MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA LISAN I


I.            PENDAHULUAN
Mata kuliah ini berfokus pada strategi pengajaran bahasa di kelas-kelas tinggi MI kelas 3 – 6. Topik-topik yang dibahas meliputi cara meningkatkan perkembangan bahasa lisan dan tertulispada murid-murid MI kelas 3 – 6. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti perkuliahan ini, anda terlebih dahulu menguasai materi yang berkenaan dengan peningkatan keterampilan Berbahasa Indonesia dan Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-Kelas Rendah.
Strategi dalam modul iniakan mengarahkan guru kelas tinggi 3 - 6 MI dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu. Baik keterpaduan antara aspek pembelajaran keterampilan berbahasa yakni: menyimak, berbicara, membaca dan menulis: apresiasi sastra dan aspek kebahasaan maupun keterpaduan dengan bidang studi lain seperti Matematika, Kesenian, IPA, dan IPS.
Strategi ini ditempuh sebagai salah satu cara mengatasi hasil pembelajaran yang selama ini dinilai belum memuaskan. Masalah klasik, yakni guru terlalu banyak memberikan pengetahuan bahasa dibanding kemampuan Berbahasa. Hal itu terungkap pula dari hasil observasi Samsuri (1988) yang menyatakan bahwa sebagian besar pembelajaran bahasa itu berlangsung dengan strategi  yang tidak tepat, yakni interaksi guru-buku teks bukan interaksi guru-siswa. Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai sesuai dengan urutan yang terdapat dalam buku teks tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga tidak heran jika masih terlalu banyak siswa yang belum terampil berbahasa, baik lisan maupun tulis.
Maupun secara alamiah siswa telah mampu berbahasa lisa  dan tulis, namun kemampuan tersebut belum memadai jika dikonfirmasikan tujuan yang ingin dicapai oleh kurikulum, apalagi dengan tuntutan kehidupan dewasa ini yang semakin kompleks.
Seseorang dapat disebut terampilmembaca manakala dia telah mampu membeda-bedakan sifat dan tuntutan wacana. Cara membaca buku teks teks tenrunya berbeda dengan cara membaca puisi dan berbeda juga dari membaca novel. Demikian pula untuk terampil menyimak, berbicara, dan menulis.

II.            TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
A.    Meningkatkan menyimak dan berbicara dengan kegiatan bercerita kreatif.
B.     Penyusunan bahan pembelajaran menyimak dan berbicara.

III.            URAIAN MATERI

A.    Meningkatkan Menyimak dan Berbicara Dengan Kegiatan Bercerita Kreatif.

Kata “Bercerita” dan “Kreatif” sudah sangat terkenal. Bercerita merupakan salah satu jenis kegiatan berbicara yang dilakukan manusia. Kreatif merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh manmusia. Sifat ini telah mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai aspek. Kreativitas manusia telah menjadikan dunia ini indah dan menyenangkan.
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang sangat erat, Dawson dalam Tarigan dan Tarigan menjelaskan sebagai berikut.

a.       Ujaran (speech) dipelajari memalui menyimak dan meniru (imitasi); oleh karena itu, model atau contoh yang disimak atau yang direkam anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
b.      Kata-kata yang dipelajari kemudian dipakai anak ditentukan stimuli yang ditemuinya dalam kehidupan.
c.       Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa dirumah dan tempat masyarakatnnya hidup; misalnya: ucapan, intonasi, kosakata, penggunaaan kata, dan pola-pola kalimat.
d.      Anak yang lebih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat panjang daripada kalimat-kalimat yang diucapkannya.
e.       Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f.       Suara merupakan faktor penting dalam meningkatkan penggunaan kata anak; oleh karena itu akan tertolong kalau anak menyimak ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bermutu tinggi, dan lain-lain.
g.      Berbicara dengan bantuan alat peraga akan menghasilkan pemahaman informasi yang lebih baikbagi penyimak. Umumnya anak menggunakan bahasa yang didengarnya atau disimaknya.

Kaitannya dengan kegiatan menyimak di kelas-kelas tinggi SD/MI, maka jenis kegiatan menyimak harus beragam. Beragam baik dari segi penyajiannya maupun bahan yang dijadikan padanannya. Sebagaimana diungkapkan Nambiar dalam Sarumpaet (1998) bahwa pengajaran bahasa yang menggunakan berbagai sumber bacan dan bahan pelajaran lebih berhasil daripada yang hanya menggunakan satu atau dua bahan (dalam bentuk yang sama).
Tuntutan yang berkenaan dengan kemampuan menyimak dan berbicara bagi siswa SD/MI di kelas-kelas tinggi ini diantaranya:

1.      Siswa mampu menerima informasi dan memberi tanggapan dengan tepat tentang berbagai hal secara lisan.
2.      Siswa mampu menyerap pengungkapan perasaan orang lain secara lisan dan tertulis serta memberi tanggapan secara tepat.
3.      Siswa mampu menyerap pesan, gagasan, dan pendapat orang lain dari berbagai sumber.
4.      Siswa memperoleh kenikmatan dan manfaat mendengarkan.
5.      Siswa mampu memanfaatkan unsur2 kebahasaan karya sastra dalam berbicara dan menulis.

Untuk mencapai tujuan tersebut Kurikulum 1994 telah memberikan rambu-rambu, yakni pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Pelaksanaannya di kelas pembelajaran harus terintegrasi antara komponen  kebahasaan, pemahaman dan penggunaan, dengan memfokuskan pada salah satu komponen dan memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran antara lain mudah-sukar, dekat-jauh, sederhana-rumit, konkret menuju abstrak.

Keempat aspek keterampilan berbahasa harus mendapat porsi yang seimbang, misalnya:

Menyimak                                    menulis                                    Berdiskusi
Menyimak                                    bercakap-cakap                       Menulis
Bercakap-cakap                            menulis                                    Membaca
Membaca                                      berdiskusi                                Memerankan
Membahas                                    melaporkan                              Membahas

Konteks atau tema digunakan untuk pengembangan dan perluasan pembendaharaan kata serta pemersatu kegiatan berbahasa. Selanjutnya pembelajaran kosakata dilakukan dalam konteks wacana yang dipadukan dengan dengan kegiatan pembelajaran, baik pada keterampilan berbahasa maupun sastra. Pembelajaran sastra diarahkan untuk mempertajam perasaan penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.

Rambu-rambu tersebut hendaknya dijadikan landasan untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan – menyimak dan berbicara – di kelas-kelas tinggi SD/MI. Usaha yang dapat dilakukan. Diantaranya:

1.      Bercerita

Becerita harus dibedakan dengan pembacaan cerita (Sarumpaet,1988:132). Bercerita jangan menggunakan buku. Bercerita berarti menciptakan kembali cerita yang pernah dibaca. Jalinan antara keterampilan membaca dan bercerita tercermin dalam kegiatan ini.
Aplikasi kegiatan bercerita ini dapat dikembangkan lebih dengan bahan atau wacana yang berlainan. Pembelajaran menyimak berbicara ini erat kaitanya dengan pengajaran wacana karena tuturan yang dijadikan masukan maupun keluaran itu tidak  lain adalah wacana.

2.      Percakapan terbimbing
Salah satu bentuk pembelajaran bahasa lisan ini adalah percakapan. Butir pembelajaran ini sebenarnya dapat menggunakan teknik percakapan terbimbing dan bebas. Namun, sampai saat ini percakapan bebas belum diangkat menjadi butir pembelajaran karena masih terdapatnya kekhawatiran guru akan pengaruh negatif percakapan tersebut pada siswa (lihat syamsudin AR, 1989:19).
Percakapan terbimbing bukan berarti siswa diarahkan untuk menghafal teks melainkan dibimbing dengan sebuah kerangka ptunjukdan kerangka pola bahasa.

a.       Kerangka petunjuk
Pihak A
Pihak B
Menegur/menyapa
Menjawab dan menanyakan berita
Menjawab dan menceritakan sesuatu (sesuai dengan tema pembelajaran)
Tertarik dan menanyakan lebih lanjut tentang sesuatu (mungkin tempat, waktu, cara,dsb.)
Menjelaskan dan mengajak
Tertarik dan akan ikut serta
Menanyakan
Menjawab
dst*
dst*
Salam
Salam

(dikutip dari Syamsudin AR (1989 : 19-20) dengan sedikit perubahan).
Untuk kelas 5 dan 6 bisa diisi dengan diskusi kecil yang diangkatdari tema.*

b.      Kerangka pola bahasa
percakapan jenis inibermuara pada penggunaan dan penguasaan jenis-jenis bahasa. Pada Kurikulum 1994 Madrasah Ibtidaiyah terdapat butir pembelajaran yang berhubungan dengan penggunaan kata tanya seperti apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan; butir pembelajaran pengembangan kosakata (disesuaikan dengan tema), seperti, kosakatabidang lingkungan, olah raga, kesehatan, pendidikan, kesenian, dan lain-lain; butir pembelajaran struktur, seperti penggunan kalimat majemuk dan sebagainya.

Contoh:

PIHAK A
PIHAK B
Menanyakan sesuatu dengan
Bagaimanakah   .........
Menjawab dan menyodorkankemungkinan dengan pertanyaan
Bagaiman dengan  ..........
Setuju  ..........
Tetapi  ..........
Setuju juga  ..........
Namun sebaliknya  ............
Sepakat dan mengakhiri percakapan
Mengakhiri percakapan

B.     penyusunan Bahan Pembelajaran Menyimak dan Berbicara.
Pada modul sebelumnya telah dibahas hal-hal yang berkenaan oleh strategi pengembangan kemampuan menyimak dan berbicara di kelas tinggi MI. Pada bagian ini akan dibahas model pembelajarannya. Pembelajaran ini mengacu pada pendekatan intregatif. Oleh karena itu merancang bahan pembelajaran prinsip tersebut harus senantiasa menjadi patokan.
Sesuai dengan pokok bahasan ini, fokus pembelajaran kali ini yaitu menyimak. Dengan demikian, waktu yang banyak diberikan adalah pada bagian menyimak, selanjutnya kegiatan menyimak ini dapat dipadukan dengan kegiatan menulis, berbicara, dan membaca, serta aspek kebahasaan. Sebuah contoh diangkat model pembelajaran menyimak di kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah.

Siswa mampu memahami gagsan yang didengar secara langhsung atau media elektronik.

Selanjutnya, carilah butir-butir pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Pada tiap semester terdapat sejumlah butir pembelajaran yang dapat dipilih dan diolah guru sebagai bahan pembelajaran di kelas. Butir pembelajaran pada semester 1 yang sesuai dengan tujuan tersebut adalah

Menceritakan kembali secara lisan atau tertulis cerita rakyat dari daerah sendiri atau daerah lain yang telah dibaca atau didengar, kemudian membicarakannya.

Berdasarkan butir pembelajaran ini, dapat ditentukan perilaku-perilaku yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran, seperti kegiatan mendengar, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali, dan membicarakan atau mendiskusikan cerita yang didengar. Kegiatan-kegiatan tersebut melandasi penyusunan tujuan pembelajaran khusus.

IV.            KESIMPULAN
Kata “Bercerita” dan “Kreatif” sudah sangat terkenal. Bercerita merupakan salah satu jenis kegiatan berbicara yang dilakukan manusia. Kreatif merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh manmusia. Sifat ini telah mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai aspek. Kreativitas manusia telah menjadikan dunia ini indah dan menyenangkan.
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan secara langsung (face to face communication) antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang sangat erat, Dawson dalam Tarigan dan Tarigan menjelaskan sebagai berikut.

V.            PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun,kami menyadari bahwa makah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang, semoga makalah iani bermanfaat bagi pembaca sekalian.



0 Response to "MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA LISAN I"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel