PERAN TAUHID DALAM KEHIDUPAN SOSIAL ( TAUHID SEBAGAI FALSAFAH HIDUP )



I.   PENDAHULUAN
Sejak dalam alam penciptaannya, seorang manusia (sesungguhnya) telah memiliki rasa ingin tahu terhadap apa dan mengapa telah tercipta segala yang ada di depannya. Dalam naluri mereka mulai bertanya “ dari mana semua ini berasal dan akan kemana itu berakhir? Pertanyaan itulah yang kemudian tercatat dalam al-Quran, yang pada akhirnya membawa Nabi Ibrahim as. ke jalan untuk menemukan Rabbnya.  Ayat tersebut ialah surat al-An’am ayat 76-80 yang artinya:
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, ‘inilah Tuhanku’, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, ‘Saya tidak suka kepada yang tenggelam’,. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata, ‘Inilah Tuanku’. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat’. Kemudian tatkala dia melihat matahari, Dia berkata, ‘Inilah Tuhanku’ inilah yang lebih besar’. Maka tatkala matahari terbenam, Dia berkata, ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cendrung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan’. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata ‘apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali dikala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka, apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya)?
Ayat di atas menjadi sebuah bukti bahwasanya Tauhid merupakan sebuah misi risalah yang hendak dicapai oleh Nabi Ibrahim as sehingga pada akhirnya dia beriman kepada Allah yang Esa, dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain-Nya. Misi risalah itulah yang juga diemban oleh Nabi Muhammad saw dan juga para Nabi lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25 : “Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan kami wahyukan kepadanya ‘Bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, Maka sembahlah Aku”.
Betapa pentingnya Tauhid bagi kehidupan manusia, sehingga ditempatkan pada bagian yang pertama dan utama oleh semua agama khususnya agama samawi. oleh karenanya, sangat penting sekali untuk diketahui tentang “apa sebenarnya peran atau manfaat ilmu Tauhid bagi kehidupan manusia?” sehingga dijadikan sebuah tujuan utama dari diutusnya para nabi dan Rasul.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara singgkat tentang peran tauhid tersebut dalam kehidupan umat manusia, dengan harapan bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca makalah ini.

II. RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Ilmu Tauhid
B.     Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial
C.     Manfaat Mempelajari Ilmu Tauhid

III. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu Tauhid
Perkataan tauhid berasal dari bahasa arab Wahhada-Yuhawwidu yang secara etimologis berarti ke-Esaan, sehingga istilah mentauhidkan berarti, “Mengesakan”. Sementara para ulama medefesikan tauhid berbeda, tetapi perbedaan itu hanyalah pada redaksi atau kalimat yang digunakan, sedangkan substansinya sama. Seperti Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa “Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Alah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkan kepada mereka.[1]
Sementara Affandi al-Jasr mengatakan, ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.  Selain itu Prof. M. Thahir A. Muin memberikan difinisi : Tauhid ialah ilmu yang menyelidiki dan membahas soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian utusan-utusan-Nya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk membuktikan ada-Nya zat yang mewujudkan.[2]
Disamping itu, masih banyak difenisi lain yang dikemukakan para ahli tentang ilmu tauhid tersebut. Hal itulah yang memberi sebuah gambaran bahwa nampaknya belum ada kesepakatan di antara para ahli mengenai difenisi dari ilmu tauhid. Akan tetapi, dari difenisi-difenisi yang diberikan para ahli tersebut, setidaknya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ilmu tauhid ialah ilmu yang berghubungan dengan masalah ketuhanan (Allah), rasul atau nabi, dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
Sejalan dengan perkembangan ruang lingkup pembahasan ilmu ini, maka terkadang ilmu tauhid ini dinamai pula ilmu teologi, ilmu ushuluddin, ilmu aqaid, dan ilmu ketuhanan. Dinamai ilmu teologi karena ilmu ini juga membahas tentang bagaimana mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil dan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan yang bertentangan dengan dalil. Selain itu, pada intinya ilmu teologi ini juga berhubungan dengan masalah ketuhanan. Selanjutnya dinamai ilmu ushuluddin, karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada tuhan, dinamai ilmu aqa’id, karena dengan illmu ini seseorang diharapkan agar meyakini dalam hatinya secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya pada Allah sebagai Tuhan.
Dari pembahasan di atas tampak bahwa, pada intinya ilmu tauhid ialah ilmu yang berbicara tentang bagaimana seseorang meyakini, dan percaya bahwa hanya ada satu tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu, sehingga ilmu tauhid ini adalah sebuah disiplin ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia khususnya bagi umat beragama untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun yang menjadi objek kajian dari ilmu tauhid ini ialah aqidah yang diterangkan dalil-dalilnya, yakni aqidah yang dimaksud ialah pendapat dan pikiran atau anutan yang mempengaruhi jiwa manusia, lalu menjadi suatu bagian dari manusia sendiri, dipertahankan dan di I’tikadkan bahwa hal itu adalah benar. Oleh karenanya, akidah-akidah itu adalah merupakan akidah diniyah, adakalanya merupakan aqidah adabiah, akidah khuluqiah, aqidah ilmiah, aqidah siyasiyah, menurut corak dan warna masing-masing walaupun satu sama lain mempunyai hubungan yang erat.
B.  Peran Tauhid Dalam Kehidupan Sosial
Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara peranan tauhid dalam kehidupan sosial muslim di era modern adalah:
a.       Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya pikir kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.[3]
Firman Allah SWT SWT :
tPöqtƒ Ü=¯=s)è? öNßgèdqã_ãr Îû Í$¨Z9$# tbqä9qà)tƒ !$uZoKøn=»tƒ $oY÷èsÛr& ©!$# $uZ÷èsÛr&ur hwqߧ9$# ÇÏÏÈ   (#qä9$s%ur !$oY­/u !$¯RÎ) $uZ÷èsÛr& $uZs?yŠ$y $tRuä!#uŽy9ä.ur $tRq=|Êr'sù gŸxÎ6¡¡9$# ÇÏÐÈ  

 “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan ( yang benar ). ". ( QS. Al- Ahzaab : 66 - 67)
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “Laailaahaillallah ” ( tidak ada Tuhan selain Allah ). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”  berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “ tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad  ila ‘ibadatillahi ”  atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b.      Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka[4]
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
|M÷ƒuäur& Ç`tB xsƒªB$# ¼çmyg»s9Î) çm1uqyd |MRr'sùr& ãbqä3s? Ïmøn=tã ¸xÅ2ur ÇÍÌÈ   ÷Pr& Ü=|¡øtrB ¨br& öNèduŽsYò2r& šcqãèyJó¡o ÷rr& šcqè=É)÷ètƒ 4 ÷bÎ) öNèd žwÎ) ÄN»yè÷RF{$%x. ( ö@t/ öNèd @|Êr& ¸xÎ6y ÇÍÍÈ  

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ( QS. Al- Furqon : 43 - 44).
c.       Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Namun,  kenyataannya umat muslim sekarang berada dalam suatu ironi
( keterbalikan) dimana kemiskinan, kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi, jarak antara si kaya dengan si miskin semakin tajam, keadilan dan kejujuran semakin langka, serta kebenaran semakin mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi upaya pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup mereka.
d.       Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia
Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah - wilayah peradaban lokal menjadi peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia islam dan karya- karyanya telah menjadi landasan bagi kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.
e.     Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten[5]
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Illahirabbi.
f.       Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka
Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak,  Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
C.  Manfaat Mempelajari Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid merupakan sebuah disiplin ilmu Islam yang amat dikenal baik oleh kalangan akademis ataupun oleh masyarakat pada umumnya. Hal itu terlihat dari keterlibatan ilmu tersebut dalam menjelaskan berbagai masalah yang muncul di masyarakat. Karena keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam kehidupannya seringkali dilihat dari sisi tauhid (teologi). Hal itulah yang menjadikan ilmu ini menarik untuk dikaji, dan diketahui oleh setiap umat islam, sehingga bisa mengambil manfaat dari ilmu ini untuk mencapai sebuah tujuan hakiki dari kehidupan ini. Akan tetapi, bukan berarti disiplin ilmu ini adalah ilmu satu-satunya yang harus dipelajari, karena sebagaimana dikatakan oleh Harun Nasution bahwa untuk mengetahui dan memahami tentang agama Islam, diharuskan islam ini dipelajari dari berbagai disiplin ilmu (persepektif).[6]
Perlu diketahui, bahwa pada hakikatnya tauhid ini bukan hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar, karena apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya. Inilah salah satu manfaat dari ilmu tauhid.
Selain itu, tauhid juga berfungsi sebagai pembimbimbing umat manusia untuk menemukan kembali jalan yang lurus seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul, karena jika di ibaratkan sebuah pohon, tauhid adalah pokok akar untuk menemukan kembali jalan Allah, yang dapat membawa umat manusia kepada puncak segala kebaikan. Begitu juga dengan kayakinan (tauhid) akan eksistensi tuhan yang maha esa (Allah) akan melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di ala mini adalah ciptaan tuhan, semuanya akan kembali kepada tuhan, dan segala sesuatu berada dalam urusan yang maha esa itu. Dengan demikian segala perbuatan, sikap, tingkah laku, dan perkataan seseorang selalu berpokok pada modus ini. Sebagai mana firman Allah dalam al-Quran yang artinya :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ 
Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku”(al-Dzariyat:56)
x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ  
Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan”(al-Fatihah:5)
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ  
Katakanlah, “Dialah Allah yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu..”(al-Ikhlas:1-2)
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa ketauhidan tidak hanya menyangkut hal-hal batin, tetapi juga meliputi sikap tingkah laku, perkataan, dan perbuatan seseorang. Oleh karena itu, orang-orang yang telah mampu memahami dan menghayati tauhid dengan dan dan benar akan membawa kepada kebahagiaan baik itu segi lahir ataupun batin.
Sehingga jelas bagi seseorang, bahwa tauhid tidak cukup untuk dimiliki dan dihayati, karena jika hanya demikian hanya akan menghasilkan keahlian dalam seluk beluk ketuhanan, namun tidak berpengaruh apa-apa terhadap seseorang tersebut, sehingga dirinya akan berada diluar ketauhidan yang sebenarnya, bahkan mungkin bisa sampai keluar dari keislamannya, karena maksud dan tujuan tauhid bukan sekedar diakui dan diketahui saja, tetapi lebih dari itu tauhid mengadung hal-hal yang beramanfaat bagi kehidupan manusia yaitu :
1.      Sebagai sumber dan mutivator perbuatan kebajikan dan keutamaan
2.      Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan;
3.      Mengerluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan
4.      Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin[7]
Dari empat poin yang diatas dapat dipahami bahwa tauhid selain bermanfaat bagi hal-hal batin, juga bermanfaat bagi hal-hal lahir. Sehingga dari poin tersebut sangat jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia.

IV. KESIMPULAN
Peran tauhid
a.     Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
b.     Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka
c.      Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
d      Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia
e.    Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten
f.       Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka
Manfaat mempelajari tauhid
1.      Sebagai sumber dan mutivator perbuatan kebajikan dan keutamaan
2.      Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan;
3.      Mengerluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan
4.      Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin

V.   PENUTUP
Demikian makalah ini kami sampaikan, sebagai pemakalah kami menyadari bahwa penyusunan, penulisan dan penyampaian pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat sangat kami harapkan, guna memperbaiki proses penyusunan makalah di kesempatan berikutnya.



                [1] M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, ( Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pres, 1993), hlm 2

                [2]  M. Yusran Asmuni,  Ilmu Tauhid, ( Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pres, 1993 ), hlm 2
            [3]  Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (akarta : Rajawali Pers, 2008 ),  hlm 269

            [4]  Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2008), hlm 269

                [5]  M. Muhammad Khalis. Mu’tahim, Laa Tansa Ya Muslimin. ( Jakarta : Alifbata, 2007), hlm. 87
                [6] Fauzan Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (, Jakarta :  Kencana Prenada Media,2005), hlm. 47

            [7] Musthofa Khalili, Karwandi, Tauhid. ( Yogyakarata : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm 26

1 Response to "PERAN TAUHID DALAM KEHIDUPAN SOSIAL ( TAUHID SEBAGAI FALSAFAH HIDUP )"

  1. Membaca tulisan ini sungguh sangat menarik karena tinjauan dalam tulisan diambil dari sudut yang berbeda. Sangat jarang orang menulis tauhid dalam konteks sosial yg mudah dimengerti dan sederhana. Sebagai suatu falsafah hidup ilmu tauhid merupakan inti dari hubungan sosial yang egaliter dan membebaskan manusia menuju keridloaan Allah swt

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel