini,
yang sudah tidak menjadi rahasia lagi telah melahirkan bentuk-bentuk kebahasaan
baru yang cenderung mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah ada itu.
Selain di tandai
penyimpangan-penyimpangan aturan kebahasaan, bahasa kontemporer juga cenderung
tidak peduli dengan perbedaan fungsi bahasa dalam kaitan dengan kedudukan.
B.
Ragam Bahasa Berdasarkan
Medianya
Jika di lihat dari
dimensi medianya, bahasa dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a.
Bahasa ragam lisan
b.
Bahasa ragam tulis
Bahasa ragam lisan
lazimnya ditandai dengan dan ditentukan oleh penggunaan akses-akses bicara atau
penekanan-penekanan tertentu dalam aktivitas bertutur, pemakaian intonasi atau
lagu kalimat tertentu. Demikian juga tanda-tanda itu kelihatan dari wujud-wujud
kosakata, tata bahasa, kalimat dan paragrafnya.
Dalam bahasa ragam
lisan, orang tidak lazim menyebut dengan kalimat tetapi “Tuturan”. Adapun untuk
paragraf atau alenia oarang biasa menyebut “paratone”. Jadi orang yang bertutur
selalu memperhatikan wujud-wujud tuturan dan kerangka-kerangka paratonenya.
Bahasa ragam lisan
selanjutnya dapat diperinci menjadi dua, yaitu:
a.
Bahasa ragam lisan baku
b.
Bahasa ragam lisan tidak
baku
Bahasa ragam lisan
baku kelihatan, misalnya saja, ketika orang sedang berceramah didepan para
dosen atau mahasiswa, ketika orang sedang menguji skripsi, ketika orang sedang
berpidato, presentasi dan seterusnya.
Bahasa ragam lisan
tidak baku juga kelihatan, misalnya ketika orang sedang mengobrol dengan santai
disepanjang jalan, di tempat ronda, di warung dan seterusnya. Demikian juga
wawancara yang dilakukan di pasar tradisional bahasa yang digunakan juga berada
dalam ragam lisan.[4]
Sedangkan bahasa
ragam tulis adalah: bahasa yang hanya tepat muncul dalam konteks tertulis.
Bahasa ragam tulis harus sangat cermat dalam pemakaian tanda bacanya, dalam
pemakaian ejaan, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf dan seterusnya.
Ketentuan-ketentuan
yang lazim ditemukan dalam bahasa ragam baku, terlebih-lebih ragam baku tulis,
beberapa dapat disebutkan berikut ini:
a.
Memakai ucapan baku
b.
Memakai ejaan resmi
c.
Menghindari unsur
kedaerahan
d.
Memakai fungsi gramatikal
secara eksplisit
e.
Memakai konjungsi “bahwa”
secara lengkap
f.
Pemakaian bentuk kebahasaan
secara lengkap
g.
Pemakaian pratikel secara
konsisten
h.
Pemakaian kata depan secara
tepat
i.
Pemakaian aspek-pelaku-tindakan
secara konsisten
j.
Memakai bentuk sintesis
k.
Menghindari unsur leksikal
yang terpengaruh bahasa daerah
Nah dalam kaitannya
dalam penulisan karya Ilmiah Bahasa Akademis dalam perbincangan ihwal bahasa
ragam tulis ini adalah bahwa karya Ilmiah Akademis termasuk dalam kelompok
bahasa ragam tulis baku, maka karya Ilmiah Akademis tidak dapat mengesampingkan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bahasa ragam tulis baku.
C.
Ragam Bahasa Berdasarkan
Pesan Komunikasinya
Apabila di dasarkan
pada kandungan pesan komunikasinya bahasa dapat dibedakan menjadi:
1.
Bahasa ragam Ilmiah
2.
Bahasa ragam Sastra
3.
Bahasa ragam Pidato
4.
Bahasa ragam Berita
Khusus untuk bahasa
ragam Ilmiah, dapat dikatakan bahwa bahasa ragam ini ternyata muncul pula dalam
pengelompokkan ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasi ini.
Ragam Ilmiyah
biasanya digunakan dua manifestasi, yakni (1) dalam karya Ilmiah akademis dan
(2) dalam karya Ilmiah populer.
Karya Ilmiah akademis
diperguruan tinggi biasanya akan meliputi artkel Ilmiah, makalah Ilmiah, jurnal
Ilmiah, surat-menyurat, laporan penelitian, dan lain-lain.
Sedangkan karya
Ilmiah populer biasanya meliputi esai-esai Ilmiah populer, catatan-catatan
Ilmiah pupoler, dan lain-lain.
Struktur kalimat
yang jelas akan memudahkan pemahaman dan gagasan didalam sebuah karya Ilmiah.
Demikian pula makna yang dinyatakan dengan jelas juga dipastikan akan sangat
dibutuhkan bahkan sangat dituntut dalam karya Ilmiah, alasannya
kejelekan-kejelekan seperti yang disebut di depan itu akan menghilangkan
keambiguan dalam penafsiran atau pemaknaan. Maka ciri-ciri kejelasan struktur
dan ketegasan makna dalam konteks Ilmiah ini demikian penting dan harus
benar-benar di perhatikan oleh para mahasiswa.
Bahasa karangan
Ilmiah juga harus sangat singkat, padat, jelas, tidak bertele-tele, karena
harus menyajikan sebuah konsep dengan jelas dan tegas pula.
Ciri berikutnya
adalah bahwa pemilihan atau penentuan diksinya harus dilakukan dengan
benar-benar cermat. Kalimat-kalimat juga harus disusun efektif, demikian pula
dengan kontruksi paragraf dan susunan wacananya.
Selanjutnya adalah
bahasa dalam ragam sastra. Bahasa ragam ini lebih banyak digunakan untuk
menungkapkan nilai-nilai keindahan, estetika, imajinasi, sebagaimana yang lazim
ditemukan dalam cerita-cerita dan dongeng-dongeng rakyat.
Di dalam ragam
sastra. Titik fokus itu adalah pada dimensi diksi dan gaya bahasanya, dalam
bahasa ragam pidato yang menjadi sasaran adalah tujuan atau maksud pidato itu.
Demikian pula dalam Diskusi, sarasehan, dan semacamnya, dimensi-dimensi maksud
dan tujuan aktifitas itulah yang menentukan bentuk kebahasaan.[5]
Dalam ragam berita
harus diperhatikan beberapa hal pokok berikut sebagai ciri bahasa berita dalam
jurnalistik. Bahasa jurnalistik dibuat dengan didasarkan atas kesadaran
terbatasnya ruang (space, kolom) dan waktu (time, duration). Salah satu sifat
dasar jurnalisme ialah kemampuan komunikasi yang cepat dalam ruang dan waktu
serba terbatas.
IV.
Kesimpulan
Ragam bahasa itu digunakan berdasarkan logat atau dialek
masing-masing daerah. Meskipun banyak ragam bahasa yang digunakan namun itu
masih tetap disebut “Bahasa Indonesia”. Masing-masing dapat dipahami secara
timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur dialek yang
daerah berdampingan. Jika dalam wilayah pemakaiannya orang tidak mudah
berhubungan, misalnya karena kediamannya dipisahkan oleh pegunungan, selat,
atau laut, maka lambat laun logat itu dalam perkembangannya akan banyak berubah
hingga akhirnya dianggap bahasa yang berbeda.
Secara lazimnya ragam bahasa ada dua macam yaitu ragam
lisan dan ragam tulisan. Diantara dua ragam tersebut terjadi perbedaan yang
dapat kita amati. Yang pertama berhubungan dengan suasana peristiwanya. Jika menggunakan
sarana tulisan, kita beranggapan bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada
dihadapan kita. Kedua berkaitan dengan beberapa upaya yang kita gunakan dalam
ujaran, misalnya tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, serta irama
kalimat yang sulit dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis yang kita nilai.
V.
Penutup
Demikian
makalah ini kami sampaikan. Kami sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan
juga minimnya buku referensi kami. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya. Semoga
bermanfaat. Amin....
DAFTAR PUSTAKA
M. Moeliono, Anton.
1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Rahardi, Kunjana. 2010.
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga
[1]
Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1998) hlm 3
[2]
Op. Cit. Anton M. Moeliono. Hlm 6-7
[3]
Kunjana Rahardi. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta:
Erlangga, 2010) hlm 14
[4]
Op. Cit. Kunjana Raharji. Hlm 17-18
[5]
Op. Cit. Kunjana Raharji. Hlm 18-19
0 Response to "RAGAM BAHASA"
Post a Comment