Taman Pendidikan Usia Lanjut

Taman Pendidikan Usia Lanjut

I.         PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah kewajiban bagi seluruh manusia. Pendidikan tidak hanya pada usia muda saja, akan tetapi sampai seumur hidup. Dalam agama Islam diajarkan agar manusia melaksanakan pendidikan dari lahir sampai liang lahat. Konsep pendidikan seperti ini yang disebut sebagai pendidikan seumur hidup (Long Life Educations).
Asa pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah.[1]
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tidak ada kata terlambat dalam mencapai pendidikan. Pendidikan harus tetap digalakkan meskipun sudah lanjut usia. Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Karena usia ini berlangsung setelah dilaluinya usia dewasa dan selanjutnya sampai meninggal dunia.
Lanjut usia ini ditandai dengan semakin menurunya kemampuan kekuatan fisik, psikis atau mental. Akibat dari semakin menurunya kondisi-kondisi tersebut di atas adalah timbulnya berbagai hambatan atau rintangan sehingga apabila tidak diantisipasi secara tepat akan menimbulkan berbagai permasalahan yang serius, baik diri, keluarga maupun masyarakat.
Berdasar permasalahan di atas, pendidikan pada usia lanjut sangat penting demi tercapainya tujuan hidup yang haq dan sesuai dengan kodrat agama. Disamping itu pendidikan usia lanjut bermanfaat bagi perkembangan kemampuan fisik maupun mental di masa tua. Dibawah ini akan di bahas mengenai taman pendidikan usia lanjut.



II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah pengertian usia lanjut ?
B.     Bagaimana ciri-ciri usia lanjut ?
C.     Apakah pendidikan yang perlu dilakukan pada usia lanjut ?
D.    Apa saja pendidikan luar sekolah pada usia lanjut ?

III.   PEMBAHASAN
A.    Pengertian Usia Lanjut
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilanya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran.[2]
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.[3]
Lanjut usia, menjadi tua merupakan proses alami yang dialami oleh semua makhluk. Pada manusia proses tersebut ditandai oleh menurunya beberapa aspek, terutama aspek physiologis, psikis, dan fungsi-fungsi sensio motorik, sedangkan aspek lainya yang dipengaruhi oleh pengalaman malah justru meningkat. Dalam hal ini dikenal dua teori yang menerangkan manusia dengan kegiatanya yaitu teori disangegement dan teori aktivity (Suardiman, 1995). Teori yang pertama mengatakan bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan di dunia, sedangkan dengan teori yang kedua mengatakan bahwa semakin tua maka akan semakin memelihara hubungan fisik, sosial dan emosialnya.
Lanjut usia adalah tahap usia selepas usia dewasa, kalau usia dewasa dikatakan umur ± 20/21 tahun sampai 40 tahun, maka usia lanjut adalah usia 41 tahun ke atas sampai meninggal dunia.
Dr. Sarlito W. Sarwono membagi kehidupan tua menjadi tiga periode, yaitu periode virilitas, pra semenium dan senectus.

1. Tahap Virilitas (40-55 tahun)
Tahap ini adalah masa kritis dan dikenal dengan istilah “remaja kedua”. Pria pada masa ini sudah mencapai segala sesuatu yang di cita-citakanya. Kedudukan, uang, keluarga dan sebagainya. Ia sudah membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia memang pria sejati. Tetapi pada saat yang sama pula proses penuaan melanda dirinya. Berbagai penyakit mulai menyerang (diabetes, tekanan darah tinggi, rematik) dan perubahan fisik juga mulai terjadi (rambut beruban, perut gendut, gigi tanggal dan sebagainya). Ini semua membuat pria ngeri. Pada saat ia akan menikmati masa keayaanya sebagai laki-laki, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia sudah harus menghadapi masa tuanya segera.
Sebagai reaksi untuk menolak datangnya masa tua ini, seorang pria pada tahap virilitas melakukan perbuatan-perbuatan yang disebut “remaja kedua”, yaitu :
a.    Ia lebih senang berdandan
b.    Suka mengagumi diri sendiri
c.    Minta banyak perhatian orang-orang disekitarnya
d.   Cepat marah dan cepat tersinggung seperti remaja
e.    Ingin mencobakan kejantananya pada wanita-wanita lain

2. Tahap Prasenium (55-65 tahun)
Usia ini merupakan usia pensiun. Laki-laki kehilangan pekerjaanya, status sosialnya, fasilitas, anak-anak (sudah besar dan pergi dari rumah) dan sebagainya. Teman-teman dan relasinya tidak mengunjunginya, ia jadi kesepian. Bersamaan dengan itu kesehatanya akan makin meundur. Khususnya pada laki-laki yang tidak mempersiapkan diri dengan baik pada tahapan virilitas, tahap ini menyebabkan depresio (tekanan jiwa) dan apatio (lebih senangdan melamun)


3. Tahap Senectus (diatas 65 tahun)
Orang-orang yang sukses dalam tahapan virilitas biasanya tenang pula memasuki tahap yang terakhir ini. Kondisi kesehatan mereka tidak banyak terganggu, sehingga usia mereka bertambah panjang. Yang penting adalah pada tahap ini seorang pria harus bisa melihat dunianya dari sudut positif, melihat dari segi-segi baiknya. Kemampuan ini hanyalah dapat diperoleh “melalui latihan da persiapan yang lama”. Yang paling tidak disukai pria pada usia senectus adalah banyaknya tman-teman yang meninggal dunia satu persatu.
Menurut Prof. Dr. Saparinah Sadli, istilah usia melewati umur 40 tahun wanita mengalami beberapa hal, antara lain :
1.    Dalam diri wanita ditinjau dari teori psikoanalisa terjadinya perubahan psikologi yang disebut juga perubahan kehidupan, perubahan itu meliputi perubahan jasmaniah (menjadi lebih gemuk, lebih cepat capai, haid mulai tidak teratur, dan lain sebagainya), perubahan dalam gaya hidup dan perananya, dan sering kali perubahan persepsi orang lain mengenai dirinya (oleh suami, anak, mertua, misalnya sekarang dikatakan cerewet, suka ikut campur urusan orang lain, dan lain sebaganya).
2.    Perubahan lain ialah datangnya menopause yang merupakan suatu manifestasi kemampuan reproduktifnya tekah berakhir.

Pada waktu menopause ini melai muncul tanda-tanda ketuaan seperti keriput pada wajah terjadinya kentung mata, tumbuhnya uban dan lain sebagainya.
Pada saat ini pula sebagian wanita mengalami depresi, yaitu gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan prasaan yang merasa seperti muram, sedih, perasaan tertekan.[4]
Sedangkan tugas di masa lanjut usia antara lain :


1.    Menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan fisik dan kesehatan
2.    Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income keluarga
3.    Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4.    Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
5.    Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6.    Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.[5]

B.     Ciri-ciri Usia Lanjut
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence”, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi orang yang semakin tua pada usia limapuluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enampuluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya.
Pemunduran itu sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian dari faktor psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran juga mempunyai penyebab Psikologis. Sikap tdak senang terhadap diri sendiri, orang lain pekerjaan, dn kehidupan pada umumnya dapat menuju keadaan udzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak. Akibatnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan egera mati. Bagaimana seseorang menghadapi ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi laju kemunduran itu.[6]
Menurut Elisabeth B. Hurlock, pada lansia terjadi perubahan-perubahan fungsi indera, kemampuan motorik dan mental, antara lain sebagai berikut :
1. Penglihatan
Ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan rendah dan menurunya sensifitas terhadap warna.
2. Pendengaran
Orang pada usia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi nada tinggi, sehingga akibat dari berhentinya pertumbuhan organ dari dalam telinga yang berakibat matinya rumah siput dalam telinga (Chochia).
3. Perasa
Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf perasa yang terletak dilidah dan di permukaan bagian dalam pipi.
4. Penciuman
Daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan prtumbuhan sel dalam hidung berhenti.

Dalam bidang kemampuan motorik, belian mengemukakan sebagai berikut :
1. Kekuatan
Penurunan kekuatan paling nyata adalah kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh.
2. Kecepatan
Penurunan kecepatan dalam bagi orang usia lanjut dapat dilihat dari tes terhadap waktu reaksi dan ketrampilan dalam bergerak seperti dalam menulis dengan tangan.
3. Belajar Keterampilan Baru
Pada waktu usia lanjut orang percaya bahwa belajar keterampilan baru akan menguntungkan kepribadian mereka, mereka lebih lambat dalam belajar, dan hasilnya cenderung kurang memuaskan.
4. Kekakuan
Orang lansia cenderung canggung dan kagok, terhadap keterampilan yang dipelajari, dimana keterampilan yang lebih dulu dipelajari justru lebih dulu dilupakan dan ketrampilan yang baru dipelajari lebih cepat dilupakan.

Sedangkan mengenai perubahan mental pada masa usia lanjut menurut Elisabeth B. Hurlock sebagai berikut :

1. Belajar
Orang lansia cenderung hati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk mengintegrasikan jawaban mereka
2. Berfikir dan Memberi Argumuntasi
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik induktif maupun deduktif.
3. Kreatifitas
Kapasitas atau keinginan yang diperluka untuk berfikir kreatif bagi orang lansia lebih berkurang.
4. Ingatan
Orang lansia cenderung lemah dalam mengingat, hal-hal yang baru dipelajari dan begitu pula sebaliknya, hal ini disebabkan kurang termotivasinya mereka untuk mengingat sesuatu.
5. Mengingat Kembali
Kemampuan yang semakin minim yang dipengaruhi usia, para lansia umumnya menggunakan objek, simbol atau secara kinestetik untuk mengingat kembali apa yang mereka lupakan.[7]

C.    Pendidikan yang Perlu Dilakukan pada Masa Lansia
Elisabeth B. Hurlock mengatakan bahwa lansia merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan seseorang, dimana dalam fase ini ia bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya.
Pendidikan tidak hanya terhenti hanya sampai lulus dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), atau lulus dari perkuliahan. Karena ilmu tidak hanya terhenti sampai disitu. Manakala dia akan terus maju dan berkembang. Selama kita hidup didunia, selama itu pula kita masih harus belajar, belajar dan menimba ilmu.
Usia tidak menutup kemungkinan untuk kita terus belajar. Jangan jadikan usia yang semakin bertambah tua untuk sebuah alasan tidak mau menambah ilmu. Dengan alasan, “sudah tua tidak bisa meresap ilmu ke otak lagi”. Jika kita mempunyai niat yang kuat dan keinginan keras untuk melangkah maju, pasti kita dapat melakukan semua itu.
Lihat saja warga lanjut usia (Lansia) yang berada di Yogyakarta, mereka semua kembali ke sekolah dengan usia mereka yang rata-rata 55 tahun keatas. Sebuah sekolah khusus warga lanjut usia yang diberi nama Golden Geriatric Club (GCC) didirikan oleh Yayasan Budi Mulia Dua ini bertujuan untuk memberdayakan warga lanjut usia yang berada di DI Yogyakarta khususnya. Sekolah ini akan mulai beroperasi pada pekan ini. Dengan kelas yang dibuat dalam ukuran kecil, yaitu hanya 10 orang disatu kelompok. Agar pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan efektif
Amien Rais, mantan Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) dan selaku penasihat GCC mengatakan, “Selama ini, belum ada program pendidikan untuk kaum lanjut usia, padahal mereka masih punya kemampuan untuk belajar”. Dari penuturan beliau, kita dapat melihat bahwa usia bukanlah halangan untuk tidak belajar dan terus mengembangkan diri.
Dengan adanya pendirian sekolah ini, para lansia dapat melakukan kegiatan yang positif dan mengembangkan jaringan. “Karena kerap kali warga para lanjut usia ini dianggap tidak berdaya dan hanya menjadi beban bagi lingkungannya, padahal, mereka masih mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk berkarya,” tutur Siti seorang Direktur Perguruan Budi Mulia Dua.
Di sekolah ini, mereka tidak diajarkan seperti apa yang kita terima waktu SD, SMP, SMA atau perkuliahan. Disekolahan ini, para lansia harus menyiapkan pertanyaan dari rumah dan nantinya guru akan menerangkan sesuai pertanyaan mereka. Ada juga mata pelajaran komputer dan internet. Di mata pelajaran ini, mereka diajari membuat dan mengoperasikan jaringan sosial facebook. Sedangkan di mata pelajaran gaya hidup sehat, sejumlah dokter ahli yang telah diundang akan memberi materi mengenai persiapan dan atisipasi degeneratif seperti kepikunan dan penyakit persendian.
Merupakan sebuah program pendidikan yang unik. Selain mengedepankan teknologi, juga perduli terhadap kesehatan. Sekolah ini menjadikan para lansia untuk bersikap mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sehingga mereka tidak akan dianggap lagi tidak berdaya dan hanya menjadi beban bagi lingkungannya.[8]
Sedangkan dalam bentuk lembaga adalah LLI yang merupakan wadah resmi penampung sekaligus tempat pembinaan bagi lansia.
Lembaga Lansia Indonesia yang dibentuk pada tanggal 29 Mei 2000 mempunyai Visi untuk menjadilan lembaga ini sebagai mitra pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam mewujudkan lanjut usia yang berkualitas, mandiri dan berguna. Dalam mewujudkan visi tersebut, LLI mengemban beberapa misi, yaitu: Pertama, meningkatkan kualitas lansia secara berkesinambungan, yang meliputi kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual, pengetahuan dan keterampilan serta jaminan sosial dan kebutuhan hidup. Kedua, mengupayakan kemandirian lansia selama mungkin agar kehidupannya menjadi produktif dan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ketiga, meningkatkan keadaan masyarakat untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan lansia menjadi subyek dalam kehidupan selama mungkin. Keempat, meningkatkan kepedulian masyarakat untuk memberikan pelayanan dan perawatan bagi lansia yang memerlukan, secara manusiawi dan bermartabat.
Lembaga Lanjut Usia terdiri dari 7 bidang yaitu: Bidang Pembinaan Kesra, Bidang Pembinaan Kesehatan Lansia, Bidang Peningkatan SDM Lansia, Bidang Kerohanian dan Keagamaan, Bidang Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Bidang Penelitian Pengembangan dan Organisasi dan Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri.
Berkenaan dengan bidang kesra, diusulkan untuk mengembangkan dana dan teknologi guna membantu para lansia untuk memperpanjang kemampuan kemandirian sosial dan ekonomi, termasuk perolehan Sistem Jaminan Sosial Nasional untul seluruh lanjut usia yang bergerak dibidang formal, informal maupun non formal. Diusulkan pula untuk memperjuangkan aksesibilitas bagi para lansia dalam pemanfaatan fasititas umum.
Dibidang pembinaan kesehatan, LLI telah mengupayakan pedoman tentang kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta pelayanan terpadu. Bidang ini juga mengupayakan klinik Geriatri, Rehabilitasi Medik Geriatri; mendorong profesionalisme dibidang ilmu dan perawatan Geriatri, mengusahakan kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan serta pelestarian lingkungan hidup dikaitkan dengan kesehatan.
Untuk peningkatan SDM Lansia, LLI mengadakan berbagai pelatihan dan keterampilan, mengupayakan terbentuknya kesempatan kerja bagi lansia, Untuk pengingkatan peran serta masyarakat, LLI menitikberatkan upaya peningkatan peran keluarga terhadap anggotanya yang lanjut usia, serta membangun serta meluaskan jaringan kerja dengan generasi muda organisasi masyarakat termasuk melalui RT/RW. Dalam rangka ini dilakukan pilot projec pengembangan POSYANDU Lansia di Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Depok, untuk membentuk kelompol lansia dengan peran keluarga dan masyarakat yang peduli pada masalah kesehatan lansia.
Dibidang penelitian pengembangan dan peraturan organisasi, LLI telah melakukan inventarisasi perundang-undangan tentang lansia. Usulan LLI tentang perlunya Peraturan Pemerintah untuk menindaklanjuti Undang-undang No. 13 tentang Kesejahteraan Lansia serta Pembentukan Komisi Nasional Lanjut Usia saat ini sudah mendapat perhatian berbagai pihak. (Publikasi, Biro Humas).[9]
Adapun untuk mempertahankan kehidupan mereka agar hidup tenang dan bahagia baik secara individu atau kelompok dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Guna memelihara kesehatan ia harus melaksanakan pola hidup sehat
2. Ia harus melakukan olah raga secara rutin
3. Memepelajari dan mendalami pelajaran agama agar keyakinan agama semakin teguh dan amaliyahnya semakin meningkat secara kualitas dan kuantitas
4. Rajin menghadiri majelis-majelis taklim
5. Menempuh hidup model tasawuf sesuai dengan kemampuan, yaitu takholli, tahalli, dan tajalli.[10]

D.    Pendidikan Luar Sekolah Usia Lanjut
Adapun pendidikan luar sekolah pada masa lansia antara lain :
1. Panti Jompo
Panti jompo Merupakan tempat atau kediaman untuk merawat para manula, lansia dan orang-orang yang sudah dapat dikatakan lemah fisik dan sangat renta.[11]
Pantai Jompo merupakan upaya Pemerintah untuk mengayomi para Lansia (orang lanjut usia) yang hidup miskin dan terlantar. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 telah mengamanatkan, memperhatikan “Fakir Miskin dan Anak Terlantar”. Pendirian Panti Sosial didasarkan atas Undang-Undang RI no.4 Tahun 1965 tentang “Pemberian Bantuan Kehidupan bagi Orang-Orang Jompo”; Keputusan Mentri Sosial RI No.3/1/50/107/1979 tentang “Pemberian kehidupan bagi Orang-orang usia Lanjut”; Keputusan Mentri Sosial RI no.12/HUP/KEP/UU/1982 tentang “Pembentukan Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar”. Undang-Undang RI No.6 tahun 1998, tentang “Kesejahteraan Lanjut Usia”.
Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam Peraturan Perundang- Undangan dan Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 dan Pasal 15 yang mencangkup akses ke dan dari dalam bangunan, pintu, tangga, lift, tempat parkir, toilet dan beberapa lainnya dalam aksebilitas pada bangunan umum. Dalam Departemen Sosial manula dimasukkan kedalam kategori penyandang cacat, mental maupun fisik.
Meningkatnya usia harapan hidup manusia diikuti dengan bertambahnya jumlah lanjut usia. Hal ini dapat dilihat data pada tahun 2006 dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Jawa Barat seluruhnya 2.880.548 jiwa, dan pada tahun 2020 jumlah populasi lansia diperkirakan mencapai 28 juta jiwa yang mencapai usia 71 tahun, sehingga perlu diimbangi dengan penyediaan salah satunya adalah Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) yang merupakan unit pelaksana tekhnik dinas, dilingkungan Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat  yang memberikan perlindungan bagi lanjut usia. Selain itu penyelenggaraan Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) merupakan salah satu respon terhadap berkembangnya jumlah dan masalah pada lansia, dan dipastikan makin diperlukan seiring dengan meningkatnya jumlah lansia bersama masalahnya.
Oleh karena itu keberadaan BPSTW tidak semata – mata sebagai sebuah unit yang memberikan pelayanan bagi lansia juga sebagai  lembaga perlindungan perawatan serta pengembangan dan pemberdayaan lansia, hal ini sesuai dengan Undang- undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Selain itu balai ini juga merupakan sasaran penelitian dan pendidikan bagi perguruan tinggi dan masyarakat luas yang ingin mengetahui lebih jauh tentang lansia.[12]
Di wilayah Bandung sendiri terdapat 8 panti baik yang dikelola pihak pemerintah maupun pihak swasta, yang berada dalam lingkungan rumah sakit atau sarana peribadatan, dan berikut ini adalah panti – panti dikota Bandung :
Nama Panti
Status Kepemilikan/ Kepengurusan
Lokasi Panti
Kota Bandung
Asuhan Bunda
Swasta
Jl. Kartika Raya I no, 20 Geger kalong
Senja Rawi
Swasta
Jl. Jeruk no. 7
Najaret St. Yusuf
Swasta
Jl. Cikutra no. 7
Priyangan I (Sekertariat)
Swasta
Jl. Kenari no. 5
Budi Pertiwi
Swasta
Jl. Sancang no. 2
Laswi
Swasta
Jl. Caringin Gg. Lumbung
Kabupaten Bandung
Paku Tandang (Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay)
Pemerintah
Jl. Raya Pacet No. 186, Ciparay
Bakti Pertiwi
Swasta
Jl. Laswi raya Baleendah
Priyangan II (Panti)
Swasta
Jl. Caramel No. 56 Batu Reog Lembang
Tabel 2: Nama dan Lokasi PSTW di Bandung
Sangat beruntung bagi manula yang masih memiliki anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.
Sesuatu pasti memiliki sisi positif dan negatif, begitu pula dengan panti jompo. Sampai saat ini, panti sosial tresna werdha (PSTW) masih bercitra agak negatif. Selain karena tempatnya yang dikonotasikan dengan kekumuhan, panti juga disebut-sebut sebagai tempat pembuangan lansia. Dan salah satu sisi positif panti jompo adalah sebagai tempat bersosialisasi manula sehingga dapat membuat manula tidak merasa kesepian atau merasa dibuang. Selain itu juga ditempat ini manula banyak memiliki atau dilibatkan dalam sebuah aktifitas yang melibatkan fisik dan mentalnya agar selalu terjaga juga sebagai sarana penghibur, contohnya senam sehat, melakukan hobi seperti kerajinan tangan atau sekedar membaca.
Adapun kelebihan dan kelemahan panti jompo antara lain :
-       Kelemahan
a.    Lebih mahal dari pada tinggal di rumah sendiri
b.    Seperti halnya makanan di semua lembaga, biasanya kurang menarik layaknya di rumah sendiri
c.    Berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang yang tidak menyenangkan
d.   Letaknya biasanya jauh dari pertokoan, hiburan dan organisasi masyarakat
e.    Tempat tinggalnya cenderung lebih kecil dari pada rumah yang dulu

-          Kelebihan
a.  Perawatan dan perbaikan wisma dan perlengkapanya di kerjakan oleh lembaga
b. Semua makananmudah didapat dengan biaya yang memadai
c.  Perabot dibuat untuk rekreasi dan hiburan
d. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman seusia yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama
e.  Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh teman seusia dari pada orang yang lebih muda
f.  Menghilangkan kesepian karena orang disitu dapat dijadikan teman
g. Perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga tersedia disini
h. Ada kesempatan berprestasi berdasarkan prestasi di masa lalu, kesempatan-kesempatan semacam ini tidak mungkin terjadi dikalangan orang-orang muda.[13]

2. Pengajian
a.    Pengertian Pengajian
Pengajian dalam bahasa Arab disebut At-ta’llimu asal kata ta’allama yata’allamu ta’alliman yang artinya belajar, pengertian dari makna pengajian atau ta’liim mempunyai nilai ibadah tersendiri, hadir dalam belajar ilmu agama bersama seorang Aalim atau orang yang berilmu merupakan bentuk ibadah yang wajib setiap muslim.

b.    Tujuan Pengajian
Di dalam pengajian terdapat manfaat yang begitu besar positifnya, di dalam pengajian-pengajian manfaatyang dapat diambilnya menambah dari salah satu orang yang biasa berbuat negatif dengan memanfaatkanya menjadi positif. Hal seperti  ini pada masyarakat muslim pada umumnya dapat memanfaatkan pengajian untuk merubah diri atau memperbaiki diri dari perbuatan keji dan mungkar.[14]
Dengan melalui pengajian para lansia akan memiliki bekal pendidikan agama, sehimgga hidupnya akan tenang dalam menghadapi masa tuanya.

3. Pendidikan Kesehatan Usia Lanjut
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa masa lansia telah mengalami banyak penurunan baik kemampuan fisik maupun mental. Usia lanjut akan lebih rentang dan mudah terkena banyak penyakit, sehingga perlu adanya pendidikan kesehatan bagi lansia. Jika lansia lebih bugar secara fisiknya maka akan memberikan harapan hidup lebih lama, dan tidak akan merepotkan keluarganya serta dalam hubunganya dengan kesehatan, lansia akan lebih ekonomis dalam pemeliharaan kesehatanya.
Menurut Nitisemito (1984) pengertian pelatihan (training) yaitu sebagai suatu kegiatan dari suatu lembaga yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan keterampilan serta pengetahuan. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo (1991) pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
Senam Lansia Bugar (SLB) adalah suatu bentuk senam kebugaran yang diperuntukkan para lansia sehingga bentuk kegiatan latihanya disesuaikan dengan orang lansia. Sehingga pelatih atau instruktur yang baik harus memiliki beberapa kemampuan antara lain kemampuan fisik, psikis, pengendalian emosi, sosial serta kemampuan untuk dapat mewujudkan kemampuan-kemampuan yang dilandasi oleh tanggung jawab dan pengabdian.
Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada Lansia antara lain adalah senam Lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar atau meningkatkan kebugaran jasmani (Sumosardjuno, 1998).[15]






IV.             KESIMPILAN
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Kekerasan terhadap lansia merupakan kejahatan kemanusiaan. Seringkali, menempatkan orang tua atau lansia ke panti jompo tidak saja merupakan sebuah isolasi juga merupakan upaya untuk menghilangkan sejarah terhadap eksistensi lansia di lingkungan tempatan mereka. Catatan kontribusi atau jasa lansia sebagai warga sebuah wilayah perlahan dihapuskan atau bahkan dilenyapkan, hanya karena mereka menetap di Panti Jompo.
Penghapusan sejarah diri ini merupakan suatu tindak kejahatan kemanusiaan. Lansia yang telah meninggal kehilangan hak sipilnya, seperti: hak untuk memanfaatkan fasilitas umum, misalnya hak pemakaman atau kremasi; hak untuk mendapatkan pergaulan sosial yang wajar dan hak politik mereka menjadi tercerabuti.
Pendidikan yang adaatau yang perlu dilakukan pada saat lansia antara lain, pengajian, pendidikan olah raga.

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, meski demikian kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, amin. . .


DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997)
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga)
Kamus Besar bahasa Indonesia
Nur Uhbiyati, Long Life Education : Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang : Walisongo Press, 2009)


[1] Burhanuddin, Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997). Hlm 206.
[3] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga). Hlm 380.
[4] Nur Uhbiyati, Long Life Education : Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang : Walisongo Press, 2009). Hlm 172-174.
[5] Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit. hlm 10.
[6] Ibid. Hlm 380.
[7] Nur Uhbiyati, Op.Cit. hlm 176-179.
[10] Ibid. Hlm. 182-183.
[11] Kamus Besar bahasa Indonesia
[13] Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit. hlm 432.

1 Response to "Taman Pendidikan Usia Lanjut "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel