ISU-ISU GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Thursday, July 18, 2013
Add Comment
ISU GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
I.
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan
kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan
kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dikembangkan melalui kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian dan
keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
Pengajaran
IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan, perkembangan, dan
kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan permasalahannya. Dengan
demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi untuk dibahas dan
dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang terjadi hari ini,
melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh pada masa
yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang terjadi
setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global. Hal
tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Kemajuan
IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan permasalahan kehidupan
yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan bantuan IPTEK itu juga, kita
manusia mampu menganalisis, memprediksi, dan meyakini pristiwa serta
permasalahan diluar jangkauan pikiran yang melekat pada diri masing-masing.
II.
PEMBAHASAN
1.
Isu
Global dalam Pembelajaran IPS SD
Telah
kita sadari bahwa pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi
pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan
permasalahannya.Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi
untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang terjadi
hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh
pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang
terjadi secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global. Hal tersebut
jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Kemajuan
IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan permasalahan kehidupan
yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan bantuan IPTEK itu juga, kita
manusia mampu menganalisis, memprediksi, dan meyakini pristiwa serta
permasalahn diluar jangkauan pikiran yang melekat pada diri masing-masing.
Oleh
karena itu, kita selaku guru IPS harus memperhitungkan dan mengatisipasinya.
Janganlah anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian,
“celana jeans” yang semula merupakan pakaian pengembala sapi (cowboy), para
mekanik bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimana-mana termasuk di
Indonesia, kenyataan yang demikian itu merupakan hal yang harus diperhatikan
pada pembelajaran IPS, khususnya dalam membahas dan memberikan pengertian
tentang globalisasi .
Melalui
penggunaan dan kemajuan IPTEK dibidang komunikasi- transportasi serta
multimedia, kontak antar manusia dan pergerakan barang, berita serta informasi
dari satu belahan bumi ke belahan bumi lainnya telah berlangsung intensif dan
ekstensif. Hubungan antara kawasan itu seolah-olah tidak ada batas lagi,
sehingga MARSAL MacNcluhan (Russel L. Ackoff: 1974 : 5) menyatakan sebagai
“dusun global” (global village).
Proses
globalisasi yang merambah antar ruang dan waktu yang menjadi faktor utamanya
terletak pada penduduk manusia dengan pertumbuhannya. Mengapa Penduduk dengan
pertumbuhannya itu di katakan sebagai faktor utama terjadinya proses
globalisasi? Pertumbuhan kuantitatif(jumlah) penduduk di mana pun di dunia ini
, selalu di ikuti oleh pertumbuhan kebutuhannya, untuk memenuhi kebutuhan ini,
manusia melakukan penjelajahan di permukaan bumi dalam upaya mendapatkan sumber
daya yang akan menjaminnya. Penjelajahan antar ruang dalam upaya sumber daya,
khususnya Sumber Daya Alam (SDA) itu, tidak hanya dengan jalan kaki dan
memanfaatkan jasa penarik beban, melainkan telah mendorong pula penemuan serta
rekayasa alat komunikasi-transportasi yang makin lama makin canggih. Penggunaan
alat komunukasi-transportasi (darat, laut, udara) ini, menjadi dasar pula
kontak manusia dan pertukaran bahan dan barang pemenuhan kebutuhan.
Ada
dan tersedianya sumber daya alam sebagai alat pemenuh kebutuhan penduduk, tidak
dengan sendirinya memakmurkan masyarakat setempat, melainkan masih dipengaruhi
oleh kemampuan mengolah dan memanfaatkannya.kembali pada kemampuan SDM
menerapkan IPTEK dalam mengolah SDA untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, menjadi kenyataan SDA itu menjamin kesejahteraan, sangat dipengaruhi
oleh kemampuan SDM mengembangkan budaya dalam bentuk penerapan IPTEK mengolah
SDA tadi bagi kepentingan hidupnya. Henry J. Warman (Gabler R.E. : 1966: 13-16)
yaitu bahwa “sumber daya itu dibatasi secara budaya” (culturally defined
resources).
Jika
kita menganalisis dan mengamati adanya masyarakat, Negara, bangsa yang miskin
serta kaya, belum tentu karena pemilikan potensi SDA di Negara tersebut juga
miskin atau kaya. Masyarakat miskin dan kaya itu lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan SDM mengolah serta memanfaatkan SDA. Masyarakat, Negara-negara,
bangsa di pedalaman afrika sebagian masih dalam keadaan “miskin”, bukan karena
potensi SDA setempat rendah tetapi karena SDM nya yang masih rendah,
kebalikannya, jepang, singapura dan hongkong yang memiliki sedikit SDA tetapi
memiliki potensi SDM yang unggul. Jjika kita melihat pada Indonesia yang
terkenal dengan”gemah ripah loh jinawi”, karena terkenal dengan kekayaan SDA
hayati yang melimpah serta non-hayati yang cukup potensial, namun kekayaan SDA
tadi, tidak menjadi kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat Indonesia, kelemahan
ini terletak pada SDM Indonesia yang masih lemah.
Perbedaan
kelompok masyarakat, Negara-negara berdasarkan kemampuan penerapan IPTEK itu
dalam proses kegiatan industry, ada yang masih tahap primer, sekunder dan ada
yang telah mencapai tahap tersier. Negara seperti singapura dan hongkong
merupakan tempat central pada jalan raya dunia, dibanding dengan wellington dan
port Moresby di papua guinea yang terpencil diluar jalur jalan raya. Dari
kajian lokasi suatu tempat atau suatu kawasan, kita akan mengerti berbagi hal
seperti dinamika gerak masyarakat, pendapatan penduduk dan daerah, tingkat
kemajuan pendidikan, gejolak politik, serta aspek-aspek kehidupan lainnya.
Oleh
karena itu kita akan memahami “konsep” yang dikemukakan oleh Getrude Whipple
(Preston E. James: 1959: 155), yaitu “pentingnya kedudukan lokasi dalam
memahami peristiwa dunia” (the importance of location in understanding world
affairs). Dengan mengamati, meneliti, dan menganalisis lokasi suatu tempat
atau kawasan atau bahkan Negara, kita akan dapat memahami peristiwa dunia
(social, politik,ekonomi dan budaya) tempat, kawasan serta Negara yang
bersangkutan.
Pada
pembelajaran IPS, kita harus juga memperhatikan konteks keruangan (spatial
contex). Dalam hal ini kita mengembangkan pengertian bagaimana manusia
berperilaku (perilaku keruangan, spatial behavior), bergerak
pindah tempat (migrasi), bertindak (memanfaatkan atau merusak
lingkungan), dan berjuang (mempertahankan diri,merebut, menguasai) dari satu
kawasan ke satu kawasan lain.
Ditinjau
dari dinamikanya dari waktu kewaktu, mengamati, dan menganalisis fenomena
kehidupan dalam konteks keruangan itu dalam pembelajaran IPS, itu belum cukup.
Kita harus menelaah dari perkembangan dari waktu ke waktu dari zaman ke zaman,
dengan cara demikian itu kita akan mengetahui dinamika perkembangan dengan
dinamika dan permasalahannya.
Aspek
sejarah dalam pembelajaran IPS bermakna untuk memahami hubungan antara suatu
peristiwa dengan kurunnya, dan juga perkembangan peristiwa itu dari waktu ke
waktu. Dari mempelajari peristiwa kehidupan dengan perkembangan kurunnya, kita
akan mampu “meramalkan” bagaimana kecenderungan kehidupan masyarakat-bangsa itu
dihari-hari mendatang.ramalan disini di dasarkan atas perhitungan-perhitungan rasional-intelektual,
bukan atas dasar “para normal”. dewasa ini telah berkembang suatu kemampuan dan
kiat meramal yang disebut futorologi.
Pembahasan
tadi memisahkan antara konteks keruangan dan lingkup waktu. Dalam kenyataan
sesungguhnya, kedua aspek itu ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan. Oleh
karena itu, Emmanuel Kant, seorang pakar filsafat yang sekaligus juga sejarawan
dan geografiwan mengemukakan bahwa sejarah dan geografi itu
merupakan “ilmu dwitunggal”. Untuk memahami suatu fenomena ataupun masalah
kehidupan secara akurat, kita harus mengetahui ”dimana “ fenomena atau masalah
yang terjadi, “kapan” fenomena atau masalah itu berlangsung. Dengan demikian,
kita akan memiliki pemahaman sifat dan kualitas fenomena atau masalah yang kita
kaji berhubungan dengan ruang dan lokasinya serta dinamikanya sesuai dengan
perkembangan waktu dari ruangnya kita dapat menganalisis perkembangan mulai dari
tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan dari proses
waktunya mulai dari masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Dengan
demikian, kita tidak hanya memiliki wawasan keruangan (persfektif keruangan,
spatial perspective) melainkan juga wawasan waktu (persfektif waktu, time
perspective). Tuntutan kemampuan global pada pengajaran IPS, meliputi kemampuan
keduanya.
Berbagai
fenomena kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan hidup
seperti antara lain penyakit AIDS, pengangguran, kemajuan IPTEK, pertikaian
antarsuku bangsa, pencernaan, tidak hanya ditinjau dari lokasi tempat atau
negaranny, melainkan juga dikaji kapan fenomena itu terjadi. Oleh karena itu,
selain kita mengetahui konteks keruangannya (lokal, regional, global), juga
kita akan mampu memprediksinya dihari-hari mendatang. Dengan demikian, kita
akan memahami persfektif global itu juga meliputi perkembangannya dimasa yang
akan datang. Pembelajaran IPS secara terpadu, harus mencakup aspek-aspek itu.
2.
Menyampaikan
Wacana Isu Global di dalam Kelas
Idealnya
wacana global disampaikan keseluruh lapisan masyarakat. Untuk proses ini
penulis pandang relatif sulit sebab seperti penulis sampaikan di atas pada
generasi tertentu (lanjut) merasa tidak atau kurang berkepentingan dengan
wacana karena banyak tuntutan hidup yang lebih mendesak. Menurut hemat penulis,
wacana global paling tepat disampaikan pada generasi yang sedang menempuh
pendidikan, dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dengan porsi yang
berbeda-beda.
Dalam
pembelajaran wacana global di kelas hambatan yang mungkin adalah: pertama; belum
adanya kurikulum yang secara eksplisit memuat setiap wacana yang berkembang, kedua;
belum semua guru tahu dan memahami berbagai wacana global yang ada, ketiga; pada
daerah tertentu sumber-sumber wacana belum ada, dan keempat; ketiadaan
sisipan wacana dalam berbagai mata pelajaran.
Idealnya
diperlukan kurikulum yang memuat mata pelajaran wacana sehingga peserta didik
selalu mendapatkan wacana yang segar, namun ketiadaan mata pelajaran wacana
sejatinya dapat diantisipasi oleh guru mata pelajaran yang lain. Mata pelajaran
bahasa, sosiologi, antropologi, IPS (untuk SD), dan kewarganegaraan
sesungguhnya mata pelajaran yang potensial untuk disisipi wacana.
Mata
pelajaran bahasa misalnya dapat disisipi bacaan yang berisi wacana sehingga
pembelajaran bahasa sekaligus pembelajaran wacana. Untuk mata pelajaran
sosiologi, antropologi, IPS (untuk SD), dan kewarganegaraan sudah tentu sangat
mudah disisipi wacana global dengan dianalisis sesuai pisau bedah mata
pelajaran itu sendiri
0 Response to "ISU-ISU GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS"
Post a Comment