KONSEP ILMU TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Wednesday, March 12, 2014
Add Comment
KONSEP
ILMU TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT
DALAM
PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
I.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan
dasar memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu
pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian
dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan
dalam kurikulum-kurikulum di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan
dasar. Pendidikan ini tidak dapat disangkal telah membawa beberapa hasil,
walaupun belum optimal. Secara umum penguasaan pengetahuan sosial atau
kewarganegaraan lulusan pendidikan dasar relatif cukup, tetapi penguasaan nilai
dalam arti penerapan nilai, keterampilan sosial dan partisipasi sosial hasilnya
belum menggembirakan. Kelemahan tersebut sudah tertentu terkait atau
dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan atau
pembelajarannya, kurikulum, para pengelola dan pelaksananya serta faktor-faktor
yang berpengaruh lainnya.
Beberapa temuan penelitian dan pengamatan ahli memperkuat
kesimpulan tersebut. Dalam segi hasil atau dampak pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial atau IPS terhadap kehidupan bermasyarakat, masih belum begitu nampak.
Perwujudan nilai-nilai sosial yang dikembangkan di sekolah belum nampak dalam
kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial para sosial para lulusan pendidikan
dasar khususnya masih memprihatinkan, partisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan semakin menyusut.
Banyak penyebab yang melatarbelakangi pendidikan IPS
belum dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Faktor penyebabnya dapat
berpangkal dari kurikulum, rancangan, pelaksana, pelaksanaan ataupun faktor-faktor
pendukung pembelajaran. Berkenaan dengan kurikulum dan rancangan pembelajaran
IPS, beberapa penelitian memberi gambaran tentang kondisi tersebut. Hasil
penelitian Balitbang, Depdikbud tahun 1999 menyebutkan bahwa “Kurikulum 1994
tidak disusun berdasarkan basic competencies melainkan pada materi,
sehingga dalam kurikulumnya banyak memuat konsep-konsep teoritis” (Boediono, et
al. 1999: 84). Hasil evaluasi kurikulum IPS SD tahun 1994 menggambarkan adanya
kesenjangan kesiapan siswa dengan bobot materi sehingga materi yang disajikan,
terlalu dianggap sulit bagi peserta didik, kesenjangan antara tuntutan materi
dengan fasilitas pembelajaran dan buku sumber, kesulitan menejemen waktu serta
keterbatasan kemampuan melakukan pembaharuan metode mengajar (Depdikbud, 1999).
Berdasarkan hal-hal di atas nampak, bahwa pada satu sisi
betapa pentingnya peranan pendidikan IPS dalam mengembangkan pengetahuan,
nilai. Sikap, dan keterampilan sosial agar peserta
didik menjadi warga
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang baik namun di pihak lain masih
banyak masalah-masalah tersebut diperlukan penelitian berkaitan dengan
pembelajaran IPS. Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan
melakukan model pembelajaran.
Dengan adanya
penulisan makalah yang bertajuk tentang pengembangan model pembelajaran untuk
mengatasi masalah pendidikan IPS di Sekolah Dasar maka seluruh pihak yang
memiliki keterkaitan dengan masalah tersebut bisa memahami apa yang menjadi
pokok permasalahan yang terjadi. Agar nantinya masalah tersebut tidak menjadi
masalah yang menghambat maksud ataupun tujuan yang ingin dicapai. Selain itu
dalam penulisan makalah ini apa yang menjadi solusi dalam pemecahan masalah
bisa ditemukan dan pihak-pihak yang terkait dapat mengembangkan potensi diri
dalam mengelolah teknik model pembelajaran yang baik dan efisien.
II.
POKOK PERMASALAHAN
A.
Apa itu pendidikan IPS?
B.
Apa saja permasalahan pendidikan IPS di sekolah dasar?
C.
Pendekatan
ITM dalam pembelajaran IPS
III.
PEMBAHASAN
A.
Apa itu
pendidikan IPS ?
IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan,
adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan
Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9).
Geografi, Sejarah dan Antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran Geografi memberikan wawasan berkenaan
dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan Sejarah memberikan
kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode.
Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai
kepercayaan, struktur sosial, aktivita-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekpresi dan spritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya
terpilih. Ilmu Ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada
aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi
merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi,
proses interaksi dan kontrol sosial.
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang
berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget
(1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan
kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka
pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa
mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan
(continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,
demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep
abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada peserta didik
tingkat Sekolah Dasar (SD).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah disiplin
ilmu-ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti:
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari
masalah-masalah sosial.
Pendidikan IPS di Sekolah Dasar (SD) telah mengintegrasikan bahan pelajaran
tersebut dalam satu bidang studi. Materi pelajaran IPS merupakan penggunaan
konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu.
Misalkan materi tentang pasar, maka harus ditampilkan kapan atau bagaimana
proses berdirinya (sejarah), dimana pasar itu berdiri (Geografi), bagaimana
hubungan antara orang-orang yang berada di pasar (Sosiologi), bagaimana
kebiasaan-kebiasaan orang menjual atau membeli di pasar (Antropologi) dan
berapa jenis-jenis barang yang diperjualbelikan (Ekonomi).
Dengan demikian Pendidikan IPS di sekolah dasar adalah
disiplin ilmu-ilmu sosial seperti yang disajikan pada tingkat menengah dan
universitas, hanya karena pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan jiwa
peserta didik, maka bahan pendidikannya disederhanakan, diseleksi, diadaptasi
dan dimodifikasi untuk tujuan institusional didaksmen (Sidiharjo, 1997).
B.
Apa saja permasalahan pendidikan IPS di sekolah
dasar?
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut
dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan
secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan
Mutakin, 1998).
1.
Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat
atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan mastarakat.
2.
Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3.
Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4.
Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah
sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5.
Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab
membangun masyarakat.
Menurut Noman Sumantri bahwa tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah
adalah:
1.
Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral,
ideologi negara dan agama.
2.
Menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan.
3.
Menekankan reflective inquiry.
PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and
information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan
keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan
keterampilan intelektual (Jarolimele, 1986: 5-8).
Secara umum, pencapaian tujuan Pendidikan IPS lulusan pendidikan SD
belumlah optimal. Kelemahan tersebut dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama
proses pendidikan dan pembelajarannya.
Dalam proses pendidikan IPS di Sekolah Dasar
(SD), pembelajarannya kurang memperhatikan
karakteristik anak usia sekolah dasar, yakni terkait dengan perkembangan
psikologis peserta didik. Menurut Jean Piaget (1963), anak dalam kelompok usia sekolah
dasar (6-12 tahun)
berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan
konkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka
pedulikan adalah sekarang (konkrit) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka
pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan
(continuity) arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,
demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan adalah konsep-konsep
abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada peserta didik Sekolah
Dasar (SD).
Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat menjadi pelajaran
yang membosankan bagi peserta didik. Dan baik secara langsung maupun tidak
akan berdampak pada tujuan pendidikan IPS yang diharapkan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai untuk materi
IPS di SD dan memperhatikan karakteristik anak usia SD.
C.
Pendekatan
ITM dalam pembelajaran IPS
1.
Kebermaknaan Model Pendekatan ITM
Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan
Masyarakat) atau juga disebut STS (Science-Technology-Society) muncul
menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial yang bersifat tradisional (texbook), yakni berkisar masih pada
pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya dengan
dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan
guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan
nyata dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi
untuk meemcahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.
Pendekatan ITM menekankan pad aktivitas peserta didik melalui
penggunaan keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti;
melakukan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey
observasi, wawancara dengan masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb.
Oleh karena itu, permasalahan tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak
terlepas dari perkembangan ilmu dan teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri.
Dalam kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih aktif dalam
menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga mampu
melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara
nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusi langsung
terhadap misi pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan
warga negara agar memiliki kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di
masyarakat, b) mengambil keputusan sebagai warga negara, c)
membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat sejarah perjuangan
dan peradaban luhur bangsanya.
Kebudayaan konsep ilmu, teknologi dan
kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat modern yang banyak
menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan
apabila dalam penjelasannya memberi informasi lebih jauh bahwa pemecahan
masalah-masalah tersebut mengkehendaki adanya kedudukan dari berbagai disiplin
ilmu.
IPS sebagai mata pelajaran di lembaga
pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan
banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yager yang memasukan
ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebagai bidang penerapan dan hubungan,
kreativitas dan sikap maupun konsep dan proses. Remy (1990) mengemukakan konsep
ITM memberikan kontribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya
dalam mempersiapkan warga negara yang : (1) memahami ilmu pengetahuan di
masyarakat, (2) pengambilan keputusan warga negara, (3) membuat hubungan antar
pengetahuan, (4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.
Melalui studi “Project Synthesis”,
Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan sebagai berikut : (1) IPS
umtuk memenuhi kebutuhan pibadi individu, (2) IPS untuk memecahkan
persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini; (3) IPS untuk membantu dalam
memilih karir, (4) IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.
Ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM)
merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan kepada
peserta didik secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan: konsep ITM mencakup
keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa kritis dalam konsep
pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan
persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar keeberadaan ITM adalah lahirnya
warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-maslah krusial
dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.
2.
Langkah Pendekatan ITM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM antara lain:
a.
Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap
individu peserta didik, telah memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya
sendiri dalam kehidupan faktual di lingkungan keluarga dan masyarakat.
b.
Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan
permasalahan dan dapat menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan
bahan-bahan lainnya) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah.
c.
Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam
setiap kegiatan pembelajaran serta menekankan pada keterampilan proses dalam
rangka melatih peserta didik berfikir tingkat tinggi.
d.
Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses
pembelajaran yang ditempuh dengan cara pengamatan (observasi) terhadap
objek-objek yang dipelajarinya.
e.
Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas
bersama guru dan peserta didik guna menghindari terjadi kesalahan konsep.
f.
Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.
g.
Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah
isu dan masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
3.
Tahapan Metode Pendekatan ITM
a.
Tahap Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi merupakan tahap
pengumpulan data lapangan dan data yang berkaitan dengan nilai. Peserta didik
dengan bantuan LKS secara berkelompok melakukan pengamatan langsung. Eksplorasi
dilakukan guna membuktikan konsep awal yang mereka miliki dengan konsep ilmiah.
b.
Tahap Penjelasan dan Solusi
Dari data yang telah terkumpul
berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan peserta didik mampu memberikan solusi
sebagai alternatif jawaban tentang persoalan lingkungan. Peserta didik didorong
untuk menyampaikan gagasan, menyimpulkan, memberikan argumen dengan tepat,
membuat model, membuat poster yang berkenaan dengan pesan lingkungan, membuat
puisi, menggambar, membuat karangan, serta membuat karya seni lainnya.
c.
Tahap Pengambilan Tindakan
Peserta didik dapat membuat keputusan
atau mempertimbangkan alternatif tindakan dan akibat-akibatnya dengan
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya. Berdasar
pengenalan masalah dan pengembangan gagasan pemecahannya, mereka dapat bermain
peran (Role Playing) membuat kebijakan strategis yang diperlukan untuk
mempengaruhi publik dalam mengatasi permasalahan lingkungan tersebut.
d.
Diskusi dan Penjelasan
Berikutnya guru dan peserta didik
melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep melalui tahapan sebagai
berikut:
· Masing-masing kelompok melaporkan hasil
temuan pengamatan lingkungannya.
· Guru memberikan kesempatan kepada
anggota kelas lainnya untuk memberikan tanggapan atau informasi yang relevan
terhadap laporan kelompok temannya.
· Guru bersama peserta didik menyimpulkan
konsep baru yang diperoleh kemudian mereka diminta melihat kembali jawaban yang
telah disampaikan sebelum kegiatan eksplorasi.
· Guru membimbing peserta didik
merkonstruksi kembali pengetahuan langsung dari objek yang dipelajari tentang
alam lingkungannya.
e.
Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep
· Guru bertanya pada peserta didik
tentang hal-hal yang diliahat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan aplikasi
konsep baru yang telah ditemukan.
· Guru dan peserta didik mendiskusikan
sikap dan kepedulian yang dapat mereka tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari
berkaitan dengan konsep baru yang telah ditemukan.
f.
Tahap Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, guru memperlihatkan
gambar suasana lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan yang terpelihara dan
yang tidak terpelihara. Kemudian menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta
didik sehingga mampu memberikan penilaian sendiri tentang keadaan kedua
lingkungan tersebut.
g.
Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan
penyimpulan yang dilakukan guru dan peserta didik dari seluruh rangkaian
pembelajaran. Sebagai bagian penutup, guru menyampaikan pesan moral.
IV.
KESIMPULAN
Pendidikan IPS adalah disiplin ilmu-ilmu sosial ataupun
integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.
Dalam proses pendidikan IPS di Sekolah
Dasar
(SD),
pembelajarannya kurang memperhatikan karakteristik anak usia sekolah dasar,
yakni terkait dengan perkembangan psikologis peserta
didik. Anak dalam
kelompok usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Padahal
bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep
seperti waktu, perubahan, lingkungan, ritual, akulturasi, demokrasi, nilai,
peranan merupakan konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus
dibelajarkan kepada peserta didik tingkat Sekolah Dasar (SD).
Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat
menjadi pelajaran yang membosankan bagi peserta
didik. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai
untuk materi IPS di Sekolah Dasar (SD) dan memperhatikan karakteristik anak
usia Sekolah Dasar (SD).
Ilmu, teknologi dan masyarakat
(ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan
kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Konsep ITM mencakup
keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa kritis dalam proses
pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan
persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar keberadaan ITM adalah lahirnya
warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-masalah krusial
dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif
V.
PENUTUP
Dalam mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, kita harus memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, program-program pelajaran
IPS di sekolah haruslah diorganisasikan secara baik.
Sejumlah model pendekatan pembelajaran yang telah
dijelaskan diatas, masing-masing mengedepankan keunggulan dalam
mengupayakan pencapaian sasaran yang diyakini oleh setiap pengembangannya,
namun untuk penerapan praktis di tempat yang sangat mungkin berbeda. Oleh
karena itu harus dikalkulasikan dengan berbagai aspek kondisional yang tentu
tidak sama.
Demikian
yang dapat pemakalah sampaikan, penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga apa yang kami sampaikan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aminn………….
0 Response to "KONSEP ILMU TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR"
Post a Comment