Manfaat mempelajari cidera
Wednesday, March 12, 2014
Add Comment
Kerangka
Berfikir
Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga
adalah supaya mahasiswa atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana
menangani cedera olahraga dan bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur
tentang perbedaan banyak ragam jenis cedera maka perlu diberikan penjelasan
tentang pengertian cedera, yaitu :
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau
jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu
tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh
sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat
menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka
yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi
masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi
resiko celaka tersebut.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk
dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi,
tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani
tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini
semakin mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan
tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika
hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan
atau mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan
karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot
atau sendi serta bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan
benar dapat mengakibatkan gangguan atau
keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari
maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera
ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama
sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga
harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Cedera
olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a.
Kelompok
kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban
otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma
kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma
pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok
“sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang
berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow
swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
C. Macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar
terjadi pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau
perlu ke prestasi puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera
memerlukan waktu penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua
alat (organ) atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga
tergantung dari derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan
penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung
dalam kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka
serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah,
sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang
cedera dapat dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka
latihan untuk pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk
mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot
(atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka
sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera.
D.
Klasifikasi
Cedera Olahraga
Secara umum
cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera
ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat
mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat 2 (cedera
sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada
performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi
(tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon,
robeknya ligament (sprain grade II).
c. Cedera tingkat 3 (cedera
berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat
total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau
hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau
fracture tulang.
d. Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera
olahraga.
1. Strain
Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi
atas 3 tingkat, yaitu :
a)
Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi
ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi
tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya straing dari otot hamstring (otot
paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau
pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas
meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).
b)
Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon,
sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c)
Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai
komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi
dan rehabilitasi.
2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4
tingkat, yaitu :
a)
Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang
terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.
b)
Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50%
masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10
minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali
terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum
berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c)
Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament
dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting
untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.
d)
Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat
lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.
E.
Penyebab dan
Pencegahan pada cedera olahraga
Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi
para pelatih, guru pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang
mempunyai atlit cedera olahraga.
Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu
bahwa yang paling sental dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi
pelatih olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim
medis disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih
olahraga yang tahu tentang olahraga.
Pulih tidaknya cedera sebagian
besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah
berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit.
Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event.
Mengistirahatkan atlit boleh dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia
selalu terbatas. Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit
yang cedera.
Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga
mempunyai kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan
jasmani haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara
benar.
Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga
yang perlu diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari
kecenderungan untuk cedera olahraga.
F.
Penyebab
Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara
olahraga.
1.
Faktor olahragawan/olagragawati
a.
Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative
menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun.
Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b.
Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering
mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.
c.
Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan
dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.
d.
Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk
menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan
bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e.
Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam
melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f.
Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga
terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain
ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g.
Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem
musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih
awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian
kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h.
Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang
kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua
jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan
Nutrisi
Keseimbangan
nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh
yang sehat.
j.
Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan
yang lain.
2.
Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang
baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang
bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3.
Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga
yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua
harus diketahui sebelumnya.
G.
Pencegahan
Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang
harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi
masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1.
Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan
cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus
dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan
untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup
keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca
situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih
juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus
dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.
a)
Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b)
Kulit dan otot terasa mengembang
c)
Kehilangan selera makan
d)
Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e)
Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f)
Penurunan berat badan
g)
Melambatnya pemulihan
h)
Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2.
Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera
otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa
kelelahan.
a.
Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor
yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih
benar-benar tidak mudah cedera.
b.
Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik
berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
c.
Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki
proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan
latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi
kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
· Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan
dipakai.
· Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
· Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
d.
Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena
tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera.
Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak
membahayakan.
e.
Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera.
Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan
seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga
yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya
mempunyai model sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan
adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga
lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.
Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat
memperkecil resiko cedera olahraga.
Kontruksi sepatu
Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :
1)
Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam
benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau
berkembang-kembang).
2)
Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3)
Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan
tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
4)
Terdapat “arch support” yang baik.
5)
Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
6)
“Heel counter” harus kuat dan kaku.
7)
Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan
sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas
dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada
“counter” (bagian belakang sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos
kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.
f.
Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan
atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah
karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang
terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g.
Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar,
seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika
terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas.
Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan
bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.
h.
Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau
yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang
stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera
berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus
kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
i.
Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga
kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya
memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan
dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa
depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.
H. Perawatan dan Pengobatan cedera
olahraga
Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera
olahraga terlebih dahulu mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat
pendarahan tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin
terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di
daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.
A.
Penanganan
pendarahan
Penanganan
cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan lokal.
1.
Akut (0-24
jam)
Terjadi
cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti, biasanya samapai
24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2.
Sub-Akut
(24-48 jam)
Pada saat
masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah
kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut dan
berdarah kembali.
3.
Tingkat
lanjut (48 jam sampai lebih)
Pendarahan
telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat ini
penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat
mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus
meminta pertolongan dokter.
B.
Penanganan
pertama
Pulihnya
atlit dan mampu aktif kembali sangat
tergantung dari keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan
yang diberikan. Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan
sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku.
Pelatih
harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang
berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang ringan
keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih
sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.
C.
Penanganan
rehabilitasi medik
Pada
terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan
adalah :
1.
Pelayanan
spesialistik rehabilitasi medik
2.
Pelayanan
fisioterapi
3.
Pelayanan
alat bantu (ortesa)
4.
Pelayananpengganti
tubuh (protesa)
Penangana
rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.
a.
Penanganan
rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.
Cedera akut
ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah penangananya.
Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan
apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan
jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut
telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :
R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan
pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan
lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan
dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : penekanan
atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan
pendarahan lebih lanjut.
E – Elevatin :
peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
b.
Penanganan
rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut
Pada masa
ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :
· Pemberian
modalitas terapi fisik
Terapi dingin :
Cara
pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1.
Kompress
dingin
Teknik :
potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada
bagian yang cedera.
Lamanya :
20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
2.
Masase es
Tekniknya
dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7 menit, dapat
diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
3. Pencelupan
atau peredaman
Tekniknya
yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur
dengan es. Lamanya 10-20 menit.
4.
Semprot
dingin
Tekniknya
dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.
Terapi panas :
Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas
adalah bila diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi
panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh
akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya.
0 Response to "Manfaat mempelajari cidera"
Post a Comment