FILSAFAT ILMU
Thursday, July 18, 2013
Add Comment
FILSAFAT ILMU
1.1 Latar Belakang
Berbincang
mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon dengan
metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak
dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli
filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran
yang muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan,
bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan
beserta isinya.
Para filsuf
terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek berjalan
terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology,
epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk
memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran
filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai
dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian
umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam
pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu
yang kan dijelaskan terlebih dahulu.
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah
ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum
dalam Filsafat ilmu [1].
1.
Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat
terdahulu yang telah dibuktikan.
2.
Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.
Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat
ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka
umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
4.
May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral
secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai
landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun
aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat
ilmu, seperti :
·
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang
hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
·
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa
yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
·
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis)[2].
2.2 Ruang Lingkup Filsafat ilmu
Bidang garapan
Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi ilmu meliputi apa
hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa
dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme
yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme
dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya
menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing‑masing mengenai apa dan
bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi
ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik
akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang
akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman,
atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang
dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik
seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,
positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan
teori intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi nilal‑nilai
(values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran
atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material.
Lebih dari itu nilai‑nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio
sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada
Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan
sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan
2.3 Objek Filsafat ilmu
Objek Material
filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada,
baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.
Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1.
Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang
menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2.
Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada
secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia
(antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan
dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek
material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia
ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu
yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan
lain sebagainya.
2.4 Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu dalam Pengetahuan
Di mana posisi
filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada
dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan
tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat
menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep
tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan
kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi
ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan
Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi
dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki
seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala
realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih
terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada
penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran.
2.5 Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Pemikiran
filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat
ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian
secara periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad
pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah
zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk
cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam
filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan
dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada dua
periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang
menampilkan ciri khas tertentu.
2.5.1 Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)
Pada abad VI SM
yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu pendekatan yang
sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang
problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.
2.5.2 Zaman yunani kuno
1.
Zaman keemasan yunani
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani
pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
1. Masa Helinistis Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:
a. stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang
disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak
dapat dihindari.
b. epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom.
c. skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup
mencapai kebenaran
d. eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur
filsafat ilmu dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran
yang sungguh-sungguh.
e. neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu
plato.
2.5.3 Zaman Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
1.
periode patriktis; mengalami 2 tahap:
1.
permulaan agama kristen
2.
filsafat ilmu agustinus; yang terkenal pada masa
patristik
3.
periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:
1.
periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang
lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat ilmu
2.
periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi
oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat ilmu arab dan yahudi
3.
periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafat
ilmuan yang berkembang kearah nominalisme.
2.5.4 Zaman Renaissance
Ialah zaman
peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan
modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang
bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak
didasarkan atas campur tangan Illahi.
2.5.5 Zaman Modern
Zaman modern
ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada
zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.
2.5.6 Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)
Fisi kawan
termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan
kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai
dengan penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga
sekarang.
2.6 Beberapa Aliran Filsafat Ilmu
Sejarah
perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan
telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai
filsafat ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan
pengaruhnya hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman
abad pencerahan menejelang zaman modern.
1. Nativisme atau Naturalisme, dengan tokohnya antara lain. J.J.
Rousseau (1712-1778) dan Schopenhauer (1788-1860 M). Paham ini berpendirian
bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan dianugerahi dengan potensi
insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena itu, pendidikan pada
dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan agar anak
berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini diidentifikasikan
sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.
2. Empirisme atau Environtalisme, dengan tokohnya antara lain John
Locke (1632-1704 M) dan J. Herbart (1776-1841 M). Aliran ini berpandangan bahwa
manusia lahir hanya membawa bahan dasar yang masih suci namun belum berbentuk
apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih belum tertulisi (Tabula Rasa,
Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong (Herbart). Atas dasar itu,
pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan dan pengisian
pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan
masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang
cenderung optimistik.
3. Konvergensionisme atau Interaksionisme, dengan tokohnya antara
lain William Stern (1871-1939). Pandangan ini pada dasarnya merupakan perpaduan
dari kedua pandangan terdahulu. Menurut pandangan ini, baik pembawaan anak
maupun lingkungan merupakan faktor-faktor yang determinan terhadap perkembangan
dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh karenanya, pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara pembawaan
dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai resultante atau
hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut. Pandangan ini
diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.
Filsafat adalah ‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang
tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut
di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya
manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan
integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: ” hakikat tuhan, ”
hakikat alam semesta, dan ” hakikat manusia, serta sikap manusia sebagai
konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu
sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.
Definisi filsafat menurut beberapa ilmuwan antara lain:
1.PLATO
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli artimya kebenaran yang telah dibuktikan secara nyata.
1.PLATO
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli artimya kebenaran yang telah dibuktikan secara nyata.
2.ARISTOTELES
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, estetika.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, estetika.
3.DESKARTES
Filsafat adalah kumpulan dari segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia sebagai bidang penelitian.
Filsafat adalah kumpulan dari segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia sebagai bidang penelitian.
4.IMMANUEL CANT
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal pokok dari segala
pengetahuan.
F.INTERDISIPLINER AKSIOLOGI
ONTOLOGI FILSAFAT KEILMUAN ETIKA ESTETIKA
FIL ILMU UMUM F.I FISIK
F. MATEMATIK F. BIOLOGI
F.I SOSIAL F.LINGUISTIK
F.PSIKOLOGI F. POLITIK
F. EKONOMI F. HUKUM
F. BUDAYA F. AGAMA
F. SEJARAH DLL
ONTOLOGI FILSAFAT KEILMUAN ETIKA ESTETIKA
FIL ILMU UMUM F.I FISIK
F. MATEMATIK F. BIOLOGI
F.I SOSIAL F.LINGUISTIK
F.PSIKOLOGI F. POLITIK
F. EKONOMI F. HUKUM
F. BUDAYA F. AGAMA
CABANG-CABANG FILSAFAT
TEODICEAEI
KOSMOLOGI
ANTROPOLOG
0 Response to "FILSAFAT ILMU"
Post a Comment