CARA MENULIS BERITA DIRADIO
Saturday, November 9, 2013
Add Comment
CARA MENULIS BERITA DIRADIO
Berita menyajikan
fakta. Ada kaidah-kaidah yang tak boleh ditinggalkan wartawan. Banyak buku
panduan dan teknik menulis berita yang sudah diterbitkan. Pokok-pokoknya
mengacu pada satu hal. Jika pun berita ditulis, hanya sedikit pokok-pokok yang
bisa dijelaskan, karena menulis berita tidak mungkin diuraikan secara
sistematis.
Berbeda dengan majalah yang sifat tulisannya lebih analisis. Berita majalah
berbentuk feature berita sehingga sifatnya tidak tergantung waktu. Sedangkan
koran yang terbit harian sifat beritanya terbatas oleh waktu. Esok harinya,
sudah ada berita baru sebagai perkembangan berita sebelumnya.
Apalagi media internet dan teve yang melaporkan perkembangan dari jam ke jam
bahkan dari menit ke menit. Media ini hanya akan menampilkan berita keras (hard
news). Berita keras tidak boleh beropini, tulisan hanya menyajikan fakta dan
waktu kejadian.
Judul. Judul berita sebisa mungkin dibuat dengan kalimat pendek, tetapi
menggambarkan isi berita secara keseluruhan. Pemberian judul menjadi penentu
apakah pembaca akan tertarik membaca berita yang ditulis atau tidak.
Judul menggunakan kalimat aktif agar daya dorongnya lebih kuat. Judul aktif
akan lebih menggugah. Misalnya judul "Suami Istri Ditabrak Truk di Jalan
Tol" (pasif) dengan "Truk Tronton Tabrak Suami Istri di Jalan
Tol" (aktif). Judul kedua, rasanya lebih hidup dan kuat. Namun pemberian
judul aktif tidak baku. Ada judul berita yang lebih kuat dengan kalimat pasif.
Biasanya si subyek berita termasuk orang terkenal atau sifatnya paradoks .
Misalnya judul "Syahril Sabirin Divonis 3 Tahun Penjara" (pasif) atau
‘Polisi Digebuki Massa” (aktif).
Judul untuk koran yang waktunya sehari tidak akan memancing pembaca jika
mengikuti peristiwa yang terjadi, karena peristiwa itu sudah basi dan ditulis
habis di media dotcom atau teve. Memberi judul untuk koran sebaiknya memikirkan
dampak ke depan. Misalnya, judul "Syahril Sabirin Divonis 3 Tahun Penjara."
Bagi koran yang terbit esok pagi, misalnya, judul ini basi karena media dotcom
dan radio (juga) televisi, sudah memberitakannya begitu vonis dijatuhkan. Untuk
mengetahui dampak ke depan setelah vonis dijatuhkan, wartawan yang meliput
harus kerja lebih keras. Misalnya dengan bertanya ke sumber-sumber dan Syahril
sendiri soal dampak dari vonis itu.
Pembaca, tentu saja ingin tahu perkembangan berikutnya pada pagi hari setelah
mendengar berita tersebut dari radio, televisi dan membaca internet malam
sebelumnya. Namun, soal judul untuk koran dan media dotcom dengan
cara seperti ini masih menjadi perdebatan. Karena judul "Syahril Sabirin
Divonis..." masih kuat ketika ditulis esok harinya. Ini hanya soal
kelengkapan saja.
Jika dotcom dan media elektronik hanya membuat breaking news, koran bisa
melengkapi dampak-dampak tersebut di tulisannya, meski memakai judul yang sama.
Lead. Lead menjadi penentu seorang pembaca akan melanjutkan bacaannya
atau tidak. Hal yang tak boleh dilupakan dalam menulis lead adalah unsur 5W +
1H (Apa/What, Di mana/Where, Kapan/When, Mengapa/Why, Siapa/Who dan
Bagaimana/How). Pembaca akan segera materi berita yang ditulis wartawan hanya
dengan membaca lead atau teras.
Lead terkait dengan peg atau biasa disebut pelatuk berita. Seorang reporter
ketika ditugaskan meliput peristiwa harus sudah tahu "pelatuk" apa
yang akan dibuat sebelum menulis berita. Pelatuk berbeda dengan sudut berita.
Ada satu contoh. Misalkan seorang reporter ditugaskan meliput banjir yang
merendam ratusan rumah dan warga mengungsi. Yang disebut sudut berita adalah
peristiwa banjir itu sendiri, sedangkan peg adalah warga yang mengungsi. Mana
yang menarik dijadikan lead.
Badan Berita. Penentuan badan berita mampu membuat penulisan menjadi
terarah dan tidak keluar dari materi pokok. Ada hukumnya, yakni piramida
terbalik. Semakin ke bawah, detail-detail berita semakin tidak penting.
Tujuannya akan membantu editor memotong berita jika space tidak cukup tanpa
kehilangan isi penting berita.
Untuk lebih mudahkan, susun berita yang berawal dari lead itu secara
kronologis. Pembaca bisa mengikuti seolah-olah berita itu suatu cerita. Teknik
ini juga akan membantu reporter memberikan premis penghubung antar paragraf.
Hal ini penting, karena berita yang melompat-lompat, selain mengurangi
kejelasan, juga mengurangi kenyamanan membaca.
Cek dan ricek bahan yang sudah didapat. Dalam berita, akurasi menjadi hal yang
sangat penting. Jangan sungkan untuk menanyakan langsung ke narasumber soal
namanya, umur, pendidikan dan lain-lain. Bila perlu tulis di secarik kertas
lalu sodorkan ke hadapannya apakah benar seperti yang ditulis atau
tidak.Akurasi juga menyangkut fakta-fakta.
Bahasa. Bahasa menjadi elemen
yang penting dalam berita. Pembaca berasal dari beragam strata. Bahasa yang
digunakan untuk berita hendaknya bahasa percakapan. Hilangkan kata bersayap,
berkabut bahkan klise. Jika narasumber memberikan keterangan dengan
kalimat-kalimat klise, seorang reporter yang baik akan menerjemahkan perkataan
narasumber itu dengan kalimat-kalimat sederhana.
Tentu saja kita tidak mengerti jargon-jargon yang seperti, "Disiplin
Mencerminkan Kepribadian Bangsa" yang ditulis besar-besar pada spanduk.
Siapa yang peduli bangsa? Berita yang bagus adalah berita yang dekat dengan
pembaca.
Menulis lead yang bicara. Untuk mengujinya, bacalah lead atau berita tersebut
keras-keras. Jika sebelum titik, nafas sudah habis, berarti berita yang dibuat
tidak bicara, melelahkan dan tidak enak dibaca. Ada buku panduan yang menyebut
satu paragraf dalam sebuah berita paling panjang dua-tiga kalimat yang memuat
20-30 kata. Untuk menyiasatinya cobalah menulis sambil diucapkan.
Berita yang bagus adalah berita yang seolah-olah bisa didengar. Prinsipnya
sederhana, makin sederhana makin baik. Seringkali reporter terpancing
menuliskan berita dengan peristiwa sebelumnya jika berita itu terus berlanjut,
sehingga kalimat jadi panjang. Untuk menghindarinya, jangan memulai tulisan
dengan anak kalimat atau keterangan. Agar jelas, segera tampilkan nilai
beritanya.
Menghidari kata sifat. Menulis berita dengan kata sifat cenderung
menggurui pembaca. Pakailah kata kerja. Menulis berita adalah menyusun
fakta-fakta. Kata "memilukan", misalnya, tidak lagi menggugah pembaca
dibanding menampilkan fakta-fakta dengan kata kerja dan contoh-contoh. Tangis
perempuan itu memilukan hati, misalnya. Pembaca tidak tahu seperti apa tangis
yang memilukan hati itu. Menuliskan fakta-fakta yang dilakukan si perempuan
saat menangis lebih bisa menggambarkan bagaimana perempuan itu menangis. Misalnya,
rambutnya acak-acakan, suaranya melengking, mukanya memerah dan lain-lain.
Menuliskan angka-angka. Pembaca kadang tidak memerlukan detail
angka-angka. Kasus korupsi seringkali melibatkan angka desimal. Jumlah Rp
904.775.500, lebih baik ditulis "lebih dari Rp 904 juta atau lebih dari Rp
900 juta".
Ekstrak. Jangan pernah menganggap pembaca sudah tahu berita yang
ditulis. Dalam menulis berita seorang reporter harus menganggap pembaca belum
tahu peristiwa itu, meski peristiwanya terus berlanjut dan sudah berlangsung
lama. Tapi juga jangan menganggap enteng pembaca, sehingga timbul kesan
menggurui.
Menuliskan ekstrak peristiwa sebelumnya dalam berita dengan perkembangan
terbaru menjadi penting. Panduan ini tidak mutlak untuk menulis berita. Masih
banyak hal yang belum dijelaskan dalam makalah ini. Hal paling baik bisa
menulis berita yang enak dibaca adalah mencobanya.
Tulisan yang hidup adalah senjata penting untuk menaklukkan minat pembaca di
tengah persaingan antar media komunikasi yang kian ketat. Mereka dikangeni
karena berjiwa -- personal, memiliki sudut pandang yang unik dan cerdas, serta
penuh vitalitas.
Tulisan yang baik tak ubahnya seperti tarian burung camar di sebuah teluk:
ekonomis dalam gerak, tangkas dengan kejutan, simple dan elok. Tulisan yang
baik adalah hasil ramuan ketrampilan (reporter) menggali bahan penting di
lapangan dan kemampuan (redaktur) menuliskannya secara hidup.
Elemen Penulisan. Apapun subyeknya, setiap karya jurnalistik yang bagus
memiliki setidaknya tujuh unsur.
Informasi. Adalah informasi, bukan bahasa, yang merupakan batu bata
penyusun sebuah tulisan yang efektif. Berita juga bagian dari prosa adalah
arsitektur, bukan dekorasi interior. Untuk bisa menulis prosa yang efektif,
menulis, pertama-tama harus mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret
yang spesifik dan akurat bukan kecanggihan retorika atau pernik-pernik bahasa.
Signifikansi. Tulisan yang baik memiliki dampak pada pembaca. Dia
mengingatkan pembaca pada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka, kesehatan,
kemakmuran maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia memberikan informasi
yang ingin dan penting diketahui pembaca. Serta meletakkan informasi itu dalam
sebuah perspektif yang berdimensi: mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan
terjadi.
Fokus. Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara
tegas dan sangat fokus. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal.
Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran.
Memperbincangkan sebuah person, sebuah kehidupan, bukan sebuah kelompok
sosio-ekonomi.
Konteks. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif
yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan kemana mengalir,
seberapa jauh dampaknya dan seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu piawai
menyajikan konteks dalam sebuah kapsul besar secara sekaligus, sehingga sulit
dicerna. Penulis yang lebih lihai menggelombangkan konteks ke seluruh cerita.
Wajah. Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Jurnalisme
menyajikan gagasan dan peristiwa, trend sosial, penemuan ilmiah, opini hukum,
perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan, dengan
memperkenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan
menggerakkan peristiwa. Atau dengan menghadirkan orang-orang yang terpengaruh
oleh gagasan dan peristiwa itu. Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu
mengambil jarak dan membiarkan pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar
sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya.
Bentuk. Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung dan
mengungkapkan cerita. Umumnya berbentuk narasi. Dan sebuah narasi bakal sukses
jika memiliki semua informasi yang dibutuhkan pembacanya dan jika ceritanya
bisa diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif untuk
menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan komplet yang
memuaskan, perasaan bahwa segala yang ada dalam tulisan mengalir ke arah
konklusi yang tak terhindarkan.
Suara. Tak boleh lupa, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti
sekarang kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi: seorang penulis bertutur
kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi
bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada pembacanya. Majalah/koran yang
baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau. Dan penulis yang baik mampu
menghadirkan warna suara yang konsisten ke seluruh cerita, tapi
menganekaragamkan volume dan ritme untuk memberi tekanan pada makna. Secara
ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi menarik dan berjiwa. Menarik
karena penting, terfokus dan berdimensi. Serta berjiwa, karena berwajah,
berbentuk dan bersuara.
Kegagalan Dalam Menulis. Gagal menekankan segala yang penting karena
gagal meyakinkan bahwa informasi yang ditulis. Gagal menghadirkan fakta-fakta
yang mendukung. Gagal memerangi kejemuan pembaca. Terlalu banyak klise, hal-hal
yang umum. Tak ada informasi spesifik yang dibutuhkan pembaca. Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik, termasuk kalimat maupun
keseluruhan cerita. Gagal mempraktekkan tata bahasa secara baik; salah
membubuhkan tanda baca, dan salah menuliskan ejaan. Gagal menulis secara
balans, sebuah dosa yang biasanya merupakan akibat ketidakpercayaan kepada
pembaca, atau keengganan untuk membiarkan fakta-fakta yang ada mengalirkan
cerita sendiri tanpa restu dari persepsi penulis tentang arah cerita yang
benar. Dengan kata lain: menggurui pembaca, elitis.
Semua kegagalan itu bermuara pada kegagalan untuk mengkaitkan diri dengan
pembaca. Banyak tulisan akan lebih baik dan dianggap sulit akan menjadi lebih
mudah. Ingat bahwa menulis berita tidak sedang menulis sebuah
novel besar. Berita mencoba menyalurkan sesuatu kepada pembaca yang telah
membeli koran.
0 Response to "CARA MENULIS BERITA DIRADIO"
Post a Comment