Pembelajaran IPS SD Problem Solving
Wednesday, March 12, 2014
Add Comment
I.
PENDAHULUAN
Belajar
pada hakikatnya adalah sebuah proses di mana peserta didik terlibat dalam
aktivitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan atau perilaku yang tidak
dimiliki sebelumnya (Robert Gagne, 1970). Contoh, seorang peserta didik
berusaha menirukan guru mengeja huruf-huruf karena ia belum dapat membaca dan
berharap nantinya dapat membaca.
Dari
pengertian dan contoh di atas, paling tidak, ada dua unsur utama dalam belajar
yang saling berkaitan. Pertama, adanya aktivitas yang memungkinkan peserta
didik mempunyai kemampuan atau perilaku baru. Kedua, adanya keterlibatan
peserta didik dalam proses belajar, dalam contoh di atas, keterlibatan peserta
didik ditunjukan oleh usahanya untuk mengulang apa yang dikatakan guru. Berkaitan
dengan keterlibatan keterlibatan peserta didik, bagaimana sebuah aktivitas
belajar dapat berlangsung efektif dan memberikan manfaat bagi peserta didik?
Menurut David Ausebel (1969), sebuah aktivitas belajar di tingkat pendidikan
dasar seperti SD/MI, akan bermanfaat jika aktiviyas-aktivitas itu banyak
melibatkan para peserta didik dalam kegiatan langsung. Misalnya, kita
ingin mengembangkan kompetensi peserta didik dalam mengenal berbagai sumber
daya alam disekitarnya. Aktivitas belajar yang dapat kita lakukan antara lain
dengan meminta siswa menggambar atau menempelkan gambar salah satu sumber daya
alam, yakni hewan-hewan yang ada di daerah mereka.[1]
II.
POKOK PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD/MI
C. Metode Problem Solving
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk
keperluan pendidikan di sekolah. (Wiryohandoyo, 1998: 2). Pada dasarnya IPS
merupakan suatu pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary Approach)
dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial,
sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Dalam modul IPS (1991) Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam interaksinya dengan alam
lingkungannya yang dapat dipelajari melalui berbagai cabang disiplin ilmu sosial (Suminah, 1999: 68). Menurut Leonard S Kenwett (dalam Mustofa, Hadi, dkk, 1993: 2) menyatakan
bahwa IPS adalah studi tentang manusia untuk menolong siswa mengenal dirinya
sendiri maupun dengan orang lain di dalam suatu masyarakat yang sangat
bervariasi baik karena perbedaan tempat maupun waktu sebagai individu maupun
kelompok dalam memenuhi kebutuhannya melalui berbagai institusi seperti halnya
manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat yang baik.
Berdasarkan dasarkan berbagai paparan
dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan hasil kombinasi
atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran ilmu sosial yang mempelajari
manusia dalam interaksinya dengan alam lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Mata pelajaran IPS di sekolah dasar berisi materi Antropologi, Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi yang disajikan secara terpadu dalam
pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang
dinamis serta untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung
jawab dan tercapainya tujuan pendidikan sehingga mampu menghadapi segala
permasalahan dalam kehidupan masyarakat yang selalu berkembang.[2]
B. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD/MI
Pembelajaran merupakan sesuatu yang
kompleks. Pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan pesan kepada peserta
didik, akan tetapi merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru untuk
dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan
sistem lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efektif
dan efisien (Suharjo, 2006). Sedangkan menurut pendapat Hermawan (2006: 95)
mengartikan tentang pembelajaran yaitu :
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan
suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara
guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan
belajar yang telah dilakukan.
Pembelajaran dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
diperlukan suatu proses pembelajaran yang melibatkan interaksi guru dan pserta
didik, dimana kedua belah pihak harus berperan aktif dalam proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar harus dapat menciptakan situasi dan kondisi
yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Berdasarkan pada falsafah Negara
Indonesia, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama
manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitaan dengan hal tersebut,
(Kurikulum 2004) untuk tingkat SD menyatakan bahwa:
Pengetahuan Sosial, bertujuan untuk : (1) Mengajarkan
konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan,
pedagogis, dan psikologis. (2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial. (3) Membangun
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
(4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sedangkan menurut Sapriya (2009: 12)
menjelaskan bahwa pendidikan IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan
untuk:
Mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara
yang menguasai pengetahuan (knowlwdge), keterampilan (skill), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan
masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara
yang baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan IPS SD adalah usaha membentuk warga negara untuk menjadi manusia
yang memiliki tanggung jawab, pengetahuan, kemampuan berpikir kritis dan
kreatif, mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan
sosial serta kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan sehingga
menjadi manusia yang siap dalam menghadapi kemajuan jaman yang terus
berkembang.
Dalam KTSP 2006 telah dipaparkan bahwa
lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (1) Manusia, tempat
dan lingkungan, (2) Waktu, berkelanjutan dan perubahan, (3) Sistem sosial dan
budaya, (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Depdikbud, 2006). Hal tersebut
memberikan informasi bahwa dalam pembelajaran IPS harus menggunakan metode
pembelajaran yang menarik, inovatif serta mampu memotivasi peserta didik untuk
aktif mengikuti pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.[3]
C. Metode Problem Solving
1. Pengertian Problem Solving
Masalah dapat diartikan sebagai
kesenjangan antara apa yang terjadi dengan segala hal dan apa yang seharusnya
terjadi dengan hal tersebut. Di dalam setiap masalah selalu ada solusi
terbaiknya yang harus diambil dan diputuskan berdasarkan beberapa alternatif
yang ada. Pemecahan masalah sering melibatkan hal-hal yang sudah terjadi
(Kneeland, 2003: 13)
Untuk memecahkan masalah tidak mungkin
dapat dilakukan tanpa melakukan suatu proses pencarian cara atau prosedur
pemecahan yang tepat. Artinya dalam pemecahan masalah, harus mencari cara
pemecahan dengan jalan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang relevan dan
menggunakan strategi kognitif. Pada dasarnya masalah dibagi menjadi dua
kelompok. Pertama, masalah yang harus diperbaiki yaitu mengharuskan kita untuk
memperbaikinya dan yang perlu diperhatikan bahwa keputusan yang diambil untuk
memperbaiki harus dibuat untuk mencegah permasalahan tersebut terulang kembali.
Kedua, masalah yang harus dikerjakan yaitu mengharuskan
kita untuk mengerjakan atau menggerakkan diri.
Oemar, (1980: 2) menyatakan bahwa
secara umum ada tiga cara pemecahan suatu masalah. (1) pemecahan masalah secara
otoritatif yaitu pemecahan masalah oleh penguasa yang berwenang (pejabat, guru
dan lain-lain). Dalam hal ini peserta didik pasif. (2) pemecahan secara alamiah
yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa metode. (3) pemecahan secara
metafisik yaitu pemecahan dengan menggunakan cara-cara yang tidak rasional
misal secara gaib.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan individu untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapinya menggunakan metode atau prosedur
pemecahan yang tepat. Karena tanpa suatu prosedur yang tepat maka permasalahan
tidak akan terpecahkan secara maksimal yang artinya dalam pemecahan masalah
harus mencari dan memilih alternatif pemecahan yang cocok dengan jalan
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang relevan serta menggunakan strategi
kognitif.[4]
Metode
pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya
adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.[5]
Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan
suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.[6]
Metode problem solving menurut Oemar, (1980: 34) adalah suatu
jenis cara belajar discovery dalam hal ini siswa, baik secara individu
maupun kelompok berusaha memecahkan masalah/problem yang nyata. Pemecahan
masalah secara kelompok dipandang lebih menguntungkan karena dapat memperoleh
latar belakang yang lebih luas, dan dengan demikian lebih banyak memunculkan
ide hipotesa dan kritik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode
pemecahan masalah (problem solving method) yaitu metode yang dipakai
oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melatih peserta didik
menghadapi berbagai masalah nyata, melalui proses dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.[7]
2.
Langkah-langkah
Metode Problem Solving
Ada empat tahap proses pemecahan
masalah menurut Savage dan Amstrong (dalam Sapriya) sebagai berikut. (1)
Mengenal adanya masalah, (2) Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk
pemecahannya, (3) Memilih dan menerap-kan pendekatannya, (4) Mencapai solusi
yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk
tingkah laku yang tidak dipelajari, seringkali berfaedah dalam situasi yang
luar biasa. Dalam situasi yang terjepit, baik manusia maupun binatang, dapat
menggunakan cara coba-coba, salah, mencoba lagi (trial and error) untuk
memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem solving pada manusia
lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio (akal),
disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan
masalahnya di luar situasi konkret.
Joesafira (2010) adapun Langkah-langkah
metode problem solving :
1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini
harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2) Mencari data atau
keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada
langkah kedua di atas. 4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam
langkah ini peserta didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga
betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran
jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi,
tugas, diskusi, dan lain-lain. 5) Menarik kesimpulan. Artinya peserta didik
harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Pemahaman kognitif dapat diperoleh
siswa melalui pengalaman melakukan kegiatan atau sering dikenal dengan learning
by doing yaitu belajar dengan melakukan. Pemahaman yang didapat dari
melakukan bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak itu akan mudah didapatkan
melalui jalan melakukan kegiatan yang kongkrit. Hal ini sesuai dengan tingkatan
anak usia sekolah dasar yang masih bersifat operasional kongkrit. Untuk
mengarahkan siswa melakukan pembelajaran sambil melakukan, salah satu caranya
yaitu guru memberikan suatu materi pembelajaran yang bersifat problematik yang
menuntut peserta didik untuk memecahan masalah.
Dari pendapat di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pada dasarnya langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
penerapan problem solving beraneka ragam tetapi semua merujuk pada kesadaran
akan adanya masalah, pencarian solusi, penerapan dalam tindakan serta evaluasi.
Pada langkah terakhir merupakan langkah yang sangat penting karena digunakan
untuk melihat keberhasilan suatu tindakan pemecahan masalah. Sehingga siswa
dapat memperoleh pengalaman yang bermakna, karena adanya proses mental yang
bersifat aktif di dalam diri siswa. Pengalaman inilah yang menuntun
diperolehnya hasil belajar pada diri siswa yang bersangkutan khususnya pada
mata pelajaran IPS.[8]
Langkah-langkah metode problem solving [9]:
a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku,
meneliti, bertanya dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada
langkah kedua di atas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban
tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau
sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja
diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan
lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
3. Manfaat dan Tujuan Problem Solving
Sejalan dengan pengartian, metode dan langkah-langkah metode problem
solving memiliki manfaat yang berguna untuk mengembangkan sikap atau
keterampilan peserta didik untuk mampu memecahkan suatu permasalahan yang
dihadapinya serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri. Peserta
didik mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Berfikir tidak hanya
bertambahnya pengetahuan saja tetapi proses berfikir bahkan terjadi secara
berurutan seperti mengumpulkan data, membaca data, memilih alternatif pemecahan
sampai penerapan yang membutuhkan latihan dan pembiasaan.
Melalui pemecahan masalah, kemampuan berfikir diproses dalam situasi yang
benar-benar dihayati, diminati siswa dalam berbagai macam ragam kemungkinan.
Memupuk dan mengembangkan rasa ingin tahu dan cara berfikir objektif, mandiri
dan kritis baik secara individu maupun kelompok
Tujuan utama penggunaan metode problem solving menurut Jusuf
Djajadisastra dalam Syulasmi, (2001: 108) adalah mengembangkan kemampuan
berfikir terutama dalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah. Memberi
pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai dan bermanfaat bagi kepentingan
hidup sehari-hari, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis
serta mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah serta
mengambil keputusan secara objektif dan rasional.[10]
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving
a. Kelebihan
Metode Problem Solving
-
Melatih
peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
-
Berpikir
dan bertindak kreatif.
-
Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis.
-
Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
-
Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan.
-
Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
-
Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja.
Metode problem solving tepat digunakan dalam pembelajaran
IPS karena melatih peserta didik berfikir ilmiah dan analitis. Untuk melatih
keberanian peserta didik, dan rasa tanggung jawab dalam menghadapi kehidupan
yang menantang. Untuk mendorong berfikir mandiri dan berdikari. Untuk
menumbuhkan wawasan yang luas tentang berbagai pemikiran dunia nyata.[11]
b. Kelemahan Metode Problem Solving
-
Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode
ini. Misal terbatasnya alat-alat peragadalam materi sejarah seperti menyulitkan
peserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
-
Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan
dengan metode pembelajaran yang lain.
IV.
KESIMPULAN
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian
ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah.
(Wiryohandoyo, 1998: 2). Pada dasarnya IPS merupakan suatu pendekatan
interdisipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu
Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti
sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi,
ilmu politik, dan sebagainya.
Tujuan
pendidikan IPS SD adalah usaha membentuk warga negara untuk menjadi manusia
yang memiliki tanggung jawab, pengetahuan, kemampuan berpikir kritis dan
kreatif, mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan
sosial serta kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan sehingga
menjadi manusia yang siap dalam menghadapi kemajuan jaman yang terus
berkembang.
Metode pemecahan masalah (Problem Solving)
adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta
didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami buat, semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya. Dan kami
sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam
demi hal yang lebih baik kedepanya.
[1] Nani
Rosdijati. dkk, Panduan PAKEM IPS SD, (Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama, 2010) hlm. 5-6
[2] http://erwinblog-metodepemecahanmasalah.blogspot.com/2011/05/skripsi-metode-problem-solving-dalam.html
[3] Ibid.
hlm
[4] Ibid.
hlm
[5] http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/
[6]
Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, Strategi
Pembelajaran & Pemilihannya (Jakarta : 2008). hlm. 28
[7] Op.Cit.
Hlm
[8] Ibid.
Hlm
[9] Direktur
Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK. Op.Cit. Hlm. 28
[10] Op.
Cit. Hlm
[11] http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/
[12] Ibid.
Hlm
0 Response to "Pembelajaran IPS SD Problem Solving "
Post a Comment