EPISTEMOLOGI: FILSAFAT PENGETAHUAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU
Friday, August 16, 2013
Add Comment
EPISTEMOLOGI: FILSAFAT PENGETAHUAN
FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU
I. Pendahuluan
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari
ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih
memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus
pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur sebagai
sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya
melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing
mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya
ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai
suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan
patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos
dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah
adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM),
Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM),
Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran
filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses
demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut
disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme
yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya
mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan
ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka
lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat umum. Filsafat ilmu
sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan).
Permasalahan yang akan kita jelajahi dalam penulisan makalah ini difokuskan
pada pembahasan tentang: “Filsafat dan Filsafat Ilmu Sebagai upaya
konseptualisasi dan identifikasi”. Disini dipaparkan deskripsi awal tentang
sejumlah kajian yang menyangkut tentang subbab-subbab yakni : Pengertian
Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek material dan formal filsafat ilmu,
Lingkup filsafat ilmu dan subsatnsi permasalahan problem – problem filsafat
ilmu
II. Pengertian Filsafat
Problem identifikasi untuk memberikan pengertian dalam khazanah intelektual
seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan.
Hampir dalam setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat penjelasan –
penjelasan pengertian yang tidak jarang memunculkan pengertian-pengertian yang
beragam. Keberagaman pengertian ini disebabkan berbagai arah sudut pandang dan
focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam memberikan identifikasi . Dan
ini merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi
konseptual maka sangat dimungkinkan masing-masing subyek (para pemikir )
memiliki perbedaan dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses
menemukan makna dalam sebuah kajian keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi
acuan bagi pemikir untuk menentukan sebuah tolok ukur kebenaran dari
asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya tersebut. Termasuk dalam persoalan ini
adalah apakah yang dimaksud dengan filsafat? Berbagai jawaban yang sangat
beragam dapat ditemukan dalam berbagai literatur.
Arti bahasa
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan
dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia.
Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata
philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga
arti lughowinya (semantic) adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”.
Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi juga dikenal di Indonesia dalam
maknanya yang cukup luas dan sering digunakan oleh semua kalangan..
Ada juga yang mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kabijakan .
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
Ada juga yang mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kabijakan .
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis , mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan memberikan
satu penegasan bahwa filsafat dalam khazanah islam menggunakan rujukan kata
yakni falsafah . Istilah filsafat berasal dari bahasa arab oleh karena orang
arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dibanding
dengan bahasa- bahasa lain ke tanah air Indonesia. Oleh karenanya konsistensi
yang patut dibangun adalah penyebutan filsafat dengan kata falsafat.
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam wacana muslim juga sering menggunakan
kalimat padanan Hikmah sehingga ilmu filsafat dipadankan dengan ilmu hikmah.
Hikmah digunakan sebagai bentuk ungkapan untuk menyebut makna kearifan,
kebijaksanaan. sehingga dalam berbagai literature kitab-kitab klasik dikatakan
bahwa orang yang ahli kearifan disebut Hukama’. Seringkali pula ketika dikaji
dalam berbagai literature kitab-kitab pesantren muncul ungkapan-ungkapan dalam
sebuah tema dengan konsep yang dalam bahasa arabnya misalnya kalimat ‘wa qala
min ba’di al hukama….” . dan juga sejajar dengan kata al-hakim yang mengandung
arti bijaksana. Misalnya ayat yang berbunyi
Artinya: mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [al baqarah 2: 32].”
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An Nahl:125)
Dalam terjemahan Depag ditafsiri bahwa Hikmah ialah Perkataan yang tegas
dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil . Sementara
Al Jurjani –sebagaimana dikutip oleh Amsal Bakhtiar—memberikan penjelasan
tentang hikmah, yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada menurut
kadar kemampuan manusia.
Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara lughowi (semantic) filsafat berarti cinta kebijaksanaan dam
kebenaran. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari
kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat
manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan
teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat dalam hakekatnya memang
merupakan problem falsafi yang kaya dengan banyak konsep dan pengertian.
Arti istilah
Sejumlah literatur mengungkapkan, orang yang pertama memakai istilah
philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli
matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang
menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta
kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata
oleh Tuhan. Kemudian, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui
sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf
yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan
Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan
terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya.
Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang
ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang
mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan
pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus
menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap
awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun
bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat “filsafat tentang”
sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat), tentang
kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu
dikembalikan ke empat bidang induk: Pertama, filsafat tentang pengetahuan;
obyek materialnya,: pengetahuan (“episteme”) dan kebenaran, epistemologi;
logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan
kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat),
metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia);
kosmologi (tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat
tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material :
kebaikan dan keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah filsafat;
menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian .
Jika dikelompokkan secara kerakterisitik cara pendekatannya, dalam filsafat
dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga
konsep pokok yakni persoalan filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat
tidak bersifat empiris, dan menyangkut masalah-masalah asasi. Kemudian Kattsoff
menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu
yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
III. Definisi Filsafat Ilmu
Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets of questions: First, the
questions that science – physical, biological, social, behavioral –. Second,
the questions about why the sciences cannot answer the first lot of questions”.
Dikatakan bahwa filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan
pertama adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan
yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab
pada persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang
senantiasa dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan
bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian
dan diskusi ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh
filsafat dan yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Beberapa penjelasan mengenai filsafat tentang pengetahuan. Dipertanyakanlah
hal-hal misalnya : Apa itu pengetahuan? Dari mana asalnya? Apa ada kepastian
dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau dugaan belaka? Teori
pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakekat pengetahuan, apa unsur-unsur
pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan mengelompokkan pengetahuan, apa
batas-batas pengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi sasaran dari ilmu
pengetahuan. Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan telaahnya. Yakni
pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut sebuah system pengetahuan yang
di dalamnya terdapat hubungan relasional antara, pengetahu /yang mengetahui
(the Knower) dan yang terketahui /yang diketahui (the known) dan juga antara
pengamat (the observer) dengan yang diamati (the observed).
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi
dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh
antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. I
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. I
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam sejumlah
literatur kajian Filsafat Ilmu.
• Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
• Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
• Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates
the methods of scientific thinking and tries to determine the value and
significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
• Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the
systematic study of the nature of science, especially of its methods, its
concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of
intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.)
• Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
• May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and
philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.”
(Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai
landasan – landasan ilmu.
• Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which
attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of
human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs
theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and
action; on the other, it examines critically everything that may be offered as
a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the
elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian
filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan
pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu
pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan
menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain
pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai
suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,
dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
• Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science
attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of
scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of
representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and
then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal
logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu,
filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam
proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal,
metodologi praktis, dan metafisika).
Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa pengertian
filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2) sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan ilmiah
Selanjutnya John Losee dalam bukunya yang berjudul,A Historical
Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, mengungkapkan bahwa
: The philosopher of science seeks answers to such questions as:
• What characteristics distinguish scientific inquiry from other types of
investigation?
• What procedures should scientists follow in investigating nature?
• What conditions must be satisfied for a scientific explanation to be
correct?• What is the cognitive status of scientific laws and principles?
Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir
filsafat ilmu itu untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan persoalan yang
menyangkut: pertama, apa yang menjadi perbedaaan ilmiah karakteristik type
masing – masing ilmu ntara satu ilmu dengan ilmu lainnya melalu penelitian.
Kedua Prosedur apa yang harus dilakukan secara ilmiah dalam melakukan
penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam?, Ketiga apa yang mestinya
dilakukan dalam mendapatkan penjelasan ilmiah untuk melakukan penelitian dan
eksperimen itu ? Dan keempat apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep dan
prinsip-prinsip ilmiah?.
Sehingga sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Level Disciplin Subject-matter
2 Philosophy of Science Analysis of the Procedures and Logic of Scientific
Explanation
1 Science Explanation of Facts
0 Facts
Dengan memperhatikan tabel diatas secara jelas ditampilkan bahwa filsafat
ilmu menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan
semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama
bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara
filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis
dari ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of Scientific Explanation).
IV. Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya.
Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
• Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek
tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu?
Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara
teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis).
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and martin Curd
menjelaskan bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan
yang meliputi :
• apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
• bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?
• apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
• bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?
• apa saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya
causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori,
eksperimen, model, reduksi dan sejumlah probabilitas-probalitasnya?.
• apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ?
apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup kegunaan epistemic atau
pragmatis) dalam kebijakan dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan
social, budaya dan factor-faktor gender?
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup
pembahasan yang meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu,
pembahasan mengenai landasan epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai
landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
V. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material
adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan.
Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu
ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu
adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran” (versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas” (versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran” (versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”), “obyektivitas” (versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana
sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur,
metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)
ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
VI Problema Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan
dengan landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Untuk Telaah tentang problema substansi Filsafat
Ilmu, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2)
kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa yang terjadi’ – eksistensi suatu entitas) Kedua, Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan – metoda untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga, Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam peradaban manusia. Ketiganya digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu
Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa yang terjadi’ – eksistensi suatu entitas) Kedua, Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan – metoda untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga, Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam peradaban manusia. Ketiganya digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu
VII. Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik dalam
menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab pertama
dari gejala ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian ,
kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak pada gejala – gejala
pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para ilmuwan, sehingga kegiatan
ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya masing-masing
disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
• Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus
sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur
ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
VII. KESIMPULAN
1. Hakekat Filsafat
• Secara bahasa Philo/philia/philare yang artinya cinta, ingin, senang dan
kata Sophia/sophos yang artinya ilmu, kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi
idzofahnya menjadi filsafat/falsafah/filosofi yang artinya mencintai
kebijaksanan pengetahuan dan kenginan yang kuat akan ilmu pengetahuan. Jadi
berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada
secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
2. Hakikat Filsafat Ilmu
2. Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu
• merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat
dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep- konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
• filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu
pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam
menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis. ,secara epistemologis dan
tinjauan ilmu secara aksiologis.
b. Karakteristik filsafat ilmu
b. Karakteristik filsafat ilmu
• Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
• Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari berbagai sudut
pandang dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah,
sitematis berpangkal pada metode ilmiah , analisis obyektif, etis dan falsafi
atas landasan ilmiah dan sikap konsisten dalam membangun teori serta tindakan
ilmiah
3. Objek filsafat ilmu
• Objek material filsafat ilmu adalah ilmu dengan segala gejalanya manusia
untuk tahu.
• Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.
• Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.
4. Lingkup dan problema substansi filsafat ilmu
• Cakupannya pembahasan tentang problema substansi landasan ontologis ilmu,
epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah
ilmu.
5. Manfaat mempelajari filsafat ilmu
• Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan
• Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan
pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
• Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
• Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus
sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur
ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
0 Response to "EPISTEMOLOGI: FILSAFAT PENGETAHUAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU"
Post a Comment