Fungsi Agama Dalam Masyarakat




BAB I PENDAHULUAN


Sebelum   Islam  datang  ke-  Indonesia kehidupa sosial  dan  budayanya diwarnai oleh kepercayaan polytheisme (percaya pada banyak tuhan). Bahkan sesuatu yang dianggap gaib dan tidak mampu dijangkau oleh akal mereka, selalu dipercayainya        mempunyai             kekuatan           yang                          sangat             luar            biasa.   Sehingga kehidupannya tidak jauh dan selalu diwarnai oleh hal-hal yang mereka yakini itu. Setelah  Islamemasuki  kehidupan  masyarakatnya,  meskipun  budaya  dan adat tidak berubah namun budaya dan adat tersebut diwarnai dengan budaya syariat Islam  serta  merubah  total  kepercayaan  terhadap  politeisme.  Darsejarah  yang telah dilalui masyarakat Indonesia kita dapat menyimpulkan bahwa betapa  sangat berpengaruhnya agama terhadap kegiatan social kemasyarakatan.
Menurut  ilmuwan  sosial,  kehidupan  manusia  yang  terbentang  sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi oleh apa yang disebut agama. Bahkan, dalam kehidupan sekarang pun dengan kemajuan teknologi supramodern,  manusia tak luput dari agama.  Agama-agama  lahir pada babasejarah  pramodern,  sebelum masyarakat  dan dunia  diwarnai  perkembangan  pesailmu dan teknik.  Peter L. berger  (1969:268)  melukiskan  agama  sebagai  suatu  kebutuhan  dasar  manusia; karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia. Malinowski (1954:17) menyatakan : tidak ada
bangsa,  sebagaimanapun  primitifnya,  yang  tidak  memiliki  agama  dan  magi.1

Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola prilaku yang diusahakan oleh suatu masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak dapat oleh teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Untuk mengatasi keterbatasan
itu, orang berpaling kepada manipulasi kekuatan supranatural.2








1 Dadang Agam(Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002), 142.
2 Ibid., 147.







BAB II

FUNGSI  AGAMA DALAM MASYARAKAT





A.  PENGERTIAN AGAMA



Berdasarkan sudut pandang kebahasaan (bahasa Indonesia pada umumnya) Agama berasal dari kata sangsakerta yang artinya tidak kacau”. Agama diambil dari dua suku kata, yaitu a yang berarti tidak, dan gama yang berarti kacau. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia supaya tidak kacau. Agama dalam bahasa Inggris bermakna religion,  dan religie dalam dahasa Belanda. Keduanya berasal dari bahasa latin,
religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat.3

Dalam bahasa arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata

al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia dapat diartikan al-mulk (kerajaan), al- khidmad (pelayanan), al-ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebijakan), al-adat (kebiasaan),  al-ibadah  (pengabdian)  dan lain-lain.  Sedangkan  pengertian  al-din yang berarti  agama  adalah  nama  yang  bersifat  umum.  Artinya  tidak  ditujukan kepada salah satu agama; ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada di
dunia ini.4

Anthony    F.C.    Wallace    (1966:107)   mendifinisikan   agama    sebagai seperangkat upacara, yang rasionalitas mitos, dan yang menggerakkan  kekuatan supranatural dengan maksud untuk mencapai atau menghindarkan suatu keadaan
pada manusia atau alam.5 Definisi ini mengandung suatu pengakuan bahwa kalau

tidak dapamengatasi  masalah  serius  yang menimbulkan  kegelisahan,  manusia berusaha                  mengatasi    dengan    memanipulasikan   makhluk    dengan    kekuatan
supranatural.   Untuk  itu  digunaka upacar keagamaan yang  oleh  Wallace



3 Dadang Kahmad M.Si. Sosiologi, Bandung, 2002), 128.
4 Ibid., 14
5 Ibid., 120





dipandang sebagai gejala agama yang utama atau agama sebagai perbuatan” ada juga yang mengatakan agama adalah Way of Live (jalan hidup).6
Namun, beberapa ahli yang mengungkapkan pengertian tentang agama banyak  yang  terpengaruh                                             oleh  ajaran  yang  mereka  yakini,  sehingga  kadang- kadang terlatih sangat ekstern dan hanya bisa diterapkan pada agama samawi atau agama-agama yang banyak penganutnya saja.




B.  PENGERTRIAN MASYARAKAT



Masayarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,             norma-norma,          adat-istiadat       yang                sama-sama                ditaati     dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi   dasar   kehidupa sosia dala kehidupa mereka sehingg dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan yang khas.7
Kehidupan manusia tak terpikirkan di luar masyarakat. Individu-individu tidak

bisa    hidup    dalam    keterpencilan    sama    sekali    selama-lamanya.   Manusia membutuhkan satu sama lainnya untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia. Kesaling ketergantungan menghasilkan bentuk kerjasama tertentu yang ajek, dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu.
Sebagai  makhluk  sosial seorang individu  tidak dapat berdirsendiri,  saling membutuhkaantara satu dengan yang lain, dan saling mengadakahubungan sosial ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi, yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya
saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.8

Ketika kita menyendiri, kita bisa menikmati kebebasan dan bisa melepaskan diri  dari  ikatan-ikatan  sosial.  Tetapi,  ketika  kita  mulai  berhubungan  dengan
individu lain, kita berada dalam suatu lingkungan sosial dalam seperangkat aturan,



6 Ibid., 129
7 H.M Arifin Noor, Ilmu Sosial Pustaka Setia, Bandung, 1999, h. 85
8 Tom Campbell, Sosial”, (Kanisius, Jakarta. 1999), h. 215.





norma, hukum   dan nilai yang mengikat.  Kita tidak bisa menikmati  kebebasan individual, tetapi terikat berbagai kewajiban moral terhadap individu yang lain.9
Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat keluar dari lingkungan sosial yang mengikatsehingga fakta sosial akan membentuk dan mempengaruhi  kesadaran individu                serta    pelakunya        yang                 berbeda                  dari     karakteritis,       biologis,         atau karakteristik  individu  lainnya  yang  berangkat  darasumsi  umum.  Lebih  lagi karena sosial merupakan fakta yang riil.
Fakta  sosial,  sebagai  gejala  sosial  mempunyai   tiga  karakteristik   utama. Pertama,  fakta sosial bersifat eksternal  terhadap  individu.  Artinyafakta social merupakan  cara bertindak,  berfikir  dan berperasaan  yang memperlihatkan  sifat patut dilihat sebagai sesuatu yang berbeda di luar kesadaran yang berbeda. Kedua, fakta   sosia itu   memaks individu.   Seorang   individu   dipaksa diyakinkan, didorong atau dipengaruhi oleh berbagai fakta sosial dalam lingkungan masyarakatnya. Artinya fakta sosial mempunyai kekuatan memaksa individu melepaskan kemauannya sendiri, sehinga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semufakta  sosial.  Ketiga,  fakta  sosial  itu bersifat  umum  atau tersebar  secara bersama, milik semua individu yang berada dalam lngkungan masyarakat tersebut. Sosial benar-benar kolektif, sehingga pengaruhnya pada individu juga merupakan
hasil dari kolektif ini10





C.  AGAMA DAN MASYARAKAT



Agam member makn pad kehidupa individu   dan   kelompok juga memberi   harapan  tentang  kelanggenga hidup  sesudah  mati.  Agama  dapat menjadi  sarana  manusia  untuk  mengangkat  diri  dari  kehidupan  duniawi  yang penuh penderitaan, mencapai kemandirian spiritual. Agama memperkuat norma-
norma kelompok,  sanksi moral untuk perbuatan perorangan,  dan menjadi dasar




9 Kahmad, Sosiologi Agama, h. 15
10 Ibid.





persamaa tujua serta nilai-nila yang   menjadi   landasa keseimbangan masyarakat.
Kemampuan agama untuk terus bertahan terhadap rasionalisme barat menunjukkan bahwa agama merupakan kekuatan dinamis yang besar dalam mayarakat.  Meskipun  tidak  pada  tempatnya  untuk  menyatakan  sesuatu  tentang
kebenaran metafisis suyatu agama tertentu.11

Fungsi utama agama adalah untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri dan yang terpenting adalah memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapai realitas. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa fungsi agama adalah peran agamdalam mengatasi  persoalan-persoalan yang timbul  di masyarakat  yang tidak dapat  dipecahkan  secara empiris  karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil
dan sebagainya.12

Fungsi utama agama adalah untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan pada diri sendiri dan yang paling penting adalah memelihara keadaan manusia  agar  tetap  siap  menghadapi   masyarakat Dengan  demikian,  agama berperan dalam tiga kawasan kehidupan manusia, yaitu, pertamakawasan yang kebutuhan  manusiawi  dapat dipenuhi  dengan kekuatan  manusia  sendiri,  kedua, kawasan di mana manusia merasa aman secara moral, tata pergaulan dan tongkah laku manusia diatur lewat norma-norma rasional agama. Dan ketiga, kawasan dimana manusia secara totalmengalami ketidak mampuan, uasaha manusia mengalami titik putus yang tidak dapat dilaluinya.
Emile Durkhem, sosiolig prancis (1961), menyinmpulkan bahwa tujuan utama agama dalam masyarakat primitive adalah membantu orang berhuibungan bukan dengan Tuhannya, melainkan dengan sesamanya,. Ritul-ritual religius membantu orang untuk mengembangkan  rasa sepaguyuban  (sense of community), misalnya
mereka  bersama-sama  ambil  bagian  dalam  pesta  perkawinan,  kelahiran,  dan




11 Kahmad Sosiologi Agam”, 120
12 Ibid, h. 130





kematian; dan bersama-sama merayakan musim tanam, dan panen. Hal itu mempersatukan kelompok dengan cara kontraksi religius.
Durkhem (1950) yang telaahnya terfokus pada unsure-unsur social yang menghasilkan solidaritas melihat agama sebagai factor esensial bagi identitas dan integrasi masyarakat. Agama merupakan suatu system interpretasi diri kolektif. Dengan kata lain, agama adalah system symbol dimana masyarakat bias menjadi sadar akan dirinya: ia adalah cara berfikir tentang eksistensi kolektif. (Durkheim,
1950:135). Agama tidak lain adalah proyeksi masyarakat sendiri dalam kesadaran manusia. Selama masyarakat masih berlangsung, agma pun akan tetap lestari. Masyarakat,  bagaimanapun,  akan tetap menghasilkan  symbol-simbol  pengertian diri kolektifnya; dan dengan demikian, menciptakan agama.
Mayarakat diikat oleh system symbol yang umum. System symbol itu akan berpusat pada martabat manusia sebagai pribadi, kesejahteraan umum, dan norma- norma etik yang selaras dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat akan mmenciptakan agamnya sendiri. Setiap masyarakat akan menghayati cita-citanya yang tertinggi akan menumbuhkan kebaktian pada representas dir simboliknya ta ad masyaraka yang   ta meras perlu menegaskan dan meneguhkan,  pda selang waktu tertentu, perasaan dan gagasan kolektifnya                 yang menciptakan     kesatuan                      dan      kepribadiannya                (Durkheim
1965;475).

Kerap kali durkheim dikritik karena ia melihat agama sebagai ideology yang melegitimisasikan tatanan social. Krtitik seperti itu kurang tepat. Sebab, bagi Durkheim, agama mengekspresikan  nilai-nilai terdalam yang ada dalam tatanan social.  Mengenang  saat-saat  yang  berarti  dalam  sejarah  dan memproyeksiakan gambaran  simbolik  mengenai  masa depan asyarakat.  Agama  pada saat tertentu bisa  berfungsi  menjadi  pelindung  tatanan  social,  dan  pada  saat  lainnya  bisa menilai kondisi social saat sekarang dengan mengacu pada gambaran maasyarakat ideal dan, dengan demikian, menmbuhkan gerakan pembaharuan.
Padangan Durkheim trsebut tercermin pula dalam teori Robert N. Bellah (1985:12) mengenai Civil Religion. Dalam pengamatanya  di amerika ada gejala yang disebutnya Civil Religion, suatu konsep yang brasal dari Rousseau, seperti





tampak dalam dokumen berdirinya amerika serikat, upacara-upacara dalam penerimaan  jabatan-jabataban  kenegaraan,  dan hari-hari pesta yang meperingati peristiwa-peristiwa yang penting di amerika. Menurut bellah civil religion adalah
subordinasi bangsa  pada  prinsip-prinsip  etis  yang mengatasi  pada  prinsip  itu sendiri; atas dasar prinsip itu, bangsa  dinilai. Bellah menolak anggapan  bahwa yang dimaksud dengan Civil Religion adalah idoligi yang memberi legitimasi cara hidup bangsa amerika; bukan pula suatu pemujaan diri suatu bangsa
Kalau durkheim mencari integrasi masyarakat yang di temukan dalam agama, maka Max Weber memusatkan perhatianya pada masalah bagaimana masyarakat itu berubah dan mengalami kemajuan. Ia mendapatkan agama sebagai factor perubahan  social.  menurut  T.  parsons  (dalam  Roberston  1998:56),  perhatian utmanya adalah agama sebagai sumber struktur masyarakat. Weber tidak memberikan  definisi  mengenai  agama.  Tetapi,  dari tulisannya  dapat  di ketahui bahwa bagi weber, agama diberikan kerangka pada makna dunia dan prilaku manusia. Suatu persepektif ketika berusaha memahami dunia, ruangan dimana ia ada,  wasktu  mengatur  hidupnya  dan  masa  depanya,  termasuk  kematiannya, manusia  menelaah  gama  dari  segi  dampaknya   terhadap  masyarakat.  Dalam kerangka weber, agama ada sangkut pautnya dalam penciptaan budaya.
Ketika  mengungkap hubungan interdependensi antara agama dan masyarakat, Wach menunjukan adanya pengaruh timbal-balik antara kedua faktor tersebut. Pertama, pengaruh agama terhadap masyarakat, seperti yang terlihat dalam pembentukan, pengembangan dan penentuan kelompok keagamaan spesifik yang baru. Kedua, pengaruh masyarakat terhadap agama. Dalam hal ini, Wach memusatkan perhatiannya terhadap faktor-faktor sosial yang memberikan nuansa dan keragaman perasaan sikap keagamaan yang tedapat dalam suatu lingkungan
atau kelompok tertentu.13
Sebagai sistem keyakinan agama bisa menjadi bagian dan inti dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan anggota masyarakat tertentu untuk selalu berjalan



13 Ibid, 54.





sesuai  dengan  nilai-nilai  kebudayaan  daajaran  agamanya.1 Ketika  pengaruh ajaran agama sangat kuat terhadap sistem nilai dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, maka nilai kebudayaan itu terwujud sebagai simbol suci yang maknanya bersumber dari ajaran agama yang menbjadi kerangka acuannya.
Dalam agama Islam, tujuan hidup manusia bukan hanya mencari keselamatan material (Dunia) saja, akan tetapi keselamatan hidup spiritual (Akhirat).  Seorang muslim  harus  menjalin  hubungan  dengan  Allah  dalam  kepatuhan,  disamping
hubungan secara harmonis terhadap sesama manusia.15  Tidak hanya agama Islam,

namun  semua  agama  samawi  pun  mengajarkan  tentang  tatacara  berkehidupan dalam  masyarakat,  sehingga  apa yang dilakukan  olesetiap  masyarakat  selalu didasari oleh ajaran agama. Dalam keadaan demikian, secara langsung etos yang menjadi pedoman dari eksistensi dan kegiatan berbagai pranata yang ada dalam masyarakat,  dipengaruhi,  digerakkan,  dan diarahkan  oleh  berbagai  sistem  nilai yang sumbernya adalah agama yang dianutnya, dan terwujud dalam kegiatan masyarakat sebagai tindakan yang diselimuti oleh symbol-simbol suci.
Bahkan  Drs  Adnan  dalam  bukunya  Islam  Sosialis  menjelaskan,   Islam sebagai agama wahyu merupakan kerangka acuan paripurna untuk seluruh aspek kehidupan bagi setiap muslim. Pada dasarnya setiap muslim yang memahami al- Quran  dan al-Sunnah  dengan  tepat  dabenar,  meyakini  bahwa  kedua  sumber tersebut memberikan skema kehidupan yang sangat jelas, maka masyarakat yang harus dibangun oleh setiap muslim adalah masyarakat yang tunduk pada kehendak
Ilahi.16

Lebih khusus  lagi dapat dirumuskan  dalam pernyataan  berikut  : Jika satu bagian dalam masyarakat itu berubah, maka bagian lain mereoganisasi agar timbul keseimbangan  dalam  masyarakat.  Dan  jika  lingkungan  sosial  berubah,  maka
agama mengadakan penyesuaianatau atau bahkan sebaliknya”17




14 Adnan, Islam, Semarang. Cet. 1 2003.
15 Siti Maryam Islam”, Lesfi, Jogjakarta, 2004, h, 9.
16 Adnan, Islam Sosialis”,  34
17 Khamad, Op.Cit., h. 68






Agama pada suatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan persatuan dan persaudaraan, namun pada waktu yang lain menampakkan   dirinya  sebagai  sesuatu  yang  dianggap  garang  dan  penyebar konflik,  bahkan  tajarang  menimbulkan  peperangan,  seperti  tercatat  dalam sejarah.
Paling tidak, ada dua pendekatan untuk sampai pada pemahaman terhadap agama. Pertamaagama dipahami sebagai suatu doktrin dan ajaran, dan kedua, dipahami sebagai aktualisasi dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah.18
Sehingga  doktrin  suatu  agama  dianggap  paling  benar  oleh  para  pengikutnya dengan menafikan doktrin dan ajaran agama lain.
Bicar tentang   agama   memerluka suatu   sikap   ekstr hati-hati,   karena meskipun   masala agama   merupaka masala sosial tetapi   penghayatanya bersifa individual.   Ap yang   dihayati   dan   dipahami   sebaga agama   oleh seseorang,  sangat  bergantung  pada  latar  belakang  dan  kepribadiannya.  Hal ini membuat adanya perbedaan  tekanan penghayatan  dari satu orang kepada orang lain, dan membuat agama menjadi bagian yang amat mendalam dari kepribadian atau privacy seseorang. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan emosional. Meskipun demikian, masih terdapat kemungkinan untuk membicarakan agama sebagai suatu umum dan obyektif.
Doktrin agama dimulai dari keyakinan terhadap adanya Tuhan sebagai sumber nilai  dan  aturan  untuk  menata  kehidupan  umat  manusia.  Kepercayaa dan
pengakuan umat manusia akan kekuasaan Tuhan mengharuskan umat beragama

18 Kahmad , Op.Cit.





untuk menyesuaikan seluruh perilaku kesehariannya berdasarkan doktrin yang ia yakini.1Dengan demikian, di dalam mewujudkan perilaku kehidupanya, seorang penganut agama harus dapat merefleksikan hubungan baik dengan Tuhan dalam bentuk ketaatan melaksanakan ritual dan memenuhi kewajiban yang diperintahkan
oleh agamanya. Di sisi lain, ketaatan pada ajaran agama juga harus terefleksikan pada kebaikan perilaku atau sikap pribadi orang tersebut pada sesama manusia dan bahkan terhadap alam sekelilingnya.
Adnan, dalam bukunya “Islam Sosialis”   mengemukakabahwa pemikiran sosialis religius dibangun atas dasar keyakinan agama atau aqidah Islam.20 Hal ini memberi komitmen bahwa manusia tidak saja terbatas pada hubungan horizontal saja, namun juga mencakup hubungan dengan Tuhanya. Dimana dalam setiap perbuatanya, manusia harus didasarkan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan ini memberikan  visi  kepada  manusia  untuk  membentuk  suatu  masyarakat  yang
mengejar nilai-nilai utama dalam agama.

Dalam bukunya Filsafat pendidikan Islam, Jalaludin dan Usman Said menjelaska bahwa   dalam  upaya  membentuk   kepribadia individu   seorang muslim haruslah berpedoman pada ajaran al-Quran dan al-Hadits.21 Kalaulah individu  merupakan  unsur  terkecil  suatmasyarakat,  maka  tentunya  semua kegiatan  dan  perbuatan  masyarakat  Islam  akan  berdasarkan  al-Quran  dan  al-
Hadits sebagai sumber utama ajaranya.
















19 Fauzan Saleh, Asror Kesalehan Individu dan Sosial untuk Kesejahteraan yang Humanis,: Ircisod Pers, Jogjakarta, 2005 Hlm. 45
20 Adnan, Islam Rasail, Semarang. Cet. 1 2003. h.125
21 Jalaludin dan Pendidikan Islam : Konsep Dan Perkembangan  Pemikirannya”, (Raja
Grapindo Persada, Jakarta, Cet II, 1996), 93







BAB III KESIMPULAN


Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik garis benang merah (kesimpulan), yaitu :
Pertamafungsi pokok agama dalam masyarakat ialah memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, memberi harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri dan yang terpenting adalah memelihara keadaan manusia agar tetap siamenghadapai  realitas  serta  berperan  dalam  mengatasi  persoalan-persoalan yang timbul  di masyarakat  yang tidak dapat  dipecahkan  secara empiris  karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian.

Kedua,  interelasi  (hubungan)  antara  agama  dan masyarakat,  sebagasistem keyakinan agama bisa menjadi bagian dan inti dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakaanggota  masyarakat  tertentu  untuk selalu berjalan  sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran agamanya. Lebih singkatnya, dapat dirumuskan dalam pernyataan berikut : “Jika satu bagian dalam masyarakat itu berubah, maka bagian lain mereoganisasi agar timbul keseimbangan dalam masyarakat. Dan jika lingkunga sosial   berubah maka  agama  mengadaka penyesuaianata atau bahkan sebaliknya

0 Response to "Fungsi Agama Dalam Masyarakat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel