TEORI INTERELASI SIMBOLIK
Sunday, July 21, 2013
Add Comment
I. PENDAHULUAN
Interaksionisme simbolis: Masyarakat sebagai
konversasi (kontak lisan), pusat perkembangannya di departemen sosiologi
Universitas chicago, sekitar tahun 1920-an diantara para pemikir yang menemukan
teori tersebut, adalah Robert Park dan W.I. Thomas. Pendekatan melukiskan
tentang Pragmatisme dari madhab filsafat Amerika yang unik, mengenai penafsiran
sosiologi terhadap ekologi (studi tentang organisme dan lingkungannya) dan
tentang metode-metode lapangan yang dikembangan oleh antopologi, Demikian juga
ahli interaksionis akan menemukan dan tinggal bersama suatu kelompok sosial di
negerinya sendiri.
Sebagai penemu dan sekaligus dipandang ahli utama
teori ini adalah George Herbert Mead. Semua diskusi modern tentang pendekatan
ini menempatkan Mead di tempat yang sentral dan ketidak sengajaan yang telah di
tunjukkan (penulis buku) merupakan ilustrasi yang paling baik dengan kenyataan
bahwa karya pokoknya, yakni Mind, Self, dan Society, yang dikompilasinya dari
catatan-catatan kuliah mahasiswanya setelah meninggal.
Interaksionisme simbolis yang mana hal ini melibatkan separangkat asumsi tentang aktor sosial: ia membuat pilihan-pilihan antara tujuan-tujuan itu dalam suatu situasi baik mengenai objek fisik maupun sosial untuk yang terakhir ini termasuk didalamnya norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural. Proses pelembagaan (institusionalisasi) mencakup pelaku-pelaku (aktor) yang menyesuaikan tindakan-tindakan mereka satu sama lain yang memberikan kepuasaan timbal balik dan kalau hal ini berhasil tindakan-tindakan tadi berkembang menjadi suatu pola mengenai status-status peranan- suatu struktur peran.
Interaksionisme simbolis yang mana hal ini melibatkan separangkat asumsi tentang aktor sosial: ia membuat pilihan-pilihan antara tujuan-tujuan itu dalam suatu situasi baik mengenai objek fisik maupun sosial untuk yang terakhir ini termasuk didalamnya norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural. Proses pelembagaan (institusionalisasi) mencakup pelaku-pelaku (aktor) yang menyesuaikan tindakan-tindakan mereka satu sama lain yang memberikan kepuasaan timbal balik dan kalau hal ini berhasil tindakan-tindakan tadi berkembang menjadi suatu pola mengenai status-status peranan- suatu struktur peran.
II. PERMASALAHAN
A. Pengertian Interaksionisme Simbolik dan Akar Historis Utama
B. Ide-ide George Herbert Mead
C. Prinsip-prinsip Dasar Interaksionisme Simbolik
A. Pengertian Interaksionisme Simbolik dan Akar Historis Utama
B. Ide-ide George Herbert Mead
C. Prinsip-prinsip Dasar Interaksionisme Simbolik
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Interaksionisme Simbolik dan Akar Akar
Historis Utama
Interaksionisme Simbolik yaitu seperti yang sudah kita
bahas di dalam Pendahuluan di atas, bahwasannya suatu proses
pelembagaan (Institusionalisai) mencakup pelaku-pelaku (actor) yang
meneyesuaikan tindakan-tindakan mereka satu sama lain yang memberikan kepuasan
timbal-balik dan kalau hal ini berhasil tindakan-tindakan tadi berkembang
menjadi suatu pola mengenai status-status peranan-suatu struktur peran.
Interaksionisme Simbolik yaitu dimana dalam proses interaksi sosial, manusia
secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang
lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorentasikan tindakan balasan
mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial
para aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi.
Akar Historis Utama: Pragmatisme adalah pemikiran
fisafat yang meliputi banyak hal ada bebrapa aspek pragmatisme yang memengaruhi
oreantasi sosiologi yang dikembangkan oleh Mead.
Pertama menurut pemikir pragmatisme, realitas
sebenarnya tak berada “di luar” dunia nyata, “realitas diciptakan secara aktif
ketika kita bertindak di dalam dan terhadap dunia nyata”. Kedua, manusia
mengingat dan mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada apa yang
telah terbukti bagi mereka. Ketiga, manusia mendefinisikan “objek” sosial dan
fisik yang mereka temui di dunia nyata menurut kegunaanya bagi mereka. Keempat,
bila kita ingin memahami actor, kita harus mendasarkan pemahaman itu di atas
apa-apa yang sebenarnya mereka kerjakan dalam dunia nyata.
Ada 3 hal yang penting bagi interaksionisme simbolik :
1. Memusatkan perhatian pada interaksi antara aktor dan
dunia nyata.
2. Memandang baik actor maupun dunia nyata sebagai
proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis.
Dan arti penting yang dihubungkan kepada
kemampuan aktor untuk menafsirkan poin terakhir adalah paling menonjol dalam
karya filosof pragmatis John Dewey.
Ada 2 pembedaan dalam argument cabang pragmatisme:
a. Realisme filosofis (dihubungkan oleh Mead) dan
paragmatisme normalis (dihubungkan oleh Dewey dan james)
Menurut pandangan mereka, interaksionisme
simbolik lebih banyak di pengaruhi oleh pendekatan nomalis dan bahkan tak
konsisten dengan pemikiran filsafat realisme.
Sebaliknya, Pemikir realisme sosial menekankan
pada masyarakat dan cara terbentuknya, dan cara masyarakat mengontrol proses
mental individual.
Behaviorisme, Lewis dan smith menafsirkan bahwa Mead
dipengaruhi oleh behaviorisme psikologis, sebuah perspektif yang juga
membawanya ke arah realis dan empiris.
Mead sebenarnya menyebut basis pemikirannya sebagai
behaviorisme sosial untuk membedakannya dari behaviorisme radikal dari john B.
watson (salah seorang murid Mead). Mead dan behavioris radikal juga berbeda
pandangan mengenai hubungan antara perilaku manusia dan perilaku binatang,
sementara behavioris radikal cenderung melihat tak ada perbedaan antara
perilaku manusia dan binatang, sedangkan Mead menyatakan adanya perbedaannya
adalah bahwa manusia mempunyai kapasitas mental yang memungkinkannya
menggunakan bahasa antara stimulus dan respon untuk memutuskan bagaimana cara
merespon. Charles Morris dalam pengantarnya untuk buku Mead, Mind, Self and
Society menyebutkan satu persatu tiga perbedaan mendasar antara Mead dan
Watson;
Pertama, Mead menganggap pemutusan perhatian Watson terhadap
perilaku terlalu disederhanakan. Karena itu ia menuduh watson merenggut
perilaku keluar dari konteks sosialnya yang lebih luas. Mead ingin
memperlakukan perilaku sebagai bagian kecil dari kehidupan sosial yang lebih
luas.
Kedua, Mead menuduh Watson tak berkeinginan memperluas
behavioris ke proses mental, Watson dianggap tak memahami proses mental dan
kesadaran actor. Mead membandingkan perspektifnya dengan perspektif Watson:
“Perspektif saya adalah perspektif behavioristik; tetapi berbeda dengan behavioris
watsonian, perspektif saya mengakui bagian yang tak dapat diamati secara
external.
Terakhir, karena watson menolak variabel pikiran, Mead
memandangnya mempunyai citra pasif tentang actor sebagai boneka. Mead sebalikya
mempunyai citra yang jauh lebih dinamis dan kreatif tentang actor dan inilah
yang menyebabkannya menarik perhatian penganut interaksionis-simbolik kemudian.
B. Ide-ide George Herbert Mead
Menurut mead, keseluruhan sosial mendahului pemikiran
individu baik secara logika maupun secara temporer. Individu yang berfikir dan
sadar diri adalah mustakhil secara logika menurut teori Mead tanpa didahului
adanya kelompok sosial. Kelompok sosial muncul lebih dulu dan kelompok sosial
menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadran diri. Mead mengidentifikasikan
empat basis dan tahap tindakan yang saling berhubungan, keempat tahap itu
mencerminkan satu kesatuan organik, Mead selain tertarik pada kesamaan tindakan
binatang dan manusia, juga terutama tertarik pada perbedaan tindakan antara kedua
jenis makhluk itu Implus.
Tahap pertama adalah dorongan hati/implus (impulse)
yang meliputi rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera, dan
reaksi aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap
rabgsangan itu, rasa lapar adalah contoh yang tepat dari implus. Persepsi.
Aktor menyelidiki bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan implus,
dalam hal ini rasa lapar dan juga berbagai alat yang tersedia untuk
memuaskannya. Manusia mempunyai kapasitas untuk merasakan dan memahami stimuli
melalui pendengaran, senyuman, rasa, dan sebagainya. Tahap ketiga adalah
manipulasi. Segera setelah implus menyatakan dirinya sendiri dan objek telah
dipahami, langkah selanjutnya adalah manipulasi objek atau mengambil tindakan
berkenaan dengan objek itu. Disamping keuntungan mental, manusia mempunyai
keuntungan lain ketimbang binatang. Konsumasi. Yakni tahap keempat tindakan,
pelaksanaan/konsumasi atau mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang
sebenarnya. Baik manusia maupun binatang mungkin memakan cendawan, tetapi
manusia lebih kecil kemungkinan memakan cendawan beracun karena kemampuannya
untuk memanipulasi cendawan dan memikirkan mengenai implikasi dari memakanya.
1. Sikap-isyarat (Gestur)
Gestur adalah gerakan organisme pertama yang
bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara sosial)
yang tepat dari organisme kedua. Berikut ini adalah contoh terkenal Mead
tentang perkelahian aning dilihat dari perspektif isyarat:
“Tindakan masing-masing anjing menjadi rangsangan untuk anjing lain dalam memberikan tanggapannya, fakta juga menunukkan bahwa anjing yang siap menyerang anjing lain akan menjadi rangsangan bagi anjing lain itu untuk mengubah posisi atau sikapnya. Begitu perubahan sikap ini terjadi dipihak anjing kedua, maka anjing pertama pun mengubah sikapnya”. Mead menanamkan apa yang terjadi dalam situasi ini sebuah “percakapan isyarat”. Gerak isyarat anjing pertama secara otomatis mendapatkan gerak isyarat dari anjing kedua, tak ada proses berfikir yang terjadi di kedua belah pihak anjing itu. Manusiapun kadang-kadang terlibat dalam percakapan isyarat tanpa pikir seperti itu. Contohnya dalam pertimbangan tinju dan anggar dimana banyak tindakan dan reaksi yang terjadi dimana seorang petarung “secara naluriah” menyesuaikan diri terhadap tindakan petarung kedua. Tindakan tanpa disadari seperti itu disebut Mead sebagai isyarat “nonsignifikan” apa yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk menggunakan gerak isyarat yang signifikan atau memerlukan pemikiran di kedua belah pihak aktor sebelum beraksi.
“Tindakan masing-masing anjing menjadi rangsangan untuk anjing lain dalam memberikan tanggapannya, fakta juga menunukkan bahwa anjing yang siap menyerang anjing lain akan menjadi rangsangan bagi anjing lain itu untuk mengubah posisi atau sikapnya. Begitu perubahan sikap ini terjadi dipihak anjing kedua, maka anjing pertama pun mengubah sikapnya”. Mead menanamkan apa yang terjadi dalam situasi ini sebuah “percakapan isyarat”. Gerak isyarat anjing pertama secara otomatis mendapatkan gerak isyarat dari anjing kedua, tak ada proses berfikir yang terjadi di kedua belah pihak anjing itu. Manusiapun kadang-kadang terlibat dalam percakapan isyarat tanpa pikir seperti itu. Contohnya dalam pertimbangan tinju dan anggar dimana banyak tindakan dan reaksi yang terjadi dimana seorang petarung “secara naluriah” menyesuaikan diri terhadap tindakan petarung kedua. Tindakan tanpa disadari seperti itu disebut Mead sebagai isyarat “nonsignifikan” apa yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk menggunakan gerak isyarat yang signifikan atau memerlukan pemikiran di kedua belah pihak aktor sebelum beraksi.
Isyarat suara sangat penting perannya dalam
pengembangan isyarat yang signifikan. Namun, tak semua isyarat suara adalah
signifikan, kekhususan manusia dibidang isyarat (bahasa) ini pada hakikatnya
yang bertanggung jawab atas asal mula pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan
manusia sekarang dengan seluruh kontrol terhadap alam dan lingkungan
dimungkinkan berkat ilmu pengetahuan.
2. Simbol-simbol Signifikan
Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang
hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul
dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan
(tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari orang menjadi sasaran isyarat.
Jadi disini dapat disimpilkan simbol-simbol signifikan itu ada 2, yaitu: Simbol
Bahasa dan Simbol Isyarat Fisik:
fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya
adalah menggerakkan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara dan
juga dipihak lainya. Pengaruh lain dari bahasa merangsang orang yang berbicara
dan orang yang mendengarnya.
Simbol isyarat fisik, menciptakan peluang diantara
individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu dengan mengacu pada objek
atau objek-objek yang menjadi sasaran tindaka itu, dengan demikian muka yang
cemberut yang tak disengaja mungkin dibuat untuk mencegah seorang anak kecil
teralu dekat ditepi jurang dan dengan cara demikian mencegahnya berada dalam
situasi yang secara potensial berbahaya.
3. Pikiran (Mind)
Didefinisikan Mead sebagai proses percakapan
seorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan didalam diri individu; pikiran
adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan
merupakan bagian intregal dari proses sosial. Dan karakteristik istimewa dari
pikiran adalah kemampuan individu untuk “memunculkan dalam dirinya sendiri
tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan,
itulah yang kita namakan pikiran”.
4. Diri (Self)
Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk
menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk
menjadi subjek maupun objek, untuk mempunyai diri, individu harus mampu
mencapai keadaan “diluar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri
sendiri, mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri. Dalam bertindak rasional ini
mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara impersonal, objektif, dan tanpa
emosi. Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, yang ia namakan “I” dan
“Me”. Mead menyatakan, diri pada dasarnya diri adalah proses sosial yang
berlangsung dalam dua fase yang dapat dibedakan, perlu diingat bahwa “I” dan
“M” adalah proses yang terjadi di dalam proses diri yang lebih luas, keduanya
bukanlah sesuatu (things).
5. Masyarakat
Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah
masyarakat (society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului
pikiran dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan
diri.di tinggat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan
tanggapan terorganisir yang diambil alih olehindividu dalam bentuk “aku”(me).
C. Prinsip-Prinsip
Interaksionisme Simbolik
Ada beberapa perbedaan signifikan dalam
interaksionisme simbolik, sebagai berikut, beberapa tokoh interaksionisme
simbolik (Blumer, 1969a, Manis dan Meltzer, 1978;Rose, 1962;Snow,2001) telah
mencoba menghitung jumlah prinsip dasar teori ini, yang meliputi:
a) Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk
berfikir.
b) Kemampuan berfikir dibentuk oleh interaksi sosial
c) Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan
simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berfikir mereka yang
khusus itu.
d) Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan
tindakan khusus dan berinteraksi
e) Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka
gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka tahap
situasi
f) Manusia mampu membuat kebijakan modifikan dan
perubahan, sebagaian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka
sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu diantara
serangkaian peluang tindakan itu.
g) Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan
membentuk kelompok dan masyarat.
Kapasitas berfikir. Pikiran menurut intersionisme
simbolik, sebenarnya berhubungan dengan setiap aspek lain termasuk sosialisasi,
arti, simbol, diri, interaksi dan juga masyarakat.
IV. KESIMPULAN
Interaksionisme Simbolik yaitu dimana dalam proses
interaksi sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang
lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan
mengorentasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan
kata lain, dalam interaksi sosial para aktor terlibat dalam proses saling
memengaruhi.
. Prinsip-Prinsip Interaksionisme Simbolik
a) Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk
berfikir.
b) Kemampuan berfikir dibentuk oleh interaksi sosial.
c) Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan
simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berfikir mereka yang
khusus itu.
d) Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan
tindakan khusus dan berinteraksi.
e) Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka
gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka tahap
situasi.
f) Manusia mampu membuat kebijakan modifikan dan
perubahan, sebagaian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka
sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu diantara
serangkaian peluang tindakan itu.
g) Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan
membentuk kelompok dan masyarat.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Saya sadar
makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu saran yang membangun
sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin...
0 Response to "TEORI INTERELASI SIMBOLIK"
Post a Comment