Konsep Dasar IPS

I.     PENDAHULUAN
IPS adalah ilmu sosial yang mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Dengan demikian IPS sangat penting untuk dipelajari. Pembelajaran yang efektif hendaknya dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS, hal ini berkaitan dengan proses pembelajaran agar bermakna dan dapat memberi pengetahuan baru bagi peserta didik.
Sehubungan dengan itu, pembelajaran hendaknya dirancang dengan sebaik mungkin agar guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini strategi sangat penting untuk diterapkan. Strategi merupakan langkah / cara yang ditempuh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ruang lingkup IPS dibagi menjadi empat. Akan tetapi pada masalah ini hanya akan dibahas penerapan strategi pada materi manusia, tempat dan lingkungan.

II.     POKOK PEMBAHASAN
1.      Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif Pada Materi Manusia
2.      Implementasi Strategi Pembelajaran Mandiri Dengan Metode Pemberian Tugas Pada Materi Tempat
3.      Implementasi Strategi Pembelajaran Kontekstual/ CTL Pada Materi Lingkungan.

III.     PEMBAHASAN
1.      Strategi Pembelajaran Aktif (active learning)
A.    Pengertian Pembelajaran Aktif (active learning)
Ide pembelajaran aktif ini sebenarnya mengacu pada bagaimana memberikan sesuatu yang berbeda kepada orang yang berbeda. Jadi pembelajaran aktif sebenarnya mengakomodasi perbedaan yanga ada diantara individu peserta didik.
pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan.[1] Pembelajaran aktif dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa:
1)      Pada dasarnya belajar merupakan proses aktif
2)      Seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain.

B.     Karakteristik Pembelajaran Aktif
Beberapa karakteristik pembelajaran aktif sebagai berikut:
1.      Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan konsep oleh peserta didik.
2.      Atmosfer pembelajaran mendukung / kondusif mengembangkan keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan peserta didik.
3.      Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
4.      Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kooperatif
5.      Peserta didik diransang untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis, analitis dan evaluatif.
6.      Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
7.      Guru mendapatkan umpan baik yang lebih cepat tentang proses dan hasil pembelajaran.[2]

C.    Implementasi Pembelajaran Aktif Pada Materi Manusia
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberdayakan seluruh potensi peserta didik agar mampu belajar melalui berbagai aktifitas berbicara, mendengar, menulis, membaca dan melakukan refleksi.
Dengan demikian, pembelajaran aktif dapat diimplementasikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dibawah ini:
1.      Memperluas ragam pengalaman belajar peserta didik.
2.      Memanfaatkan kelebihan interaksi antara peserta didik dengan orang lain maupun dengan sumber belajar yang lain.
3.      Memberi peluang berlangsungnya dialog dan pengalaman langsung.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melaksanakan pembelajaran aktif sebagai berikut:
1.      Tujuan pembelajaran harus ditujukan dengan jelas.
2.      Peserta didik perlu diberitahu apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.
3.      Peserta didik perlu mendapatkan petunjuk yang jelas dalam setiap kegiatan, agar pembelajaran berjalan dengan efektif.
4.      Guru perlu memilih teknik pembelajaran aktif yang sesuai dengan konsep yang dipelajari peserta didik.
5.      Guru perlu menciptakan iklim pembelajaran yang aktif.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif yaitu:
1.      Mengajukan kasus-kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep / topik yang sedang dipelajari.
2.      Meminta peserta didik mencermati dan memberikan komentar terkait dengan konsep yang dipelajari.
3.      Mendemonstrasikan sesuatu didepan kelas dan meminta peserta didik mengomentarinya.
4.      Menyampaikan fakta-fakta IPTEK terkait dengan konsep yang akan dipelajari.
Contoh Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif Pada Materi Manusia Kelas I.
SK : 1. Memahami identitas diri  dan keluarga, serta sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga
KD : 1.3. Menceriterakan kasih sayang antar anggota keluarga
1.      Pendahuluan
Dalam pembelajaran aktif, bagian awal ini merupakan kegiatan penting. Pada bagian awal ini pembelajaran haruslah dapat membangkitkan motivasi peserta didik dalam mempelajari topik yang akan dibahas serta menyadarkan kepada mereka apa yang seharusnya dikuasai setelah pembelajaran berakhir.
Misalnya pada materi Kasih Sayang Keluarga ini dengan cara guru bercerita / mengajak bernyanyi agar peserta didik semangat.
2.      Kegiatan Inti
1.      Guru mengajukan permasalahan / kasus kepada peserta didik tentang kisah “malin kundang”.
2.      Peserta didik diminta mencermati kisah malin kundang dan memberi komentar.
3.      Mendemonstrasikan kisah “malin kundang” dan peserta didik yang lain memberi komentar terhadap sikap malin kundang terhadap orang tuanya serta menyebutkan bagaimana kasih sayang orang tua malin kundang terhadap malin kundang.
4.      Guru menyampaikan fakta-fakta seputar kasih sayang oa=rang tua terhadap anaknya.
3.      Kegiatan Penutup
1.    Peserta didik diminta membuat ringkasan tentang hal-hal yang telah dipelajari.
2.    Peserta didik mempresentasikan secara lisan poin-poin yang dipelajari
3.    Peserta didik mengembangkan tulisan kreatif terkait konsep (dalam hal ini materi kasih sayang) yang dipelajari.
4.    Peserta didik diminta mengembangkan peta konsep tentang materi yang dipelajari.


2.      Strategi Pembelajaran Mandiri
A.      Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Biasa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam merencanakan dan memacu belajarnya sendiri. Dapat dilaksanakan sebagai rangkaian dari metode lain atau sebagai strategi pembelajaran atau keseluruhan unit. Metode yang cocok antara lain: pemberian tugas, pekerjaan rumah, karya tulis, projek, belajar berbasis komputer dan E-learning.[3]
Dalam hal ini, pemakalah mencoba menerapkan strategi pembelajaran mandiri dengan metode pemberian tugas pada materi “Tempat”.
Alasan pemakalah memilih menggunakan metode pemberian tugas karena pemberian tugas merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan memberi tugas kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan tertenu,dan dipertanggung jawabkan. Tugas tersebut dapat dikerjakan di sekolah atau di rumah.
Tujuan pemberian tugas antara lain supaya peserta didik dapat memperdalam materi yang telah dipelajari. Sedangkan fungsinya dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar baik secara individu maupu kelompok.
Keunggulan metode ini adalah:
a.       Melatih kemandirian
b.      Meningkatkan keaktifan belajar
c.       Pengetahuan yang didapat peserta didi dapat bertahan lama
d.      Memperdalam materi yang sudah diberikan oleh guru
e.       Membina peserta didik untuk menemukan sendiri informasi
f.       Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
B.       Implementasi strategi pembelajaran mandiri dengan menggunakan metode pemberian tugas pada materi “Tempat” kelas I semester II
SK : 2.  Mendeskripsikan lingkungan rumah
KD : 2.2. Mendeskripsikan letak rumah
1.      Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu “arah mata angin”
2.      Kegiatan inti
1.      Guru bertanya dan memberi tahu arah mata angin dari lagu “arah mata angin” yang dinyanyikan tadi.
2.      Guru meminta peserta didik mengamati arah kelas menghadap kemana.
3.      Guru bertanya kepada peserta didik “apa saja yang ada disekitar kelas” misal: kantin, UKS, dan lain-lain.
4.      Guru meminta peserta didik mengamati dan mencatat apa saja yang dilihat disekitar kelas.
5.      Guru memberi tugas kepada peserta didik untuk membuat gambar letak rumah masing-masing disertai dengan keterangan apa saja yang ada disekitar rumah peserta didik.
6.      Guru meminta agar peserta didik memberi arah mata angin.
3.      Kegiatan penutup
Guru memberikan kesimpulan dan tindak lanjut.

3.      Strategi Pembelajaran  CTL / Kontekstual
A.    Konsep dasar pembelajaran kontekstual / CTL
Contextual Teaching and Learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[4]
Dari konsep di atas ada tiga hal yang harus dipahami oleh guru dalam pembelajaran CTL yaitu:
1.      CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi.
2.      CTL mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
3.      CTL peserta didik agar dapat menerapkannya dalam kehidupan.

B.     Komponen-komponen pembelajaran kontekstual / CTL
CTL memiliki 7 komponen yaitu:
1.      Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual. Pandangan kontrukstivisme adalah pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit) tidak dengan tiba-tiba.
2.      Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Karena itu bertanya merupakan strategi pembelajaran yang berbasis kontekstual.
Pada semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan dalam interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan orang lain yang datang ke kelas, dan sebagainya.
3.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry adalah sebagai berikut:
·         Observasi (Observation)
·         Bertanya (Questioning)
·         Mengajukan dugaan (Hipotesis)
·         Pengumpulan data (Data Gathering)
·         Penyimpulan (Conclussion)
4.      Masyarakat belajar (Learning Community)
Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam kelompok belajar secara alamiah.
5.      Pemodelan (Modelling)
Yang dimaksud dengan komponen pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan psoses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
7.      Penilian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik.[5]

C.    Implementasi Pembelajaran Kontekstual / CTL Pada Materi Lingkungan
Agar dapat mengimplementasikan pembelajarn kontekstual guru melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1.        Merencakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental (developmentally appropriate) peserta didik.
2.        Membentuk grup belajar yang saling tergantung (independent learning groups).
3.        Mempertimbangkan keragaman peserta didik (diversity of students).
4.        Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri(self-regulated learning) dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan).
5.        Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelligences) peserta didik.
6.        Menggunakan teknik bertanya (quesyinioning) yang meningkatkan pembelajaran peserta didik, perkembangan pemecahan masalah dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi.
7.        Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna bila mereka diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru (contructivism).
8.        Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
9.        Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui pengajuaan pertanyaan (questioning).
10.    Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun kerja sama antar peserta didik.
11.    Memodelkan (modelling) sesuatu agar peserta didik dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru.
12.    Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.
13.    Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
Contoh Pembelajaran Kontekstual/CTL pada materi “lingkungan” pada kelas III semester I
1.        Pendahuluan
a.  Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai peserta didik serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b. Guru bertanya kepada peserta didik “Adakah lingkungan alam seperti gunung, sungai, laut, atau danau disekitar rumahmu? ” pernahkah kalian berwisata kelingkungan buatan seperti waduk?
2.        Kegiatan Inti
a.         Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik.
b.        Guru mengajak peserta didik keluar kelas dan meminta peserta didik mengamati lingkungan sekitar.
c.         Guru meminta peserta didik menyebutkan apa saja lingkungan alam dan buatan yang dapat ditemukan peserta didik.
d.        Dengan bimbingan guru, peserta didik diberi pertanyaan tentang “apakah gunung itu sesuatu yang dibuat manusia?”
e.         Masing-masing kelompok berdiskusi sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban tentang “apa itu lingkungan alam dan apa itu lingkungan buatan”.
f.         Setelah itu, guru mengajak peserta didik untuk mengamati lingkungan sekolah dan menanyakan “apakah kita harus menjaga lingkungan? Kalau iya, bagaimana cara menjaga lingkungan alam dan buatan yang ada disekitar kalian?”.
g.        Peserta didik dalam kelompok diskusi.
h.        Setelah berdiskusi, setiap kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil temuannya.
i.          Guru mencoba memberika ulasan tentang temuan peserta didik tersebut dan membuat kesimpulan.
3.        Kegiatan Penutup
a.    Guru menanyakan kepada peserta didik “apakah kalian senang dengan cara belajar seperti itu?”
b.    Guru meminta salah seorang peserta didik untuk melakukan refleksi.
IV.            KESIMPULAN
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan.
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
Contextual Teaching and Learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dalam makalah ini pemakalah mengaplikasikan strategi pembelajaran aktif pada materi manusia di kelas I semester I, strategi mandiri pada materi tempat di kelas I semester II dan strategi pembelajaran kontekstual/CTL pada materi lingkungan kelas III semester I.



V.            PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masuh jauh dari sempurna. Untuk kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya maklaah ini. Semoga apa yang disampaiakan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. 


DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, dkk. Strategi Pembelajaran Edisi Pertama Paket 8-14, 2008.
Sunarso dan Kusuma, Anis, Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD dan MI Kelas III, Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008.
Hernawan, Edi, Hendayani, Endang, Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD dan MI Kelas I, Jakarta : Pusat Perbukuan, 2008.



[1] Junaedi,dkk, Strategi Pembelajaran Edisi Pertama Paket 8-14,  lapis, 2008, hlm. 12.9
[2] Junaedi,dkk, Ibid, hlm. 12.15
[3] Junaedi,dkk, Ibid,  hlm. 11.15
[4] Junaedi, dkk, Ibid, hlm. 13.10
[5] [5] Junaedi, dkk, Ibid, hlm. 13.14-13.17

0 Response to "Konsep Dasar IPS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel