MENINGKATKANPERKEMBANGAN BAHASA LISAN 2
Wednesday, March 12, 2014
Add Comment
I.
PENDAHULUAN
Fokus mata kuliah ini tidak terletak pada penguasaan teoritis tetapi
pada penguasaan praktis atau penguasaan lanjutan dari penguasaan teoritis. Oleh
karena itu, latihan atau penugasan dan sejenisnya merupakan pengalaman yang
harus dilalui untuk meningkatkan profesionalisme sebagai guru bahasa Indonesia.
Dengan demikian, semakin luas pengetahuan teoritis kebahasan, kesastraan, dan
kependidikan yang dimiliki.
Hal lain yang akan dibicarakan adalah pengajaran menulis di kelas-kelas
tinggi. Pada bagian ini berisi kegiatan keterampilan menulis fiksi (puisi,
cerpen, dan drama) dan menulis non fiksi (surat, laporan, dan makalah).
Terakhir akan disajikan bahasan yang berkenaan dengan evaluasi pengajaran
bahasa bahasa Indonesia di kelas-kelas tinggi.
Yang dimaksud kelas-kelas tinggi adalah kelas 3, 4, 5, dan 6 MI. Untuk
dapat mengajarkan bahasa Indonesia dengan tepat di kelas-kelas tinggi, terlebih
dahulu harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang hakikat dan
pendekatan pengajaran dalam kurikulum bahasa Indonesia yang berlaku pada saat
ini.
Kurikulum 1994 mata pelajaran bahasa Indonesia bagi madrasah ibtidaiyah
memandang mata pelajaran bahasa dan satra Indonesia adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa Indonesia.
II.
TUJUAN
PEMBELAJARAN KHUSUS
A.
Meningkatkan
Menyimak Dan Berbicara Dengan Dramatisasi Kreatif
B.
Merancang
Model Pembelajaran Menyimak Dan Berbicara
III.
URAIAN
MATEI
A.
Meningkatkan
Menyimak Dan Berbicara Dengan Dramatisasikreatif
Berbahasa secara lisan adalah kegiatan berbahasa yang paling banyak
dilakukan manusia termasuk termasuk pada msyarakat yang belum mengenal tulisan.
Keterampilan berbahasa lisansangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi dalam kegiatan pengajaran masih belum diberi kesempatan untuk
mengekspresikan kemampuannya dalam berbahasa lisan ini.
Salah satu butir pembelajaran yang erat kaitanya dengan pengembangan
kemampuan berbahasa lisan ini adalah dramatisisasi. Kegiatan dramatisasi yang
baik akan memberikan rasa aman serta keleluasaan gerak kepada setiap anak
(sarumpaet, 1988:13), sehingga semua anak tanpa terkecuali berani tampil dimuka
umum. Anak-anak melalui kegiatan dramatik juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi
ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui dramatisasi ini anak dapat
memecahkan masalah berdasarkan pengalaman pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
Sejalan dengan pendapat Harp “drama class on the crativity of children and
makes laerning fun” (1988:939). Jadi tidak merasa enggan dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa lisan melalui dramatisasi ini, demi
kebahagiaan yang akan diperoleh para siswa.
Dramatisasi memang erat kaitannya dengan seni drama, bahkan ada yang
menyamakannya. Pada hakekatnya, dalam kegiatan dramatisasi ini siswa diberi
kebebasan untuk berekspresi. Mengekspresikan dirinya, pikirannya, meskipun
mereka menjadi orang lain. Siswa akan memperoleh pengalaman batin bagaimana
merasakan hal-hal yang diluar dirinya.
Pengalaman dan pengetahun seni drama akan meningkatkan “kepekaan
terhadap rasa keindahan” pada diri siswa (harjasujana, 1986:14). Melakukan
pendalaman berseni drama, seorang siswa seharusnya mempertajam estetisnya serta
meningkatkan kepekaan terhadap gejala-gejala kehidupan yang ditemuinya.
Dengan pengalaman beastra, khususnya berdramatisasi, manusia belajar
secara menyeluruh tentang mengalami sesuatu yang terjadi pada diri manusia,
dalam perjalanan hidupnya yang menyenangkan, yang diamati, yang menjadikan
manusia menjadi arif, dan lebih mampu untuk mengatasi masalah-masalah pelik.
sebagai bahan, naskah yang didramatisasikan dapat berasal dari puisi
dapat pula berasal dari prosa. Yang terpenting dalam dramatisasi ini siswa
dilatih berdialog. Sebagaimana diungkapkan The American College Dictionari
dalam Tarigan (1984: 70) bahwa drama.
a.
Suatu
karangan dalam prosa atau puisi yang menyajikan dalam dialog atau pantonimsuatu
cerita yang mengandung konflikn atau kontras seseorang tokoh; terutama sekali
suatu cerita yang diperuntukkan buat dipentaskan diatas panggung; suatu lakon;
b.
Cabang sastra
yang mengandung komposisi-komposisi sedemikian sebagai subjeknya; seni atau
representasi dramatik;
c.
Seni yang
menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisansampai proses terakhir;
d.
Setiap
rangkaian kejadian yang mengandung hal-hal atau akibat-akibat yang menarik hati
secara dramatik.
Dictionaryof World Literature dalam Tarigan
(1984) menjelaskan bahwa drama dapat ditafsirkan dalam berbagai pengertian.
Dalam arti yang sangat luas, drama mencakup setiap jenis pertunjukkan tiruan
perbuatan, mulai dari produksi Hamlet, komedi, pantonim ataupun upacara
keagamaan orang primitif.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahaa Indonesia
memuat pengertian dramatisasi sebagai berikut.
a.
Penyesuaian
untuk pertunjukkan sandiwara; pendramaan;
b.
Hal membuat
suatu peristiwa menjadi mengesankan atau mengharukan;
c.
Pembawaan
atau pembacaan puisi atau prosa secara dramatis (KBBI 1988: 213).
Dramatisasi salah satu strategi pembelajaran yang diarahkan untuk memecahkan
masalah-masalah itu. Dramatisasi memungkinkan pemerannya untuk belajar waktu orang
lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati, dan berhubungan dengan
orang lain, dalam situasi itulah nmereka harus memecahkan masalah.
Hal-hal yang harus dipertimbangakan
dalam bermain peran.
1.
Memperkenalkan
fungsi dan manfaat bernain pean;
2.
Menentukan
masalah, masalah ini harus aktual dan penting;
3.
Memilih
pemain dan mengatur adegan; dan
4.
Menjelaskan
pada pemeran dengan baik sehingga pemeran tahu tugasnya menguasai masalahnya,
pandai berdialog.
Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
ini adalah,
1.
Menyenangkan
siswa;
2.
Mengembangkan
kreatifitas siswa;
3.
Mengurangi
hal-hal yang verbalitas;
4.
Pengarahan
sederhana;
5.
Memungkinkan
terjadinya interaksi antar siswa;
6.
Menimbulkan
respon yang positif dari siswa; dan
7.
Menumbuhkan
cara berpikir kritis.
B.
merancang model
pembelajaran Menyimak Dan Berbicara
Finocchiaro dan Brumfit dalam Purwo (1991) mengemukakan ciri-ciri pokok
pengajaran bahasa yang mengandung pendekatan komunikatif yang diantaranya:
a.
Kebermaknaan
sangat penting dibandingkan dengan metode Audiolingual yang lebih mengutamakan
struktur dan bentuk bahasa.
b.
Belajar
bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur bunyi atau
kosakata yang terpisah.
c.
Tujuan yang
ingin dicapai adalah kemampuan komunikatf yaitu kemampuan menggunakan bahasa
secara efektif dan betul.
d.
Kelancarkan
menggunakan bahasa yang dapat diterima menjadi tujuan utama yang ingin dicapai.
Keakuratan penggunaan bahasa dilihat dari konteks penggunaannya.
e.
Dialog,
apabila digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya tidak
dihafalkan.
f.
Usaha untuk
berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan;
g.
Siswa
diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melaui kerja berpasangan atau
kelompok. Baik secara langsung maupun melalui tulisan.
h.
Guru membantu
siswa dengan cara apapun yang mendorong siswa menggunakan bahasa yang
dipelajari.
Menurut Schultz dan Bartz dalam Purwo (1991) untuk dapat mengembangkan
kemampuan komunikatif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut.
a.
Situasi hidup
yang bermakna dan otentik;
b.
Motivasi;
c.
Kebebasan
menggunakan bahasa;
d.
Lingkungan
kelas yang mendukung tanpa takut menjadi bahan tertawaan dan
e.
Mengutamakan
anugrah daripada kritik terhadap kesalahan.
Rrsyana (1982) menyarankan agar puisi
pun didramatisasikan seperti berikut.
ADIKKU MENARI
Adikku yang kecil baru pandai menari
Menari, menari, bergirang hati
Diiringi gerak kekanan dan kekiri
Adikku menari menawan hati
pengembangan kegiatan berbicara ini sebenarnya harus berlandaskan pada
peristiwa berbicara sehari-hari, terdapat 15 tindak komunikatif sebagai
fungsi-fungsi bahasa, yakni:
1.
Menyapa,
mengundang, menerima, dan menjamu;
2.
Memuji,
mengucapkan selamat, menyanjung atau merayu, menggoda, dan menyombongkan diri;
3.
Menginterupsi,
menyela, memotong pembicaraan;
4.
Memohon,
meminta, mengharapkan;
5.
Mengelak,
membohongi, dan mengamati kesalahan;
6.
Mengeritik,
menegur, mencerca, mengomeli, mengejek, menghina, mengancam, dan
memperingatkan;
7.
Mengeluh, dan
mengadu;
8.
Menuduh,
menyangkal, atau mengingkari;
9.
Menyetujui,
menolak, dan mendebat atau membantah;
10. Menyakinkan, menuntut, mempengaruhi, menegaskan
atau mengatakan, dan menaehati;
11. Melaporkan, menilai, dan mengomentari;
12. Memerintah, memesan, meeminta atau menuntut;
13. Menanyakan atau memeriksa atau meneliti;
14. Menaruh simpati dan menyatakan bela sungkawa; dan
15. Meminta maaf dan memaafkan.
Berikut ini beberapa contoh pembelajaran berbicara yang belum dan sudah
dikembangkan.
a.
Pembelajaran Berbicara yang Belum Dikembangkan
1.
Bercakap-cakap
dengan teman tentang segala hal.
2.
Berlatih
pidato di depan kelas.
3.
Bertanya
jawab tentang peristiwa, kegiatan, dan pengalaman dengan orang lain.
4.
Mengemukakan
gagasan, pendapat, dan pengalaman secara lisan dan tulis.
b.
Pembelajaran Berbicara yang Sudah Dikembangkan
1.
Memberikan sambutan
untuk berbagai keperluan
a.
Menentukan
tema sambutan
b.
Menyusun
kerangka sambutan
c.
Menyusun
naskah sambutan dengan ejaan yang benar
d.
Membacakan
teks sambutan.
Pembelajaran ini menuntut aktivitas siswa. Untuk kepentingan pembelajara
dapat dikembangkan sebagai berikut:
a.
Menyusun
daftar pertanyaan untuk wawancara.
b.
Mendiskusikan
untuk wawancara.
c.
Melakukan
wawancara sambil mencatat.
d.
Menyimpukan
hasil wawancara.
Untuk mengembangkan pembelajaran tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Menentukan
topik pembicaraan;
b.
Membentuk
perilqku dialog;
c.
Mengajukan
peran;
d.
Berlatih
menulis pendapat, perasaan, dan pengalaman pada waktu menjawab pertanyaan;
serta
e.
Membuat
pertanyyan aau menjawab pertanyaan.
Kelima langkah tersebut dapat dikembangkan menjadi:
a.
Menentukan
pelaku dialog dalam beberapa kelompok;
b.
Menentukan
topik dialog;
c.
Berlatih
dialog;
d.
Menyimak
dialog;
e.
Berlatih
mengemukakan dialog, perasaan, dan pengalaman yang sesuai dengan topik
pembicaraan;
f.
Melaksanakan
dialog didepan kelas;
g.
Berlatih
menulis pendapat, perasaan, dan pengalaman pada waktu menjawab pertanyaan dari
guru;
h.
Membuat
ringkasan isi dialog dan menceritakan kembali.
2.
Mewancarai
tokoh setempat
a.
Menyusun
daftar pertanyaan untuk wawancara
b.
Mendiskusikan
daftar wawancara
c.
Melakukan
wawancara sambil mencatat
d.
Menyimpulkan
hasil wawancara
IV.
KESIMPULAN
Berbahasa secara lisan adalah kegiatan berbahasa yang paling banyak
dilakukan manusia termasuk termasuk pada msyarakat yang belum mengenal tulisan.
Keterampilan berbahasa lisansangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi dalam kegiatan pengajaran masih belum diberi kesempatan untuk
mengekspresikan kemampuannya dalam berbahasa lisan ini.
satu butir pembelajaran yang erat kaitanya dengan pengembangan
kemampuan berbahasa lisan ini adalah dramatisisasi. Kegiatan dramatisasi yang
baik akan memberikan rasa aman serta keleluasaan gerak kepada setiap anak
(sarumpaet, 1988:13), sehingga semua anak tanpa terkecuali berani tampil dimuka
umum. Anak-anak melalui kegiatan dramatik juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi
ekspresi spontan yang kreatif. Artinya, melalui dramatisasi ini anak dapat
memecahkan masalah berdasarkan pengalaman pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
Sejalan dengan pendapat Harp “drama class on the crativity of children and
makes laerning fun” (1988:939). Jadi tidak merasa enggan dalam
mengembangkan kemampuan.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun,kami menyadari bahwa makah ini jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan di masa mendatang, semoga makalah iani bermanfaat bagi pembaca
sekalian.
0 Response to "MENINGKATKANPERKEMBANGAN BAHASA LISAN 2"
Post a Comment