Taman Pendidikan Usia Lanjut
Thursday, July 18, 2013
1 Comment
Taman Pendidikan Usia Lanjut
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah kewajiban bagi seluruh
manusia. Pendidikan tidak hanya pada usia muda saja, akan tetapi sampai seumur
hidup. Dalam agama Islam diajarkan agar manusia melaksanakan pendidikan dari
lahir sampai liang lahat. Konsep pendidikan seperti ini yang disebut sebagai
pendidikan seumur hidup (Long Life Educations).
Asa pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas
keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik
di dalam maupun di luar sekolah.[1]
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tidak ada
kata terlambat dalam mencapai pendidikan. Pendidikan harus tetap digalakkan
meskipun sudah lanjut usia. Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang. Karena usia ini berlangsung setelah dilaluinya usia dewasa dan
selanjutnya sampai meninggal dunia.
Lanjut usia ini ditandai dengan semakin menurunya
kemampuan kekuatan fisik, psikis atau mental. Akibat dari semakin menurunya
kondisi-kondisi tersebut di atas adalah timbulnya berbagai hambatan atau
rintangan sehingga apabila tidak diantisipasi secara tepat akan menimbulkan
berbagai permasalahan yang serius, baik diri, keluarga maupun masyarakat.
Berdasar permasalahan di atas, pendidikan pada usia
lanjut sangat penting demi tercapainya tujuan hidup yang haq dan sesuai dengan
kodrat agama. Disamping itu pendidikan usia lanjut bermanfaat bagi perkembangan
kemampuan fisik maupun mental di masa tua. Dibawah ini akan di bahas mengenai
taman pendidikan usia lanjut.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah pengertian usia lanjut ?
B. Bagaimana ciri-ciri usia lanjut ?
C. Apakah pendidikan yang perlu dilakukan pada usia lanjut ?
D. Apa saja pendidikan luar sekolah pada usia lanjut ?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Usia Lanjut
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun
(1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilanya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan
kemunduran.[2]
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh
dengan manfaat.[3]
Lanjut usia, menjadi tua merupakan proses alami yang
dialami oleh semua makhluk. Pada manusia proses tersebut ditandai oleh
menurunya beberapa aspek, terutama aspek physiologis, psikis, dan fungsi-fungsi
sensio motorik, sedangkan aspek lainya yang dipengaruhi oleh pengalaman malah
justru meningkat. Dalam hal ini dikenal dua teori yang menerangkan manusia
dengan kegiatanya yaitu teori disangegement dan teori aktivity (Suardiman,
1995). Teori yang pertama mengatakan bahwa semakin tinggi usia manusia akan
diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik
dan emosi dengan kehidupan di dunia, sedangkan dengan teori yang kedua
mengatakan bahwa semakin tua maka akan semakin memelihara hubungan fisik,
sosial dan emosialnya.
Lanjut usia adalah tahap usia selepas usia dewasa,
kalau usia dewasa dikatakan umur ± 20/21 tahun sampai 40 tahun, maka usia
lanjut adalah usia 41 tahun ke atas sampai meninggal dunia.
Dr. Sarlito W. Sarwono membagi kehidupan tua menjadi
tiga periode, yaitu periode virilitas, pra semenium dan senectus.
1. Tahap Virilitas (40-55 tahun)
Tahap ini adalah masa kritis dan dikenal dengan istilah
“remaja kedua”. Pria pada masa ini sudah mencapai segala sesuatu yang di
cita-citakanya. Kedudukan, uang, keluarga dan sebagainya. Ia sudah membuktikan
pada dirinya sendiri bahwa ia memang pria sejati. Tetapi pada saat yang sama
pula proses penuaan melanda dirinya. Berbagai penyakit mulai menyerang
(diabetes, tekanan darah tinggi, rematik) dan perubahan fisik juga mulai
terjadi (rambut beruban, perut gendut, gigi tanggal dan sebagainya). Ini semua
membuat pria ngeri. Pada saat ia akan menikmati masa keayaanya sebagai
laki-laki, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia sudah harus menghadapi masa
tuanya segera.
Sebagai reaksi untuk menolak datangnya masa tua ini,
seorang pria pada tahap virilitas melakukan perbuatan-perbuatan yang disebut “remaja
kedua”, yaitu :
a. Ia lebih senang berdandan
b. Suka mengagumi diri sendiri
c. Minta banyak perhatian orang-orang disekitarnya
d. Cepat marah dan cepat tersinggung seperti remaja
e. Ingin mencobakan kejantananya pada wanita-wanita lain
2. Tahap Prasenium (55-65 tahun)
Usia ini merupakan usia pensiun. Laki-laki kehilangan
pekerjaanya, status sosialnya, fasilitas, anak-anak (sudah besar dan pergi dari
rumah) dan sebagainya. Teman-teman dan relasinya tidak mengunjunginya, ia jadi
kesepian. Bersamaan dengan itu kesehatanya akan makin meundur. Khususnya pada
laki-laki yang tidak mempersiapkan diri dengan baik pada tahapan virilitas,
tahap ini menyebabkan depresio (tekanan jiwa) dan apatio (lebih senangdan
melamun)
3. Tahap Senectus (diatas 65 tahun)
Orang-orang yang sukses dalam tahapan virilitas
biasanya tenang pula memasuki tahap yang terakhir ini. Kondisi kesehatan mereka
tidak banyak terganggu, sehingga usia mereka bertambah panjang. Yang penting
adalah pada tahap ini seorang pria harus bisa melihat dunianya dari sudut
positif, melihat dari segi-segi baiknya. Kemampuan ini hanyalah dapat diperoleh
“melalui latihan da persiapan yang lama”. Yang paling tidak disukai pria pada
usia senectus adalah banyaknya tman-teman yang meninggal dunia satu persatu.
Menurut Prof. Dr. Saparinah Sadli, istilah usia
melewati umur 40 tahun wanita mengalami beberapa hal, antara lain :
1. Dalam diri wanita ditinjau dari teori psikoanalisa terjadinya
perubahan psikologi yang disebut juga perubahan kehidupan, perubahan itu
meliputi perubahan jasmaniah (menjadi lebih gemuk, lebih cepat capai, haid
mulai tidak teratur, dan lain sebagainya), perubahan dalam gaya hidup dan
perananya, dan sering kali perubahan persepsi orang lain mengenai dirinya (oleh
suami, anak, mertua, misalnya sekarang dikatakan cerewet, suka ikut campur
urusan orang lain, dan lain sebaganya).
2. Perubahan lain ialah datangnya menopause yang merupakan suatu
manifestasi kemampuan reproduktifnya tekah berakhir.
Pada waktu menopause ini melai muncul tanda-tanda
ketuaan seperti keriput pada wajah terjadinya kentung mata, tumbuhnya uban dan
lain sebagainya.
Pada saat ini pula sebagian wanita mengalami depresi,
yaitu gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan prasaan yang merasa
seperti muram, sedih, perasaan tertekan.[4]
Sedangkan tugas di masa lanjut usia antara lain :
1. Menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
keluarga
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.[5]
B. Ciri-ciri Usia Lanjut
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik
dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi
terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence”, yaitu
masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi orang yang semakin tua pada
usia limapuluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enampuluhan,
tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya.
Pemunduran itu sebagian datang dari faktor fisik dan
sebagian dari faktor psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu
perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses
menua. Kemunduran juga mempunyai penyebab Psikologis. Sikap tdak
senang terhadap diri sendiri, orang lain pekerjaan, dn kehidupan pada umumnya
dapat menuju keadaan udzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak.
Akibatnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan egera mati.
Bagaimana seseorang menghadapi ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi
laju kemunduran itu.[6]
Menurut Elisabeth B. Hurlock, pada lansia terjadi
perubahan-perubahan fungsi indera, kemampuan motorik dan mental, antara lain
sebagai berikut :
1. Penglihatan
Ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada
tingkat penerangan rendah dan menurunya sensifitas terhadap warna.
2. Pendengaran
Orang pada usia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi nada tinggi,
sehingga akibat dari berhentinya pertumbuhan organ dari dalam telinga yang
berakibat matinya rumah siput dalam telinga (Chochia).
3. Perasa
Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai
akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf perasa yang terletak dilidah dan di
permukaan bagian dalam pipi.
4. Penciuman
Daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan prtumbuhan sel dalam
hidung berhenti.
Dalam bidang kemampuan motorik, belian mengemukakan
sebagai berikut :
1. Kekuatan
Penurunan kekuatan paling nyata adalah kelenturan otot-otot tangan bagian
depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh.
2. Kecepatan
Penurunan kecepatan dalam bagi orang usia lanjut dapat dilihat dari tes
terhadap waktu reaksi dan ketrampilan dalam bergerak seperti dalam menulis
dengan tangan.
3. Belajar Keterampilan Baru
Pada waktu usia lanjut orang percaya bahwa belajar keterampilan baru akan
menguntungkan kepribadian mereka, mereka lebih lambat dalam belajar, dan
hasilnya cenderung kurang memuaskan.
4. Kekakuan
Orang lansia cenderung canggung dan kagok, terhadap keterampilan yang
dipelajari, dimana keterampilan yang lebih dulu dipelajari justru lebih dulu
dilupakan dan ketrampilan yang baru dipelajari lebih cepat dilupakan.
Sedangkan mengenai perubahan mental pada masa usia
lanjut menurut Elisabeth B. Hurlock sebagai berikut :
1. Belajar
Orang lansia cenderung hati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang
lebih banyak untuk mengintegrasikan jawaban mereka
2. Berfikir dan Memberi Argumuntasi
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik
induktif maupun deduktif.
3. Kreatifitas
Kapasitas atau keinginan yang diperluka untuk berfikir kreatif bagi orang
lansia lebih berkurang.
4. Ingatan
Orang lansia cenderung lemah dalam mengingat, hal-hal yang baru
dipelajari dan begitu pula sebaliknya, hal ini disebabkan kurang termotivasinya
mereka untuk mengingat sesuatu.
5. Mengingat Kembali
Kemampuan yang semakin minim yang dipengaruhi usia, para lansia umumnya
menggunakan objek, simbol atau secara kinestetik untuk mengingat kembali apa
yang mereka lupakan.[7]
C. Pendidikan yang Perlu Dilakukan pada Masa Lansia
Elisabeth B. Hurlock mengatakan bahwa lansia merupakan
bagian yang terpenting dari kehidupan seseorang, dimana dalam fase ini ia
bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya.
Pendidikan tidak hanya terhenti hanya sampai lulus
dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah
Atas), atau lulus dari perkuliahan. Karena ilmu tidak hanya terhenti sampai
disitu. Manakala dia akan terus maju dan berkembang. Selama kita hidup didunia,
selama itu pula kita masih harus belajar, belajar dan menimba ilmu.
Usia tidak menutup kemungkinan untuk kita terus
belajar. Jangan jadikan usia yang semakin bertambah tua untuk sebuah alasan
tidak mau menambah ilmu. Dengan alasan, “sudah tua tidak bisa meresap ilmu ke
otak lagi”. Jika kita mempunyai niat yang kuat dan keinginan keras untuk
melangkah maju, pasti kita dapat melakukan semua itu.
Lihat saja warga lanjut usia (Lansia)
yang berada di Yogyakarta, mereka semua kembali ke sekolah dengan usia mereka
yang rata-rata 55 tahun keatas. Sebuah sekolah khusus warga lanjut usia yang
diberi nama Golden Geriatric Club (GCC) didirikan oleh Yayasan Budi Mulia Dua
ini bertujuan untuk memberdayakan warga lanjut usia yang berada di DI
Yogyakarta khususnya. Sekolah ini akan mulai beroperasi pada pekan ini. Dengan
kelas yang dibuat dalam ukuran kecil, yaitu hanya 10 orang disatu kelompok.
Agar pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan efektif
Amien Rais, mantan Ketua Partai Amanat Nasional (PAN)
dan selaku penasihat GCC mengatakan, “Selama ini, belum ada program pendidikan
untuk kaum lanjut usia, padahal mereka masih punya kemampuan untuk belajar”.
Dari penuturan beliau, kita dapat melihat bahwa usia bukanlah halangan untuk
tidak belajar dan terus mengembangkan diri.
Dengan adanya pendirian sekolah ini, para lansia dapat
melakukan kegiatan yang positif dan mengembangkan jaringan. “Karena kerap kali
warga para lanjut usia ini dianggap tidak berdaya dan hanya menjadi beban bagi
lingkungannya, padahal, mereka masih mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk
berkarya,” tutur Siti seorang Direktur Perguruan Budi Mulia Dua.
Di sekolah ini, mereka tidak diajarkan seperti apa
yang kita terima waktu SD, SMP, SMA atau perkuliahan. Disekolahan ini, para
lansia harus menyiapkan pertanyaan dari rumah dan nantinya guru akan
menerangkan sesuai pertanyaan mereka. Ada juga mata pelajaran komputer dan
internet. Di mata pelajaran ini, mereka diajari membuat dan mengoperasikan
jaringan sosial facebook. Sedangkan di mata pelajaran gaya hidup sehat,
sejumlah dokter ahli yang telah diundang akan memberi materi mengenai persiapan
dan atisipasi degeneratif seperti kepikunan dan penyakit persendian.
Merupakan sebuah program pendidikan yang unik. Selain
mengedepankan teknologi, juga perduli terhadap kesehatan. Sekolah ini
menjadikan para lansia untuk bersikap mandiri dan tidak bergantung pada orang
lain. Sehingga mereka tidak akan dianggap lagi tidak berdaya dan hanya menjadi
beban bagi lingkungannya.[8]
Sedangkan dalam bentuk lembaga adalah LLI yang
merupakan wadah resmi penampung sekaligus tempat pembinaan bagi lansia.
Lembaga Lansia Indonesia yang dibentuk pada tanggal 29
Mei 2000 mempunyai Visi untuk menjadilan lembaga ini sebagai mitra pemerintah
yang berdaya guna dan berhasil guna untuk menciptakan situasi dan kondisi yang
kondusif dalam mewujudkan lanjut usia yang berkualitas, mandiri dan berguna.
Dalam mewujudkan visi tersebut, LLI mengemban beberapa misi, yaitu: Pertama,
meningkatkan kualitas lansia secara berkesinambungan, yang meliputi kesehatan
fisik, mental, sosial dan spiritual, pengetahuan dan keterampilan serta jaminan
sosial dan kebutuhan hidup. Kedua, mengupayakan kemandirian lansia selama
mungkin agar kehidupannya menjadi produktif dan berguna bagi dirinya sendiri,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Ketiga, meningkatkan keadaan masyarakat
untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan lansia menjadi subyek
dalam kehidupan selama mungkin. Keempat, meningkatkan kepedulian masyarakat
untuk memberikan pelayanan dan perawatan bagi lansia yang memerlukan, secara
manusiawi dan bermartabat.
Lembaga Lanjut Usia terdiri dari 7 bidang yaitu:
Bidang Pembinaan Kesra, Bidang Pembinaan Kesehatan Lansia, Bidang Peningkatan
SDM Lansia, Bidang Kerohanian dan Keagamaan, Bidang Peningkatan Peran Serta
Masyarakat, Bidang Penelitian Pengembangan dan Organisasi dan Bidang Hubungan
Dalam dan Luar Negeri.
Berkenaan dengan bidang kesra, diusulkan untuk
mengembangkan dana dan teknologi guna membantu para lansia untuk memperpanjang
kemampuan kemandirian sosial dan ekonomi, termasuk perolehan Sistem Jaminan
Sosial Nasional untul seluruh lanjut usia yang bergerak dibidang formal,
informal maupun non formal. Diusulkan pula untuk memperjuangkan aksesibilitas
bagi para lansia dalam pemanfaatan fasititas umum.
Dibidang pembinaan kesehatan, LLI telah mengupayakan
pedoman tentang kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta
pelayanan terpadu. Bidang ini juga mengupayakan klinik Geriatri, Rehabilitasi
Medik Geriatri; mendorong profesionalisme dibidang ilmu dan perawatan Geriatri,
mengusahakan kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan serta pelestarian
lingkungan hidup dikaitkan dengan kesehatan.
Untuk peningkatan SDM Lansia, LLI mengadakan berbagai
pelatihan dan keterampilan, mengupayakan terbentuknya kesempatan kerja bagi
lansia, Untuk pengingkatan peran serta masyarakat, LLI menitikberatkan upaya
peningkatan peran keluarga terhadap anggotanya yang lanjut usia, serta
membangun serta meluaskan jaringan kerja dengan generasi muda organisasi masyarakat
termasuk melalui RT/RW. Dalam rangka ini dilakukan pilot projec pengembangan
POSYANDU Lansia di Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Depok, untuk membentuk
kelompol lansia dengan peran keluarga dan masyarakat yang peduli pada masalah
kesehatan lansia.
Dibidang penelitian pengembangan dan peraturan
organisasi, LLI telah melakukan inventarisasi perundang-undangan tentang
lansia. Usulan LLI tentang perlunya Peraturan Pemerintah untuk menindaklanjuti
Undang-undang No. 13 tentang Kesejahteraan Lansia serta Pembentukan Komisi
Nasional Lanjut Usia saat ini sudah mendapat perhatian berbagai pihak.
(Publikasi, Biro Humas).[9]
Adapun untuk mempertahankan kehidupan mereka agar
hidup tenang dan bahagia baik secara individu atau kelompok dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Guna memelihara kesehatan ia harus melaksanakan pola hidup sehat
2. Ia harus melakukan olah raga secara rutin
3. Memepelajari dan mendalami pelajaran agama agar keyakinan agama
semakin teguh dan amaliyahnya semakin meningkat secara kualitas dan kuantitas
4. Rajin menghadiri majelis-majelis taklim
5. Menempuh hidup model tasawuf sesuai dengan kemampuan, yaitu takholli,
tahalli, dan tajalli.[10]
D. Pendidikan Luar Sekolah Usia Lanjut
Adapun
pendidikan luar sekolah pada masa lansia antara lain :
1. Panti Jompo
Panti jompo Merupakan tempat atau kediaman untuk
merawat para manula, lansia dan orang-orang yang sudah dapat dikatakan lemah
fisik dan sangat renta.[11]
Pantai Jompo merupakan upaya Pemerintah untuk
mengayomi para Lansia (orang lanjut usia) yang hidup miskin dan terlantar.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 telah mengamanatkan, memperhatikan “Fakir
Miskin dan Anak Terlantar”. Pendirian Panti Sosial didasarkan atas
Undang-Undang RI no.4 Tahun 1965 tentang “Pemberian Bantuan Kehidupan bagi
Orang-Orang Jompo”; Keputusan Mentri Sosial RI No.3/1/50/107/1979 tentang
“Pemberian kehidupan bagi Orang-orang usia Lanjut”; Keputusan Mentri Sosial RI
no.12/HUP/KEP/UU/1982 tentang “Pembentukan Panti Sosial Tresna Werdha Wana
Seraya Denpasar”. Undang-Undang RI No.6 tahun 1998, tentang “Kesejahteraan
Lanjut Usia”.
Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam Peraturan
Perundang- Undangan dan Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12, Pasal 13,
Pasal 14 dan Pasal 15 yang mencangkup akses ke dan dari dalam bangunan, pintu,
tangga, lift, tempat parkir, toilet dan beberapa lainnya dalam aksebilitas pada
bangunan umum. Dalam Departemen Sosial manula dimasukkan kedalam kategori
penyandang cacat, mental maupun fisik.
Meningkatnya usia harapan hidup manusia diikuti dengan bertambahnya jumlah lanjut
usia. Hal ini dapat dilihat data pada tahun 2006 dari Dinas Sosial Propinsi
Jawa Barat bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Jawa Barat seluruhnya
2.880.548 jiwa, dan pada tahun 2020 jumlah populasi lansia diperkirakan
mencapai 28 juta jiwa yang mencapai usia 71 tahun, sehingga perlu diimbangi
dengan penyediaan salah satunya adalah Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha
(BPSTW) yang merupakan unit pelaksana tekhnik dinas, dilingkungan Dinas Sosial
Propinsi Jawa Barat yang memberikan perlindungan
bagi lanjut usia. Selain itu penyelenggaraan Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werdha (BPSTW) merupakan salah satu respon terhadap berkembangnya jumlah dan
masalah pada lansia, dan dipastikan makin diperlukan seiring dengan
meningkatnya jumlah lansia bersama masalahnya.
Oleh
karena itu keberadaan BPSTW tidak semata – mata sebagai sebuah unit yang
memberikan pelayanan bagi lansia juga sebagai
lembaga perlindungan perawatan serta pengembangan dan pemberdayaan
lansia, hal ini sesuai dengan Undang- undang nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Selain itu balai ini juga merupakan sasaran
penelitian dan pendidikan bagi perguruan tinggi dan masyarakat luas yang ingin
mengetahui lebih jauh tentang lansia.[12]
Di wilayah Bandung sendiri terdapat 8 panti
baik yang dikelola pihak pemerintah maupun pihak swasta, yang berada dalam
lingkungan rumah sakit atau sarana peribadatan, dan berikut ini adalah panti –
panti dikota Bandung :
Nama
Panti
|
Status
Kepemilikan/ Kepengurusan
|
Lokasi
Panti
|
Kota
|
||
Asuhan
Bunda
|
Swasta
|
Jl.
Kartika Raya I no, 20 Geger kalong
|
Senja
Rawi
|
Swasta
|
Jl. Jeruk
no. 7
|
Najaret
St. Yusuf
|
Swasta
|
Jl.
Cikutra no. 7
|
Priyangan
I (Sekertariat)
|
Swasta
|
Jl.
Kenari no. 5
|
Budi Pertiwi
|
Swasta
|
Jl. Sancang no. 2
|
Laswi
|
Swasta
|
Jl.
Caringin Gg. Lumbung
|
Kabupaten
Bandung
|
||
Paku
Tandang (Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay)
|
Pemerintah
|
Jl. Raya
Pacet No. 186, Ciparay
|
Bakti
Pertiwi
|
Swasta
|
Jl. Laswi
raya Baleendah
|
Priyangan
II (Panti)
|
Swasta
|
Jl.
Caramel No. 56 Batu Reog Lembang
|
Tabel 2: Nama dan Lokasi PSTW di Bandung
Sangat beruntung bagi manula yang masih memiliki
anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun
bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk
pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay
rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain
perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam
lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian
dalam masyarakat sebagai seorang lansia.
Sesuatu pasti memiliki sisi positif dan negatif,
begitu pula dengan panti jompo. Sampai saat ini, panti sosial tresna werdha
(PSTW) masih bercitra agak negatif. Selain karena tempatnya yang dikonotasikan
dengan kekumuhan, panti juga disebut-sebut sebagai tempat pembuangan lansia.
Dan salah satu sisi positif panti jompo adalah sebagai tempat bersosialisasi
manula sehingga dapat membuat manula tidak merasa kesepian atau merasa dibuang.
Selain itu juga ditempat ini manula banyak memiliki atau dilibatkan dalam
sebuah aktifitas yang melibatkan fisik dan mentalnya agar selalu terjaga juga
sebagai sarana penghibur, contohnya senam sehat, melakukan hobi seperti
kerajinan tangan atau sekedar membaca.
Adapun kelebihan dan kelemahan panti jompo antara
lain :
-
Kelemahan
a. Lebih mahal dari pada tinggal di rumah sendiri
b. Seperti halnya makanan di semua lembaga, biasanya kurang menarik
layaknya di rumah sendiri
c. Berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang yang tidak
menyenangkan
d. Letaknya biasanya jauh dari pertokoan, hiburan dan organisasi
masyarakat
e. Tempat tinggalnya cenderung lebih kecil dari pada rumah yang
dulu
-
Kelebihan
a. Perawatan dan perbaikan wisma dan perlengkapanya di kerjakan
oleh lembaga
b. Semua makananmudah didapat dengan biaya yang memadai
c. Perabot dibuat untuk rekreasi dan hiburan
d. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman seusia yang
mempunyai minat dan kemampuan yang sama
e. Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh
teman seusia dari pada orang yang lebih muda
f. Menghilangkan kesepian karena orang disitu dapat dijadikan teman
g. Perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga
tersedia disini
h. Ada kesempatan berprestasi berdasarkan prestasi di masa lalu,
kesempatan-kesempatan semacam ini tidak mungkin terjadi dikalangan orang-orang
muda.[13]
2. Pengajian
a. Pengertian Pengajian
Pengajian dalam bahasa Arab disebut At-ta’llimu asal
kata ta’allama yata’allamu ta’alliman yang artinya belajar, pengertian dari
makna pengajian atau ta’liim mempunyai nilai ibadah tersendiri, hadir dalam
belajar ilmu agama bersama seorang Aalim atau orang yang berilmu merupakan
bentuk ibadah yang wajib setiap muslim.
b. Tujuan Pengajian
Di dalam pengajian terdapat manfaat yang begitu besar
positifnya, di dalam pengajian-pengajian manfaatyang dapat diambilnya menambah
dari salah satu orang yang biasa berbuat negatif dengan memanfaatkanya menjadi
positif. Hal seperti ini pada masyarakat
muslim pada umumnya dapat memanfaatkan pengajian untuk merubah diri atau
memperbaiki diri dari perbuatan keji dan mungkar.[14]
Dengan melalui pengajian para lansia akan memiliki
bekal pendidikan agama, sehimgga hidupnya akan tenang dalam menghadapi masa
tuanya.
3. Pendidikan Kesehatan Usia Lanjut
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa masa lansia
telah mengalami banyak penurunan baik kemampuan fisik maupun mental. Usia
lanjut akan lebih rentang dan mudah terkena banyak penyakit, sehingga perlu
adanya pendidikan kesehatan bagi lansia. Jika lansia lebih bugar secara
fisiknya maka akan memberikan harapan hidup lebih lama, dan tidak akan
merepotkan keluarganya serta dalam hubunganya dengan kesehatan, lansia akan
lebih ekonomis dalam pemeliharaan kesehatanya.
Menurut Nitisemito (1984) pengertian pelatihan (training)
yaitu sebagai suatu kegiatan dari suatu lembaga yang bertujuan untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan keterampilan serta
pengetahuan. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo (1991) pelatihan adalah
merupakan upaya untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk
pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
Senam Lansia Bugar (SLB) adalah suatu bentuk senam
kebugaran yang diperuntukkan para lansia sehingga bentuk kegiatan latihanya
disesuaikan dengan orang lansia. Sehingga pelatih atau instruktur yang baik
harus memiliki beberapa kemampuan antara lain kemampuan fisik, psikis,
pengendalian emosi, sosial serta kemampuan untuk dapat mewujudkan
kemampuan-kemampuan yang dilandasi oleh tanggung jawab dan pengabdian.
Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada Lansia antara
lain adalah senam Lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap
bugar dan segar atau meningkatkan kebugaran jasmani (Sumosardjuno, 1998).[15]
IV.
KESIMPILAN
Usia tua adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana
seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Kekerasan
terhadap lansia merupakan kejahatan kemanusiaan. Seringkali, menempatkan orang
tua atau lansia ke panti jompo tidak saja merupakan sebuah isolasi juga
merupakan upaya untuk menghilangkan sejarah terhadap eksistensi lansia di
lingkungan tempatan mereka. Catatan kontribusi atau jasa lansia sebagai warga
sebuah wilayah perlahan dihapuskan atau bahkan dilenyapkan, hanya karena mereka
menetap di Panti Jompo.
Penghapusan
sejarah diri ini merupakan suatu tindak kejahatan kemanusiaan. Lansia yang
telah meninggal kehilangan hak sipilnya, seperti: hak untuk memanfaatkan
fasilitas umum, misalnya hak pemakaman atau kremasi; hak untuk mendapatkan
pergaulan sosial yang wajar dan hak politik mereka menjadi tercerabuti.
Pendidikan yang
adaatau yang perlu dilakukan pada saat lansia antara lain, pengajian,
pendidikan olah raga.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah
yang dapat kami sampaikan, dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, meski
demikian kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, amin. .
.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Salam, Pengantar Pedagogik
(Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997)
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta
: Erlangga)
Kamus Besar bahasa Indonesia
Nur Uhbiyati, Long Life Education : Pendidikan Anak
Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang : Walisongo Press, 2009)
[1]
Burhanuddin, Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta
: PT Rineka Cipta, 1997). Hlm 206.
[3]
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga). Hlm
380.
[4] Nur
Uhbiyati, Long Life Education : Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai
Lansia, (Semarang : Walisongo Press, 2009). Hlm 172-174.
[5]
Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit. hlm 10.
[6]
Ibid. Hlm 380.
[7]
Nur Uhbiyati, Op.Cit. hlm 176-179.
[10]
Ibid. Hlm. 182-183.
[11]
Kamus Besar bahasa Indonesia
[13]
Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit. hlm 432.
postingannya membantu sekali
ReplyDelete