PENYUTRADARAAN DAN TEKNIK BERPERAN


1.      PENYUTRADARAAN

Penyutradaraan berhububungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam drama tradisional dan wayang, sutradara disebut “dalang”. Peranan sutradara dalam teater tradisional tidak sepenting dan sebesar peranan sutradara dalam teater moderen. Seluruh pementasan drama moderen adalah tanggung jawab sutradara. Dialog, acting, dan segala kelengkapan pentas diatur oleh sutradara. Dalam teater tradisionaal, sutradara hanya memberikan intruksi secara garis besar. Tugas sutradara dalam drama modern di samping melatih, mengkoordinasikan aktor/aktris, juga memimpin urusan nunsur pentas seperti: penata lampu, penata pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian,dekorator, dan petugas lainya. Haryawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang bertugas mengkoordinasikan segala anasir teater, dengan paham, kecakapan serta daya imajinasi inteligen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil. Sutradara berhubungan dengan produser (yang membiayai pementasan), manajer (pemimpin tata laksana), dan stage manager (yang mengatur panggung dan seluruh perlrngkapannya).
1.1.   Sejarah timbulnya sutradara
Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain secara improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut.
a.       Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874 - 1890. Saat itu dipentaskan 2591 drama diseluruh Jerman. Kemudin mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan. Prinsip penyudaraan yang digunakan adalah: disiplin yang teliti, periode latihannya panjang, dengan latihan yang bersungguh-sungguh. Tidak ada bintang. Semua bagian pentas dipandang penting, pemandangan panggung penuh dengan orang banyak, sampai membiarkan belas kasihan golongan atas, menjadi objek karya yang efektif. Sceneri, lighting, customes, make up, dan properties direncanakan secara cermat dan diarahkan untuk mengekspresikankarakter dan situasi. Konsentrasi penyutradaraan lebih bertumpu pada keseluruhan (whole) daripada fungsi bagian-bagian.
1.2.   Tugas sutradara
Sebelum membicarakan tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pementasanya, misalnya sebagai berikut.
a.      Arti pementasan dan mengapa kontruksi pementasan harus disusun demikian.
b.      Mengerti sikap karakter dan juga peranannya didalam pementasan; maka sutradara harusmenentukan karakter fisik, kualitas yang dominan, tingkat emosi dan tingkat kualifikasi vokal yang dibutuhkan, kostum dan peralatan lampu yang sesuai.
c.       Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai.
d.      Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan dan juga gambaran audience yang akan menyaksikan.
e.       Mampu menyadur kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton.
f.        Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati.
g.      Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang menggambarkan suasana yang sesuai.
Untuk menjadi sutradara, seseorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami segala aspek pentas, memahami acting daan memahami cara melatih acting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam seorang peran.
Lebih dari itu, dia harus memiliki wawasan yang luas tentang dunia pentas dan tentang para pengarang dan alirannya.
Untuk kepentingan latihan kelak, sutradara harus membuat catatan, baik secara khusus, maupun pada naskah, tentang hal-hal sebagai berikut:
1.      Karakter dan diagram konflik, dimana konflik mulai menanjak, klimaks dan menurun.
2.      Perencanaan teknis, misal adegan x dengan dekor p, dengan warna z, dengan musik y, dengan efek suara w, dan sebagainya.
3.      Rencana action dari para aktor, pada dialog tertentu harus berdiri, duduk, crossing, meloncat, tertawa, menangis, dan sebagainya.semua ini harus sudah direncanakan oleh sutradara sebelum latiha dimulai.

2.      TEKNIK BERPERAN

Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana keterampilan seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan.
Dalam menjadi orang lain itu tidak mudah. Untuk berperan secara natural dan realistis, diperlukan penghayatan yang mendalam tentang tokoh yang di perankannya itu, dalam kaitan ini, gaya, tipe, dan jiwa permainan menentukan corak penghayatan peran. Dalam semua kerja menjadi orang lain itu, seorang aktor harus bersikap kreatuf daya kreatifitas aktor sangat berperan dalam membentuk menjadi orang lain itu.
Dalam berperan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut ini.
1.      Kreasi yang dilakukan oleh aktor atau aktris.
2.      Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar.
3.      Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan.

4.      Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak yang harus dipresentasikan.

0 Response to "PENYUTRADARAAN DAN TEKNIK BERPERAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel