makalah filsafat (POKOK-POKOK PEMIKIRAN FILSAFAT ABAD MODERN)

POKOK-POKOK PEMIKIRAN FILSAFAT ABAD MODERN

I.Pendahuluan
Zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah.
Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk member tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir dunia baru yang penghuninya dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.

II.Rumusan masalah
A.Apa yang di maksud dengan filsafat abad modern 
B.Sejarah filsafat abad modern
C.Ciri-ciri filsafat abad modern
D.Filosof dan pemikiran abad modern
E.Macam-macam filsafat abad modern
F.Perkembangan filsafat abad modern

III.Pembahasan
A.Filsafat abad modern 
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Aliran emperisme, sebaliknya  meyakini  pengalaman Sumber pengetahuan itu,baik yang batin maupun inderawi.
Aliran rasionalisme di pelopori oleh Rene Descartes(1596-1650M) dalam Discoerse Dela methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya pada metode jitu sebagai dasar kokoh Bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyaksikan segalanya, secara metodis. namun Tetapi dalam kesangsian yang metoddis ini ternyata hanya satu hal yang tidak dapat Diragukan,yaitu ‘Saya ragu-ragu’. Ini bukan hayalan,tetapi kenyataan, bahwa ‘Aku ragu-ragu’. Jika aku  menyaksikan  sesuatu,aku  menyadari  bahwa, aku  menyaksikan adanya. Discartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak kita lahir yaitu: Realitas pikiran, Realitas perluasan, Realitas tuhan Sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu. Pikiran sesungguhnya adalah  kesadaran, materi adalah keluasan.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber  pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang  mencoba  memadukan kedua pendapat berbeda. 

B.Sejarah filsfat abad modern
Sejarah filsafat terdiri  dari  tiga  periode. Periode pertama, adalah periode klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan periode post-modernisme.
Socrates masuk pada kategori era klasik bersama para filosof lainnya, semisal  Plato  yang  menjadi  muridnya  dan  kemunculan  Aristoteles  sebagai murid dari Plato menjadi puncak keemasan era filsafat klasik. Filsafat Plato menemukan sebuah realitas sejati yang disebutnya sebagai dunia ide yang merangkum  segala  bentuk  Kebenaran  berdasarkan  ide  atau  sisi rasionalitas manusia.
Baginya realities fisik adalah refleksi terhadap dunia ide. Berbeda dengan muridnya, Aristoteles memperkenalkan paham realisme. Menurutnya realitas adalah benda-benda konkrit yang menciptakan kesatuan antara bentuk dan subtansi.
Setelah masa Aristoteles, wacana kefilsafatan menjadi redup. Kerakteristik filsafat Barat abad pertengahan adalah pembenaran terhadap otoritas Kitab. Salah seorang yang  terkenal pada masa itu adalah Thomas Aquinas (1225-1274 M), K. St. Bona Venture (1221-1257M). Pemikiran mereka berusaha untuk merekonsiliasi antara akal dan  wahyu. Mereka berusaha menjabarkan dogma-dogma Kristen dengan ajaran filsafat.
Akal pada waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk memuaskan nafsu “kelaki-lakian”  teologi Kristen. Seorang tokoh lain yang muncul pada waktu itu adalah St. Agustinus (1354-1430M) bahkan tidak percaya dengan kekuatan akal dalam mencari kebenaran apapun. Baginya kebenaran sepenuhnya  terbenam, berada dalam wahyu  Tuhan (teks). Singkatnya, pada masa itu, persoalan epistemology mengalami  kepiluan  dan penderitaan di bawah tafsir tunggal para agamawan yang sekaligus menjadi penguasa politik pada zaman tersebut .
Kekuasaan keagamaan yang tumbuh berkembang selama abad pertengahan di Eropa tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi Semitik di atas alam pikiran Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa dapat memadukan Hellenisme yang bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran agama yang bersifat  samawi-supernatural.  Dari sinilah tumbuh rasionalisme, empirisme, idelisme, dan positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar terhadap problem pengetahuan nonmetafisika   (bukan agama) dan lahirlah babakan baru yakni babak modern yang ditandai dengan  gerakan renaissance yang merentang dari abad 14 M hingga abad 16. 

C.Ciri-ciri filsafat modern
Filsafat zaman modern ditandai dengan perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran atau pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan dengan tiga hal yaitu; Subjektivitas, Kritik dan Kemajuan. 
Dengan subjektivitas dimaksudkan bahwa manusia menyadari dirinya sebagai subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Lewat modernisasi manusia lebih menyadari dirinya sebagai individu. Di dalam filsafat kita mendengar pernyataan Decartes yang sangat terkenal yaitu Cogito Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada). Pernyataan itu adalah formulasi padat kesadaran zaman modern yang terus dipertahankan. Manusia sebagai individu bisa mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri.
Elemen selanjutnya adalah kritik. Dengan kritik dimaksudkan bahwa rasio tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi kemampuan prakti untuk membebaskan individu dari wewenang tradisi atau untuk menghancurkan parsangka-prasangka yang menyesatkan. Kant merumuskan kritik sebagai keberanian untuk berpikir sendiri di luar tuntunan tradisi atau otoritas.Subjektivitas dan kritik pada gilirannya mengandaikan keyakinan akan kemajuan. 
Dengan kemajuan dimaksudkan bahwa manusia menyadari waktu sebagai sumber langka yang tak terulangi. Waktu dialami sebagai rangkaian peristiwa yang mengarah pada satu tujuan yang dituju oleh subjektivitas dan kritik tersebut. 
Selain itu ada dua hal yang menandai sejarah modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan mengual otoritas Sains. Dua hal itu yang pada dasarnya menjelaskan lain-Iainnya.
Kebudayaan modern kurang bernuansa gerejawi negara-negara semakin menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Mula-mula kekuasaan bangsa­bangsa utamanya berada ditangan raja. kemudian sebagaimana di Yunani Kuno. Raja-raja secara penahan digantikan oleh demokrasi atau tran. Penolakan terhadap otoritas gereja yang merupakan cirri negatif abad modern. muncullebih awal dari pada ciri positifnya yakni penerimaanterhadap otoritas Sains.
Dalam penasonse lIalia, sains memainkan peran yang sangat kecil. pertawanan terhadap gereja oleh orang-orang di hubungkan dengan zaman kuno jauh sebelum tumbuhnya otoritas gereja dan abad pertengahan serbuan sains pertama kali datang secara senus  me!alul publlkasl teen copernican pada tahun 1543. Tetapi teon ini tidak kunjung meneoar pengaruh sampal kemudlan dipelajan dan di kembangkan oleh kepler dan Gahleo pada abad ke-17. Sejak saat itu di mutanan pertikaian panjang antara Sains dan dogma. Dan akhirnya kaum tradisionalis terpaksa mengakui kemenangan ilmu pengetahuanbaru.
Namun demikian filsalat modern kebanyakan mempertahankankecenderungan individualistik dan subjektif-subjektif ciri ini sangat kentara dalam diri descarles yang membangun seluruh IImu  pengetahuan dan kepastian eksistensinya sendiri. 

D.Filosof dan pemikirannya
Abad  ke-20 muncul berbagai aliran pemikiran antara lain:
1. Rasionalisme
Rasionalisme di pelopori oleh Descartes (1956-1650) yang di sebut sebagai pelopor  bapak filisof modern. Ia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya harus di susun oleh satu orang sebagai bangunan yang berdiri sendiri  menurut satu metode yang umum yang harus di pandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilih-pilih. IImu pengetahuan harus satu  metode  yang umum yang harus di pandang  sebagai hal  yang  benar  adalah  apa yang  jelas dan terpilah-pilah. IImu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat di jadikan model cara  mengenal secara dinamis Rene Descarte berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat di percaya adalah akal yang memenuhi syarat yang di tentukan atau di tuntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah dengan akal yang dapat di peroleh kebenaran kebenaran dengan metode deduktif  seperti yang di contohkan dalam ilmu pasti. 
2. Emperisme
Tokohnya adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke dan David Hume. IImu  pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan, kemudian beranggapan bahwa ilmu yang bermanfaat pasti dan benar adanya hanya di peroleh lewat indra (empiri) dan empirilah satu-satunya sumoer pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama  Empirisme.
- Thomas  hobbes  (1588-1679)
Pendapatnya bahwa ilmu filsafat adalah satu ilmu pengetahuan yang sifatnya urnurn, dan juga ilmu pengetahuan tentang akibat atau gejala yang di peroleh dari sebabnya, sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebabnya. Segala yang di tentukan oleh sebab sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti atau ilmu alam.
- Jhon  Locke
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan refestion, sensation adalah  suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat  mengerti   dan meraihnya, sedangkan reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia yang sifatnya lebih baik dari pada sensation.
3. Kritisme
Sebagai latar belakangnya manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan  telah mencapai hasil yang mengembirakan. Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu di perlukan upaya agar filsafat dapat   berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Seorang ahli  fikir  jerman  Imanuel kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri,  kemudian dicobanya mengadakan sintesis walaupun sama pengetahuan bersumber   pada akal (Rasionalisme) tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme)    ibarat burung terbang narus mempunyai sayap ( Rasio) dan udara (empiri). Jadi metode  pemikirannya disebut metode kritis.
4. Idealisme
Pelopor idealisme: j.g fichte (1762-1814), F.J.w. Schjeling (1775-1854), G. JW Hegel (1770-1831) Schopen haver (1788-1860) rintisan ini mencapai puncak pada   masa Hegel menurut pendapatnya segala peristiwa di dunia ini hanya bisa di mengerti jika satu syarat di penuhi, yang jika peristiwa itu secara otomatis mengandung penjelasan. Ide yang berfikir itu adalah sebenarnya gerak yang menimbulkan gerak lain, artinya gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis kemudian timbul sintetis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan sintesis dan seterusnya,  inilah yang disebut dialektika.  
5. Positisme
Yang di rnaksud dengan positif adalah segala gejala yang tampak seperti apa   adanya, sebatas pengalaman objektif. Beberapa tokoh: August Comte (1798-1857)    Jhon S. Mill (1806-1873) Herbert Spencer (1820-1903). August Comte (1798-1857)
Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: Tahap teologis, Tahap imetafisis, Tahap ilmiah
 6. Evolusionisme
Tokoh Carles Robert Darwin (1809-1882). Dalam pemikirannya ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan segala sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukuim-hukum mekanik. 
7. Matearilisme
 Julien de tamenrle (1709-1751) mengemukakan pemikirannya banwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya di anggap sebagai mesin. Dari matreansme historis atau diaktetis yaitu Karl Marx (1818-1883) nama lengkapnya Karl Heinrich Mark. Menurut pendapatnya tugas seorang filosof adalah bukan unuk menerangkan dunia tetapi untuk mengubahnya.
8. Neo-Kantianisme
Tokohnya: Wilhem Windelband (1848-1915) Herman Cohen (1842-1918) Paul  Natrop (1854-1928) Heinrich Reckhart (1863-1939). Herman mengemukakan bahwa keyakinannya kepada otoritas akaImanusia untuk mencipta.
9. Pragmatisme
Tokohnya Wiliam James (1842-1910). Ia beranggapan banwa rnasalah kebenaran tentang asal atau tujuan dan hakikat bagi orang amerika tertentu teoritis, yang ia inginkan adalah hasil-hasil yang konkret, dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah di selidiki  konsekuensi­ konsekuensinya
10. Filsafat hidup
Tokoh Aotan Henry Bergson (1859-1941). Pemikirannya Alam semesta semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetap perkembangannyalidak sesuai dengan implikasi logis.
11. Fenomenologi
Tokoh Edmind Hussert (1839-1939) dan pengikut-pengikutnya Max Scheler (1874-1928) pemikirannya bahwa objeklbenda harus diberi kesempatan untuk berbicara yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adatan untuk melihat hakekat  gejala secara intuitif.
12. Eksistensialisme 
Tokohnya Soren Kierkegaard 91813-1855) Martin  Heidegger. J.P. Sartre. Karl Jaspers. Gabriel Marcel pemikiran saren mengemukakan bahwa suatu kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada pada eksistensi yang individu dan konkret.
13. Neo-Thomisme
Paham Thomisme yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut, kemudian pada akhirnya menjadi paham Thomisme. 

E.Macam-macam filsafat
1.Renaisans 
Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahirankembali (rebirth. Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan.
Pada zaman ini juga banyak ditemukan berbagai keilmuan yang terkenal sampai sekarang, dengan tokoh sebagai berikut :
a. Nicolaus Copernicus (1473-1543) penemu di bidang astronomi.
b. Galileo Galilei (1564-1642) penemu teleskop.
c. Francis Bacon (1561-1626) seorang filosof dan politikus Inggris.
2.Rasionalisme 
Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.
Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis. seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan dan serta semua anggapan yang tidak rasional.
Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal dengan nama aliran rasionalisme.
Pemikiran yang mengatasnamakan rasionalisme ini banyak didukung oleh para ahli pada bidang filsafat, diantaranya adalah :
1.  Rene Descartes (1595-1650).
2.  Baruch Spinoza (1632-1677)
3.  Go  fried Wilhelm Leibniz (1646-1716)
Yang dianggap sebagai bapak filsafat modern itu adalah tokoh yang pertama pada filsafat modern yaituRene Descarte yang lebih akrab dipanggil Descarte. Dengan adanya filsafat yang menjorok pada modern ini, kita mampu mengeluarkan pemikiran – pemikiran kita tentang apa yang sedang dibutuhkan di ranah filsafat.
3.Empirisme
Para pemikir di Inggris bergerak ke arah yang berbeda dengan tema yang telah dirintis oleh Descartes. Mereka lebih mengikuti Jejak Francis Bacon, yaitu aliran empirisme. Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme.
Jadi selebihnya penjelasan dari empirisme adalah sebuah aliran filsafat modern yang sangat berlawanan dengan rasionalisme, karena aliran ini banyak menekankan pada pengalaman yang terjadi pada diri dari ahli yang mengalaminya itu. Karena sebagian dari teori yang ada pada aliran ini adalah pengalaman yang benar – benar dialami oleh para ahli yang kemudian membuat aliran filsafat empirisme ini.
Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran. Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia mempersatukan empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern. 

F.Perkembangan filsafat abad modern
Zaman Modern dikenal juga sebagai masa Rasionalisme yang ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu   pengetahuan pada zaman modern sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan berasal dari diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah  rasio:  kebenaran pasti  berasal  dari rasio (akal).
Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti  pada zaman yunani kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Era ini berawal sekitar abad ke-15. Pada zaman ini filsafat dari berbagai aliran muncul. Secara garis besar ada tiga paham yang muncul yaitu rasionalisme,  idealisme, dan empirisme. Tapi yang paling mendominasi pada zaman ini  adalah paham rasionalisme.
1.Paham Rasionalisme
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya  ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Descartes menerapkan pembagian  tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas.
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu :
a.Realitas pikiran (res cogitan) : Pikiran sesungguhnya adalah  kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.
b.Realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi : Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran.
c.Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu) : Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga.
2.Paham Empirisme
Pada  paham empirisme  dinyatakan  bahwa  tidak  ada  sesuatu  dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang  menyangkut pribadi manusia). Menurut paham ini, pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna, alasannya karena ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui  persepsi indera kita. Pelopor aliran ini yaitu Francis Bacon dan dikembangkan oleh David Hume, Thomas Hubbes, John Lock, dan David Hume.
3. Paham Idealisme
Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa. Aliran ini mencoba memadukan pendapat paham Rasionalisme dan paham  Empirisme. Dengan kritisisme Immanuel Kant berpendapat, pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera  kita, namun dalam akal kita  ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.
Menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia.
a. Kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum  kita  menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara  pandang dan bukan atribut  dari dunia  fisik. Itu  materi pengetahuan.
b. Kondisi-kondisi batiniah dalam  manusia  mengenai  proses-proses  yang tunduk  kepada hukum  kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. 

IV.Kesimpulan 
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, Tidak juga  dari  para penguasa tetapi dari diri  manusia sendiri.  Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Aliran  emperisme, sebaliknya  meyakini  pengalaman Sumber pengetahuan itu,baik yang batin maupun inderawi. Sejarah filsafat terdiri  dari  tiga  periode. Periode pertama, adalah periode klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan periode post-modernisme.
Ciri-ciri filsafat: Subjektivitas, kritik, kemajuan, runtuhnya otoritas gereja, dan mengual otoritas sains. Aliran-aliran pemikirannya: Rasionalisme, empirisme, kritisme, idealisme, positisme, evolusinisme, matearilisme, neo-kantianisme, pragmatism, filsafat hidup, fenomenologi, eksistensialisme, dan neo-thomisme. Macam-macam filsafat: Renains, rasionalisme, dan empirisme.
Zaman Modern dikenal juga sebagai masa Rasionalisme yang ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu   pengetahuan pada zaman modern sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan berasal dari diri manusia sendiri. Aliran  rasionalisme  beranggapan  bahwa sumber.

V.Penutup 
Demikianlah makalah yang dapat penulis buat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Dan akhirnya penulis minta maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dari pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Dan semoga makalah ini dapat memberikan makalah khususnya dan umumnya untuk para pembaca dalam kehidupan ini. Amin.

0 Response to "makalah filsafat (POKOK-POKOK PEMIKIRAN FILSAFAT ABAD MODERN)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel