PENYUTRADARAAN DAN TEKNIK BERPERAN
Wednesday, March 12, 2014
Add Comment
1.
PENYUTRADARAAN
Penyutradaraan berhububungan
dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam
drama tradisional dan wayang, sutradara disebut “dalang”. Peranan sutradara
dalam teater tradisional tidak sepenting dan sebesar peranan sutradara dalam
teater moderen. Seluruh pementasan drama moderen adalah tanggung jawab
sutradara. Dialog, acting, dan segala kelengkapan pentas diatur oleh sutradara.
Dalam teater tradisionaal, sutradara hanya memberikan intruksi secara garis
besar. Tugas sutradara dalam drama modern di samping melatih, mengkoordinasikan
aktor/aktris, juga memimpin urusan nunsur pentas seperti: penata lampu, penata
pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian,dekorator, dan petugas
lainya. Haryawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang
bertugas mengkoordinasikan segala anasir teater, dengan paham, kecakapan serta
daya imajinasi inteligen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil. Sutradara berhubungan dengan produser (yang membiayai pementasan),
manajer (pemimpin tata laksana), dan stage manager (yang mengatur panggung dan
seluruh perlrngkapannya).
1.1.
Sejarah
timbulnya sutradara
Dalam drama
tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama
tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain secara improvisasi. Yang
ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara,
beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut.
a.
Pada saat
Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874 - 1890.
Saat itu dipentaskan 2591 drama diseluruh Jerman. Kemudin mengadakan tour ke
seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara
yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan. Prinsip penyudaraan yang
digunakan adalah: disiplin yang teliti, periode latihannya panjang, dengan
latihan yang bersungguh-sungguh. Tidak ada bintang. Semua bagian pentas
dipandang penting, pemandangan panggung penuh dengan orang banyak, sampai
membiarkan belas kasihan golongan atas, menjadi objek karya yang efektif.
Sceneri, lighting, customes, make up, dan properties direncanakan secara cermat
dan diarahkan untuk mengekspresikankarakter dan situasi. Konsentrasi penyutradaraan
lebih bertumpu pada keseluruhan (whole) daripada fungsi bagian-bagian.
1.2.
Tugas
sutradara
Sebelum
membicarakan tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang
berhubungan dengan pementasanya, misalnya sebagai berikut.
a.
Arti
pementasan dan mengapa kontruksi pementasan harus disusun demikian.
b.
Mengerti
sikap karakter dan juga peranannya didalam pementasan; maka sutradara
harusmenentukan karakter fisik, kualitas yang dominan, tingkat emosi dan
tingkat kualifikasi vokal yang dibutuhkan, kostum dan peralatan lampu yang
sesuai.
c.
Mengerti
bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai.
d.
Mengerti
latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan dan
juga gambaran audience yang akan menyaksikan.
e.
Mampu
menyadur kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton.
f.
Mampu
menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga suasana
hakiki dapat dihayati.
g.
Mampu
menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang menggambarkan
suasana yang sesuai.
Untuk menjadi
sutradara, seseorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup
serius, memahami segala aspek pentas, memahami acting daan memahami cara
melatih acting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam seorang
peran.
Lebih dari itu,
dia harus memiliki wawasan yang luas tentang dunia pentas dan tentang para
pengarang dan alirannya.
Untuk kepentingan
latihan kelak, sutradara harus membuat catatan, baik secara khusus, maupun pada
naskah, tentang hal-hal sebagai berikut:
1.
Karakter
dan diagram konflik, dimana konflik mulai menanjak, klimaks dan menurun.
2.
Perencanaan
teknis, misal adegan x dengan dekor p, dengan warna z, dengan musik y, dengan
efek suara w, dan sebagainya.
3.
Rencana
action dari para aktor, pada dialog tertentu harus berdiri, duduk, crossing,
meloncat, tertawa, menangis, dan sebagainya.semua ini harus sudah direncanakan
oleh sutradara sebelum latiha dimulai.
2.
TEKNIK BERPERAN
Berperan adalah
menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana keterampilan
seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya
sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan.
Dalam menjadi
orang lain itu tidak mudah. Untuk berperan secara natural dan realistis, diperlukan
penghayatan yang mendalam tentang tokoh yang di perankannya itu, dalam kaitan
ini, gaya, tipe, dan jiwa permainan menentukan corak penghayatan peran. Dalam
semua kerja menjadi orang lain itu, seorang aktor harus bersikap kreatuf daya
kreatifitas aktor sangat berperan dalam membentuk menjadi orang lain itu.
Dalam berperan
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut ini.
1.
Kreasi
yang dilakukan oleh aktor atau aktris.
2.
Peran
yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar.
3.
Peran
yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari
pementasan.
4.
Peran
yang dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus
dipresentasikan.
0 Response to "PENYUTRADARAAN DAN TEKNIK BERPERAN"
Post a Comment