FASE PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Monday, July 29, 2013
Add Comment
FASE PERKEMBANGAN MASA REMAJA
I.
PENDAHULUAN
Remaja
sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu kosep yang
relative baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara Barat istilah remaja
dikenal dengan ”adolescene” yang
berasal dari kata dalam bahasa Latin ”adolescere”
(kata bendanya adolescentia =
remaja ), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi
dewasa. [1]
”Remaja”,
kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja merupakan
kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok manusia yang lain.
Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang
sering menyusahkan oorang-orang tua. Pada pihaknya lagi, menganggap bahwa
remaja sebagi potensi manusia yang perlu dimanfaatkan. Tetapi, manakala remaja
sendiri yang dimintai kesannya, maka mereka akan menyatakan lain. Mungkin
mereka berbicara tentang ketakacuhan, atau ketidak-perdulian orang-orang dewasa
terhadap kelompok mereka. Atau mungkin ada pula remaja yang mendapat kesan
bahwa kelompoknya adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang
punya ”dunia” tersendiri sukar dijamah oleh orang-orang tua. Tidak mustahil
adannya kesan remaja bahwa kelompoknya adalah kelompok yang bertanggungjawab
terhadap bangsa dalam masa depan.[2]
Dilihat
dari penjelasan diatas, bahwa seorang remaja butuh kebabasan dalam setiap
gerak-geriknya yaitu ingin bebas dari beban dan orang tua, meskipun apa yang
dilakukan oleh kalangan remaja biasa dianggap negatif para orang tua. Dan dengan
penjelasan diatas, timbul beberapa pertanyaan, permasalahan, dan diskripsi
remaja yang kami akan rangkap di dalam rumusan masalah pada makalah kami.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Usaha-Usaha Untuk Mengerti
dan Memahami Remaja
B.
Apa Yang Kita Inginkan untuk
Remaja?
C.
Ciri-Ciri Penting Remaja
D.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Fisik (Jasmani) Remaja
E.
Remaja Bermasalah
F.
Yang Dibutuhkan Remaja Pada
Masa Remaja
G.
Persahabatan Remaja dalam Kelompok
III.
PEMBAHASAN
A.
Usaha-Usaha Untuk Mengerti
dan Memahami Remaja
Pendekatan
mana pun yang dijalani oleh pembina (pendidik dan pembimbing), sebelum ataupun
bersamaan dengan usaha konkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan
pemahaman para pendidik atau pembimbing terhadap remaja. Satu diantara contoh
hangat, adalah adannya gejolak emosi tak terkendali dalam kampanye 1982 yang
dikenal sebagai ”peristiwa Lapangan Banteng” yang ”berkorban gejolaknya”
ditujang oleh vitalitas, semangat pemuda (sebagian besar remaja ) yang tak
terkendali. Demikian pula dengan ekses-ekses yang dikenal istilah ”kenakalan
remaja,” suatu peristiwa yang sering hangat dalam mampir setiap tahun.[3]
Melihat
kenyataan dalam contoh diatas, maka adannya pengertian dan pemahaman pembina
(pendidik dan pembimbing) terhadap seluk-beluk kejiwaan remaja merupakan hal
yang tak dapat ditawar-tawar lagi; jika kelompok remaja ini dibina, dididik dan
dibimbing mencapai tujuan mulia. Satu di antara usaha pengertian dan pemahaman
dimaksud adalah dengan mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan dan
perkembangan remaja, khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan psikis
dan kematangan sosialnya.
Orang tua
menginginkan remaja mereka menuju arah-arah tertentu. Kita ingin mereka
berpendidikan, bertanggung jawab, tidak nakal, dan peduli. Apakah ada orang tua
yang tidak menginginkan ini bagi anak-anak mereka? Bagaimana kita membantu
remaja untuk mencapai tujuan ini? Yaitu dengan cara menanamkan perasaan,
diantaranya :
a.
Kasih
Hubungan
kasih sayang membentuk landasan kehidupan dan kerja sama keluarga. Tanpa kasih,
orang tua biasanya hanya memiliki keuntungan karena mereka dapat menghukum dan
menahan uang jajan mereka. Dan ini bukan strategi ideal.
b.
Kelakar
Emosi
mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita lakukan dan ingin kita lakukan. Emosi
positif ini penting untuk pertumbuhan remaja yang seahat. Berkelakar dan
tertawa bukanlah hal yang sepele; melainkan viatamin yang penting kejiwaan.
c.
Kaidah, dan
Kaidah bukan
melulu tentang pengekangan, melainkan lebih berupa fokus dan arah, serta
penetapan batas. Ketrampilan yang dimiliki orang tua dan anak-anak dalam
menentukan tujuan dan memecahkan masalah akan membantu remaja tetap pada jalur
yang benar dan mewujudkan gagasan-gagasan bagus menjadi tindakan yang
konstruktif.
d.
Koneksi
Remaja
lebih banyak menjadi konstributor daripada konsumen, dan lebih baik memiliki
daripada pembeli. Dalam dunia yang semakin kompleks dan canggih, orang tua
tidak mungkin bisa ”melakukan semuanya” dan ”menjadi segalanya” bagi mereka.
Kemampuan kita untuk membantu mereka membina ikatan atau koneksi yang sehat
setidaknya sama penting dengan hal-hal yang kita lakukan langsung untuk mereka
atau bersama mereka.
C.
Ciri-Ciri Penting Remaja[5]
1.
Masa Remaja sebagai Periode yang
Penting
Kendatipun
semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya
berbeda-beda. Tanner mengatkan (156) :
”Bagi sebagian besar anak
muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang
penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Taka dapat
disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah
kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik
semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang
memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang
atau takut.”
Dalam
setiap periode perahlian, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan
akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak
dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti
anak-anak, ia akan diajari untuk ”bertindak sesuai umurnya.” kalau remaja
berusaha berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia seringkali dituduh
”terlalu besar untuk celananya” dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti
orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup
yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai
bagi dirinya (58).
3.
Masa Remaja sebagai Periode
Perubahan
Ada empat
perubahan yang sama hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi
biasanya lebih cepat selama remaja awal, maka meningginya emosi lebih menonjol
pada masa awal periode akhir masa remaja.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
dipesankan, menimbulkan masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan
lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja
akan tetapa merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikan menurut
kepuasannya.
Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Apa yang ada pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir
dewasa tidak penting lagi. Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi
menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk polpularitas yang yang
lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman
sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih penting daripada
kuantitas.
Keempat, sebnagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan , tetapi mereka sering takut
bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat
mengatasi tanggung jawab tersebut.
Setiap
periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering
menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak
perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa
kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan
oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja mersa diri mandiri, sehingga
mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru-guru.
5.
Masa Remaja sebagai Masa
Mencari Identitas
Sepanjang
usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyusaian diri dengan standar kelompok
adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Seperti telah ditnujukan, dalam hal
pakaian, berbicara dan perilaku anak yang lebih besar ingin lebih cepat seperti
teman-teman gengnya.
Pada
tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temanya
dalam segala hal.
6.
Masa Remaja sebagai Usia yang
Menimbulkan Ketakutan
Seperti ditunjukkan
oleh Majeres, ”banyak anggapan populer tentang remaja yang mempunyai arti yang
bernilai, dan sayangnya, banyak diantaranya bersifat negatif”. Anggapan streotip
budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang rapih, yang tidak dapat dipercaya dan
cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap
tidak simp[atik terhadap perilaku remaja yang normal.
7.
Masa Remaja sebagai Masa yang
Tidak Realistik
Remaja cenderung
memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana
adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak
hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temanya, menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak
realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah
8.
Masa Remaja sebagai Ambang
Masa Dewasa
Dengan
semakin mendekatnya usia kematangan yang
sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotip belasan tahun dan
untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup. Oleh
karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa. Yaitu merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra mereka inginkan.
D.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Fisik (Jasmani) Remaja[8]
Menjelang
awal remaja akhir, pertumbuhan fisik remaja relatif kurang, maksudnya tidak
sepesat dalam masa remaja awal. Diungkapkan oleh E.B. Hurlock bahwa pada usia
18 tahun bagi wanita dan usia 20 tahun bagi remaja pria keadaan tinggi badan
mengalami pertumbuhan yang lambat, sehingga penambahan tinggi badan, bila
terjadi, tidak begitu banyak.
Perubahan Eksternal[9]
Tinggi Badan, rata-rata anak
perempuan mencapai tinggi yang matang usia tujuh belas dan delapan belas tahun,
dan rata-rata anak laki-laki setahun sesudahnya.
Berat badan, perubahan berat
badan mengikuti jadwal yang sama dengan perbahan tinggi badan
Proporsi tubuh, berbagai anggota
tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan
melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu
panjang.
Organ Seks, seks pria maupun
wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir remaja, tetapi fungsinya belum
matang sampai beberapa tahun kemudian.
Perubahan Internal
Sistem Percernaan, perut menjadi lebih panjang dan tidak
lagi lampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar,
otot-otot di perut dan didinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih
kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertmbah panjang.
Sistem Perederan Darah, jantung tumbuh
pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas tahun atau delapan belas tahun,
berat duanya kali dua lebih berat pada waktu lahir.
Sistem Pernapasan, kapasitas paru-paru
anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun, anak laki-laki
mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.
Sistem Endokrin, kegiatan gonad yang
meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh
sistem endokrin pada masa awal puber.
Jaringan Tubuh, perkembangan
kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas. Jaringan, selain tulang,
terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya bagi
perkembangan jaringan otot.
E.
Remaja Bermasalah[10]
Remaja yang pada hakikatnya
sedang sibuk berjuang dalam itu, jika dihadapkan pula kepada keadaan luar atau
lingkungan yang kurang serasi, penuh kontradiksi dan ketidakstabilan, maka akan
mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan,
ketidakpastian dan kebingungan. Problem remaja yang agak menonjol belakangan
ini antara lain :
a. Kehilangan semagat
dan kemampuan belajar
b. Kenakalan (kerusakan
moral)
c. Penyalahgunaan
narkotika
Tidak dicapainya kebahagiaan
oleh seseorang remaja, tidak dengan sendirinya akan mengalami masalah yang
serius. Antara kebahagiaan yang dicapai oleh seseorang remaja dengan masalah
serius dialaminya, terdapat bentangan garis menurut intensitas. Pembagian
masalah menurut intesitas seperti diuraikan lebih lanjut. Dalam pembagian
besarnya terdiri dari :[11]
1. Bermasalah wajar yang
menurut ciri-ciri masa remaja
2. Bermasalah menengah
yang bersangkutan dengan tanda-tanda bahaya atau ”danger signals”
3. Bermasalah taraf kuat
yang meliputi bermasalah yang pasif (withdrawal) dan bermasalah yang agresif.
F.
Yang Dibutuhkan Remaja Pada
Masa Remaja
Jika kita anggap masa remaja
sebagai perjalanan atau tahap diantara akhir masa anak-anak dan awawl dewasa,
pada sepanjang pewrjalan ini, remaja menilai pengalaman mereka berdasarkan
serangkaian pertanyaan mengenai tumbuhnya identitas diri : “siapa aku?” dan
“Mau jadi apa aku?” Jalan ini
sangat padat, rutenya tidak ditandai dengan jelas dan ada jalan-jalan buntu,
serta banyak sekali simpangan. Bagaimana cara membimbing remaja mereka tanpa
melompat ke belakang setir dan mengambil alih, terutama ketika ada rambu-rambu
masalah?
Orang tua sama sekali tidak
memiliki rem ganda, seperti yang dimiliki guru mengemudi. Orang tua harus
menyediakan semacam pedoman untuk membantu remaja melanjutkan perjalanan secara positif, disamping memberikan bahan bakar agar anak-anak
mereka melaju dengan cepat.[12]
Yang dibutuhkannya yaitu :
1. Penghargaan
2. Rasa Memiliki
3. Kecakapan dan Kepercayaan
diri
4. Kontribusi Dirumah atau
Sekolah, dan Masyarakat
5. Hubungan Spiritualis
G.
Persahabatan Remaja dalam Kelompok
Perkembangan kehidupan sosial
remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam
kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau
bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Dalam suatu investivigasi, ditemukan
bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada
usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia 7-11 tahun
((Santrock, 1998). Pada prinsipnya hubungan teman sebaya mempunyai arti yang
sangat penting bagi kehidupan remaja. Dalam literatur psikologi perkembangan
diketahui satu contoh klasik betapa pentingnya teman sebaya dalam perkembangan
sosial remaja.[13]
Perasaan bersahabat merupakan
ciri khas dan sifat interaksi remaja dalam kelompoknya. Sehubungan dengan
persahabatan lain jenis ini (mirip-mirip dengan pendapat Scheinfeld L. Cole)
pernah memberikan indikasi sebagai berikut [14]:
1. Usia 8 tahun : anak
lebih suka bermain dalam kelompok sejenis kelamin (pria dengan pria, wanita
dengan wanita)
2. Usia 10-12 tahun :
saling mengejek antara dua kelompok, kelompok pria melawan kelompok wanita
3. Usia 13-14 tahun :
kelompok wanita mulai tertarik untuk bersahabat dengan kelompok pria, tetapi
kelompok pria masih belum tertarik
4. Usia 16-17 tahun :
kelompok laki-laki mulai tertarik untuk bersahabat dengan kelompok wanita
5. Usia 16-17 dan
seterusnya : masing-masing remaja, pria dan wanita menjadi berpasang-pasangan
IV.
KESIMPULAN
Remaja sebagai periode
tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu kosep yang relative baru dalam
kajian psikologi. Di negara-negara Barat istilah remaja dikenal dengan ”adolescene” yang berasal dari kata
dalam bahasa Latin ”adolescere” (kata
bendanya adolescentia = remaja ),
yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa, Usaha-Usaha
Untuk Mengerti dan Memahami Remaja, Apa Yang Kita Inginkan untuk Remaja?, Ciri-Ciri
Penting Remaja, Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik (Jasmani) Remaja, Remaja
Bermasalah, Yang Dibutuhkan Remaja Pada Masa Remaja, Persahabatan Remaja dalam
Kelompok
Tugas utama orang tua adalah
menyediakan kesempatan, bukan menjadi sumber dari semua pembelajaran. Dalam masyarakat yang sibuk dan rumit,
orang tua juga harus menjaga keseimbangan antaratanggung jawab, menjaga agar
kegiatan anak kita tidak terlalu padat
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2005, hal.
31-37
Mappiare. Drs. Andi. Psikologi Perkembangan. Surabaya
: USAHA NASIONAL, 1982, hal. 11-12
J. Maurice dkk. Cara-Cara Efektif dan Mengasah EQ Remaja : Mengasuh Dengan Cinta, Canda dan
Displin. Bandung : Kaifa, hlm. 34-36
Istiwidayanti.Dra., M.Sc. Drs. Soedjarwo, Developmental Psycology. Jakarta
: Erlangga, 1999, hlm. 207-209
Daradjat. DR. Zakiah. Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak. Jakarta
: Bulan Bintang. 1990, hlm. 477-483
[1] Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2005, hal.
31-37
[2] Drs. Andi Mappiare. Psikologi Perkembangan. Surabaya : USAHA NASIONAL, 1982, hal.
11-12
[3] Ibid. Drs. Andi Mappiare,
hlm. 13-14
[4] Maurice J. dkk. Cara-Cara Efektif dan Mengasah EQ Remaja:Mengasuh Dengan Cinta, Canda
dan Displin. Bandung : Kaifa, hlm. 34-36
[5] Dra. Istiwidayanti, Drs. Soedjarwo, M.Sc. Developmental Psycology. Jakarta
: Erlangga, 1999, hlm. 207-209
[6] Ibid. Dra. Istiwidayanti,
Drs. Soedjarwo, M.Sc. hlm. 207
[7] Ibid. Dra. Istiwidayanti,
Drs. Soedjarwo, M.Sc. hlm. 208
[8] Ibid. Drs. Andi Mappiare,
hlm. 73
[9] Op. Cit. hlm 211
[10] DR. Zakiah Daradjat. Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak. Jakarta : Bulan Bintang. 1990, hlm.
477-483
[11] Ibid. Drs. Andi Mappiare,
hlm. 184
[12] Maurice J. dkk. Cara-Cara Efektif dan
Mengasah EQ Remaja:Mengasuh Dengan
Cinta, Canda dan Displin. Bandung : Kaifa, hlm. 89-96
[13] Ibid. Desmita, hlm.
219-220
[14] Ibid. Drs. Andi Mappiare,
hlm. 161-163
0 Response to "FASE PERKEMBANGAN MASA REMAJA"
Post a Comment