MENINGKATKANPERKEMBANGAN BAHASA LISAN 2


       I.            PENDAHULUAN
Fokus mata kuliah ini tidak terletak pada penguasaan teoritis tetapi pada penguasaan praktis atau penguasaan lanjutan dari penguasaan teoritis. Oleh karena itu, latihan atau penugasan dan sejenisnya merupakan pengalaman yang harus dilalui untuk meningkatkan profesionalisme sebagai guru bahasa Indonesia. Dengan demikian, semakin luas pengetahuan teoritis kebahasan, kesastraan, dan kependidikan yang dimiliki.
Hal lain yang akan dibicarakan adalah pengajaran menulis di kelas-kelas tinggi. Pada bagian ini berisi kegiatan keterampilan menulis fiksi (puisi, cerpen, dan drama) dan menulis non fiksi (surat, laporan, dan makalah). Terakhir akan disajikan bahasan yang berkenaan dengan evaluasi pengajaran bahasa bahasa Indonesia di kelas-kelas tinggi.
Yang dimaksud kelas-kelas tinggi adalah kelas 3, 4, 5, dan 6 MI. Untuk dapat mengajarkan bahasa Indonesia dengan tepat di kelas-kelas tinggi, terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang hakikat dan pendekatan pengajaran dalam kurikulum bahasa Indonesia yang berlaku pada saat ini.
Kurikulum 1994 mata pelajaran bahasa Indonesia bagi madrasah ibtidaiyah memandang mata pelajaran bahasa dan satra Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

    II.            TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
A.    Meningkatkan Menyimak Dan Berbicara Dengan Dramatisasi Kreatif
B.     Merancang Model Pembelajaran Menyimak Dan Berbicara


 III.            URAIAN MATEI
A.    Meningkatkan Menyimak Dan Berbicara Dengan Dramatisasikreatif
Berbahasa secara lisan adalah kegiatan berbahasa yang paling banyak dilakukan manusia termasuk termasuk pada msyarakat yang belum mengenal tulisan. Keterampilan berbahasa lisansangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam kegiatan pengajaran masih belum diberi kesempatan untuk mengekspresikan kemampuannya dalam berbahasa lisan ini.
Salah satu butir pembelajaran yang erat kaitanya dengan pengembangan kemampuan berbahasa lisan ini adalah dramatisisasi. Kegiatan dramatisasi yang baik akan memberikan rasa aman serta keleluasaan gerak kepada setiap anak (sarumpaet, 1988:13), sehingga semua anak tanpa terkecuali berani tampil dimuka umum. Anak-anak melalui kegiatan dramatik juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui dramatisasi ini anak dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Sejalan dengan pendapat Harp “drama class on the crativity of children and makes laerning fun” (1988:939). Jadi tidak merasa enggan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisan melalui dramatisasi ini, demi kebahagiaan yang akan diperoleh para siswa.
Dramatisasi memang erat kaitannya dengan seni drama, bahkan ada yang menyamakannya. Pada hakekatnya, dalam kegiatan dramatisasi ini siswa diberi kebebasan untuk berekspresi. Mengekspresikan dirinya, pikirannya, meskipun mereka menjadi orang lain. Siswa akan memperoleh pengalaman batin bagaimana merasakan hal-hal yang diluar dirinya.
Pengalaman dan pengetahun seni drama akan meningkatkan “kepekaan terhadap rasa keindahan” pada diri siswa (harjasujana, 1986:14). Melakukan pendalaman berseni drama, seorang siswa seharusnya mempertajam estetisnya serta meningkatkan kepekaan terhadap gejala-gejala kehidupan yang ditemuinya.
Dengan pengalaman beastra, khususnya berdramatisasi, manusia belajar secara menyeluruh tentang mengalami sesuatu yang terjadi pada diri manusia, dalam perjalanan hidupnya yang menyenangkan, yang diamati, yang menjadikan manusia menjadi arif, dan lebih mampu untuk mengatasi masalah-masalah pelik.
sebagai bahan, naskah yang didramatisasikan dapat berasal dari puisi dapat pula berasal dari prosa. Yang terpenting dalam dramatisasi ini siswa dilatih berdialog. Sebagaimana diungkapkan The American College Dictionari dalam Tarigan (1984: 70) bahwa drama.
a.       Suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajikan dalam dialog atau pantonimsuatu cerita yang mengandung konflikn atau kontras seseorang tokoh; terutama sekali suatu cerita yang diperuntukkan buat dipentaskan diatas panggung; suatu lakon;
b.      Cabang sastra yang mengandung komposisi-komposisi sedemikian sebagai subjeknya; seni atau representasi dramatik;
c.       Seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisansampai proses terakhir;
d.      Setiap rangkaian kejadian yang mengandung hal-hal atau akibat-akibat yang menarik hati secara dramatik.

Dictionaryof World Literature dalam Tarigan (1984) menjelaskan bahwa drama dapat ditafsirkan dalam berbagai pengertian. Dalam arti yang sangat luas, drama mencakup setiap jenis pertunjukkan tiruan perbuatan, mulai dari produksi Hamlet, komedi, pantonim ataupun upacara keagamaan orang primitif.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahaa Indonesia memuat pengertian dramatisasi sebagai berikut.
a.       Penyesuaian untuk pertunjukkan sandiwara; pendramaan;
b.      Hal membuat suatu peristiwa menjadi mengesankan atau mengharukan;
c.       Pembawaan atau pembacaan puisi atau prosa secara dramatis (KBBI 1988: 213).

Dramatisasi salah satu strategi pembelajaran yang diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah itu. Dramatisasi memungkinkan pemerannya untuk belajar waktu orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati, dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itulah nmereka harus memecahkan masalah.


Hal-hal yang harus dipertimbangakan dalam bermain peran.
1.      Memperkenalkan fungsi dan manfaat bernain pean;
2.      Menentukan masalah, masalah ini harus aktual dan penting;
3.      Memilih pemain dan mengatur adegan; dan
4.      Menjelaskan pada pemeran dengan baik sehingga pemeran tahu tugasnya menguasai masalahnya, pandai berdialog.

Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan ini adalah,
1.      Menyenangkan siswa;
2.      Mengembangkan kreatifitas siswa;
3.      Mengurangi hal-hal yang verbalitas;
4.      Pengarahan sederhana;
5.      Memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa;
6.      Menimbulkan respon yang positif dari siswa; dan
7.      Menumbuhkan cara berpikir kritis.

B.     merancang model pembelajaran Menyimak Dan Berbicara

Finocchiaro dan Brumfit dalam Purwo (1991) mengemukakan ciri-ciri pokok pengajaran bahasa yang mengandung pendekatan komunikatif yang diantaranya:
a.       Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan metode Audiolingual yang lebih mengutamakan struktur dan bentuk bahasa.
b.      Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur bunyi atau kosakata yang terpisah.
c.       Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan komunikatf yaitu kemampuan menggunakan bahasa secara efektif dan betul.
d.      Kelancarkan menggunakan bahasa yang dapat diterima menjadi tujuan utama yang ingin dicapai. Keakuratan penggunaan bahasa dilihat dari konteks penggunaannya.
e.       Dialog, apabila digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya tidak dihafalkan.
f.       Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan;
g.      Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melaui kerja berpasangan atau kelompok. Baik secara langsung maupun melalui tulisan.
h.      Guru membantu siswa dengan cara apapun yang mendorong siswa menggunakan bahasa yang dipelajari.

Menurut Schultz dan Bartz dalam Purwo (1991) untuk dapat mengembangkan kemampuan komunikatif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut.
a.       Situasi hidup yang bermakna dan otentik;
b.      Motivasi;
c.       Kebebasan menggunakan bahasa;
d.      Lingkungan kelas yang mendukung tanpa takut menjadi bahan tertawaan dan
e.       Mengutamakan anugrah daripada kritik terhadap kesalahan.


Rrsyana (1982) menyarankan agar puisi pun didramatisasikan seperti berikut.


ADIKKU MENARI
Adikku yang kecil baru pandai menari
Menari, menari, bergirang hati
Diiringi gerak kekanan dan kekiri
Adikku menari menawan hati

pengembangan kegiatan berbicara ini sebenarnya harus berlandaskan pada peristiwa berbicara sehari-hari, terdapat 15 tindak komunikatif sebagai fungsi-fungsi bahasa, yakni:
1.      Menyapa, mengundang, menerima, dan menjamu;
2.      Memuji, mengucapkan selamat, menyanjung atau merayu, menggoda, dan menyombongkan diri;
3.      Menginterupsi, menyela, memotong pembicaraan;
4.      Memohon, meminta, mengharapkan;
5.      Mengelak, membohongi, dan mengamati kesalahan;
6.      Mengeritik, menegur, mencerca, mengomeli, mengejek, menghina, mengancam, dan memperingatkan;
7.      Mengeluh, dan mengadu;
8.      Menuduh, menyangkal, atau mengingkari;
9.      Menyetujui, menolak, dan mendebat atau membantah;
10.  Menyakinkan, menuntut, mempengaruhi, menegaskan atau mengatakan, dan menaehati;
11.  Melaporkan, menilai, dan mengomentari;
12.  Memerintah, memesan, meeminta atau menuntut;
13.  Menanyakan atau memeriksa atau meneliti;
14.  Menaruh simpati dan menyatakan bela sungkawa; dan
15.  Meminta maaf dan memaafkan.

Berikut ini beberapa contoh pembelajaran berbicara yang belum dan sudah dikembangkan.

a.      Pembelajaran Berbicara yang Belum Dikembangkan
1.      Bercakap-cakap dengan teman tentang segala hal.
2.      Berlatih pidato di depan kelas.
3.      Bertanya jawab tentang peristiwa, kegiatan, dan pengalaman dengan orang lain.
4.      Mengemukakan gagasan, pendapat, dan pengalaman secara lisan dan tulis.

b.      Pembelajaran Berbicara yang Sudah Dikembangkan
1.      Memberikan sambutan untuk berbagai keperluan
a.       Menentukan tema sambutan
b.      Menyusun kerangka sambutan
c.       Menyusun naskah sambutan dengan ejaan yang benar
d.      Membacakan teks sambutan.

Pembelajaran ini menuntut aktivitas siswa. Untuk kepentingan pembelajara dapat dikembangkan sebagai berikut:
a.       Menyusun daftar pertanyaan untuk wawancara.
b.      Mendiskusikan untuk wawancara.
c.       Melakukan wawancara sambil mencatat.
d.      Menyimpukan hasil wawancara.

Untuk mengembangkan pembelajaran tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
a.       Menentukan topik pembicaraan;
b.      Membentuk perilqku dialog;
c.       Mengajukan peran;
d.      Berlatih menulis pendapat, perasaan, dan pengalaman pada waktu menjawab pertanyaan; serta
e.       Membuat pertanyyan aau menjawab pertanyaan.

Kelima langkah tersebut dapat dikembangkan menjadi:
a.       Menentukan pelaku dialog dalam beberapa kelompok;
b.      Menentukan topik dialog;
c.       Berlatih dialog;
d.      Menyimak dialog;
e.       Berlatih mengemukakan dialog, perasaan, dan pengalaman yang sesuai dengan topik pembicaraan;
f.       Melaksanakan dialog didepan kelas;
g.      Berlatih menulis pendapat, perasaan, dan pengalaman pada waktu menjawab pertanyaan dari guru;
h.      Membuat ringkasan isi dialog dan menceritakan kembali.

2.      Mewancarai tokoh setempat
a.       Menyusun daftar pertanyaan untuk wawancara
b.      Mendiskusikan daftar wawancara
c.       Melakukan wawancara sambil mencatat
d.      Menyimpulkan hasil wawancara

 IV.            KESIMPULAN
Berbahasa secara lisan adalah kegiatan berbahasa yang paling banyak dilakukan manusia termasuk termasuk pada msyarakat yang belum mengenal tulisan. Keterampilan berbahasa lisansangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam kegiatan pengajaran masih belum diberi kesempatan untuk mengekspresikan kemampuannya dalam berbahasa lisan ini.
satu butir pembelajaran yang erat kaitanya dengan pengembangan kemampuan berbahasa lisan ini adalah dramatisisasi. Kegiatan dramatisasi yang baik akan memberikan rasa aman serta keleluasaan gerak kepada setiap anak (sarumpaet, 1988:13), sehingga semua anak tanpa terkecuali berani tampil dimuka umum. Anak-anak melalui kegiatan dramatik juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui dramatisasi ini anak dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Sejalan dengan pendapat Harp “drama class on the crativity of children and makes laerning fun” (1988:939). Jadi tidak merasa enggan dalam mengembangkan kemampuan.

    V.            PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun,kami menyadari bahwa makah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang, semoga makalah iani bermanfaat bagi pembaca sekalian.


0 Response to "MENINGKATKANPERKEMBANGAN BAHASA LISAN 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel