PSIKOLOGI MANUSIA DALAM ISLAM

PSIKOLOGI MANUSIA DALAM ISLAM

I. PENDAHULUAN
“Apakah dan siapakah manusia ”, pertanyaan ini selalu menarik perhatian manusia untuk dijawab oleh manusia sepanjang zaman. Untuk menjawab pertanyaan tersebut para filosof dan ilmuan mencoba membangun konsep apakah dan siapakah manusia dalam kenyataan, jawaban atas pertanyaan ini selalu mengundang kelemahan karena keterbatasan manusia dalam memahami siapa dirinya, dan sesamanya.keterbatasan manusia untuk memehami tentang dirinya disebabkan:
  1. Pembahasan tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penelitian tentang materi.
  2. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks (tidak mampu mengetahui hakekat hidup)[1]
  3. Multikomleksnya masalah manusia[2]
satu-satunya jalan yang dapat digunakan untuk mengenal dengan baik siapa itu manusia, adalah merujuk kepada wahyu Ilahi, agar kita dapat menemukan jawabannya.

II. PEMBAHASAN
A. Pandangan islam tentang manusia

1. Istilah manusia dalam Al-qur’an
Satu dari sekian permasalahan yang dibahas dalam Al-qur’an yang acapkali menjadi bahan kajian yang sering dinilai secara spekulatif,yang didasarkan pada pandangan yang sangat subyektif dan tidak didasarkan pada pegangan yang benar-benar yang bisa dipercaya yakni konsep tentang manusia. Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada allah melalui  al-qur’an, lewat alqur’anlah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Oleh karnanya, kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata, benar dan sungguh-sungguh, maka al-qur’an memberikan tenteng manusia sebagai berikut:
  1. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insane,ins, atau unas.
  2. Menggunakan kata basyar.
  3. Menggunakan kata bani adam, dan zuriyah adam.
Kata basyar terambil dari kata yang pada mulanya berarti “ manampakkan sesuatu dengan baik dan indah “.dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagai mana dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al-ruum ayat 20 “ dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ( allah ) menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran”.
Kata Insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harminis, dan tampak. Kata insan  digunakan al-quran untuk menunjukkan kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan ( shihab, 1996 ).


2. Produksi dan reproduksi manusia
Al-quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadianya, tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-nya ( Q.S. 38:71-72 ). Dan dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan bersubstansi dan tak dapat diukur di labolatorium atau bahkan dikenal oleh alam material.
Al-qur’an menguraikan produksi dan reproduksi manusia ketika berbicara entang penciptaan manusia pertama, Al-qu’an menunjukan kepada sang pencipta dengan manggunakan penggantian nama tunggal. Untuk hal ini diterangkan dalam Q.S. shaad ayat 71 “ sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah “. Penciptaan manusia secara umum, melalui proses keterlibatan tuhan bersama selain-Nya yaitu ibu dan bapak. Keterlibatan ibu dan bapak empunyai pengaruh bentuk fisik dan psikis manusia.
Al-qu’an tidak menguraikan secara rinci proses penciptaan adam sebagi nmanusia pertama. Al-qua’an menyampaikan bahwa:
  1. Awal manusia adalah dari tanah
  2. Bahan Tersebut Disempurnakan.
  3. Setelah proses penyempurnaan selesai, sitiupkan kepadanya ruh ilahi (Q.S Al-hijer: 28-29 dan shad: 71-72).
3. Potensi manusia dalam al-qur’an
Al-qur’an banyak membicarakan manusia, diantaranya yang dibahas adalah mengenai sifat-sifat dan potensinya. Al-quran banyak sekali mengungkap, memuja dan memuliakan manusia. Seperti pernyataan tentang diciptakanya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaiman di ungkapkan terdahulu bahwa sanya manusia diciptakan dari tanah setelah melalui proses yang disempurnakan dan ditiupkan padanya ruh dari tuhanya. Dari sini jelas bahwa manusia jelas merupakan kesatuan dua unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan  satu dengan yang lainya, karena bila dipisahkan maka ia bukan manusia lagi.
Potensi manusia sebagaimana dijelaskan oleh Al-qur’an melalui kisah adan dan hawa (Q,S. 2: 30-39) bahwasebelum kejadian adam, Allah telah merencanakan agar manusia memimkul tanggung jawab kekolifahan dibumi. untuk maksud tersebut allah memberikan akal dan rohani. Dengan akal dan rohani inilah allah memberikan beberapa potensi kepada manusia, diantaranya :
  1. Potensi untuk mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam.
  2. Pengalaman hidup disurga, baik yang berhubungan dengan keculkupan dan kenikmatanya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya. Petunjuk-petunjuk Agama.
Potensi-potensi itulah yang diberikan tuhan kepada manusia, yang menjadikanya berbeda dengan majhluk-mahluk lainya.
  1. Fitrah
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari kata fatrh yang berarti belahan, dan dari makna ini lahir dari makna-makna lain yakni’ penciptaan atau kejadian’ selanjuknya dipahami juga bahwa fitrah adalah bagian dari khalq ( penciptaan Allah ).


  1. Nafs
Kata Nafs dalam Al-qur’an: mempunyai aneka makna, ada yang diartikan sebagai totalitas manusia, ada juga yang mengartikan sebagai tingkah laku yang ada dalam diri manusia ( Q.S. al-Ra’d:11 ).”sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu masyarakat, sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri mereka”. kata Nafs juga digunakan untuk menunjuk kepada diri tuhan ( q.s al-an’am :12) “ Allah mewajibkan kepada dirinya menganugrahkan rahmat “.
Al-qur’an juga mengisyaratkan keanekaragaman Nafs serta peringkat-peringkatnya, secara eksplisit yang terdiri dari, nafs Al-lawamah, amarah, dan mutmainnah.
c.Qalb
Kata qalb terambil dari kata yang bermakna “membalik”. Karena sering kali ia berbolak-balilk, terkadang senang, kadang kala setuju kadang kala menolak. Qalb amat ber potensi untuk tidak konsiten. Al-qur’an pun menggambarkan demikian, ada yang baik ada juga yang sebaliknya.al-qur’an juga menjelaskan bahwa, kata qalb dapat diartikan dengan wadah ( alat ), dilukiwskan pula dengan fuad ( Q.S. 6:125 ).
d. Ruh
Berbicara tentang ruh , al-qur’an mengingatkan kita akan firman-Nya yang artinya:
dan mereka bertanya kepadammu tentang ruh. Katakanlah bahwa ruh itu urusanku., kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit “ ( Q.s. 17:85 ).
Dengan demikian terlihat bahwa al-qur’an berbicara tentang ruh dalam beraneka ragam, sehingga sungguh sulit untuk menetapkan maknanya apalagi berbicara tentang subtansinya.
e. Aql
Kata Aql ( akal ) tidak ditemukan dalam Al-qur’an, yang ada adalah untuk kata kerja masa kini, dan lampau. Kata tersebut dalam bahasa arab berarti tali pengikat, penghalang. Al-qur’an menggunakanya bagi suatu yang mengungkap atau yang meng halangi seorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa.
Kata aql mengandung arti sebagai:
  1. Dorongan untuk memahami dan menggambarkan sesuatu.

  1. Doronngan Moral.
  2. Daya untuk mengambil pelajaran dfan kesimpulan serta hikmah.

  1. Ciri-ciri manusia dalan pandangan Al-qur’an
      Cara memecahkanya dapat merujuk pada Al-qur’an dan Al-hadist. Menurut Hanna Djumhana Bastaman sebagaimana dikutip oleh jamaludin ancok, mengatakan waasan Islam mengenai manusia banyak sekali sumbernya khususnya dalam Al-qur’an yang diriwayatkan melalui kisah-kisah Adam AS.Dari sana dapatlah dikatahui bahwa bahwasanya manusia itu memiliki potensi-potensi yang meliputi:
  1. Manusia itu memiliki Derajat yang lebih tinggi sebagai khalifah Allah.
  2. Manusia tidak mengandung Dosa asal atau Dosa turunan.
  3. Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi;fisik-biologis, Mental psikis, sosio-kultural dan spiritual.
  4. Dimensi spiritual( rohani,ruh-ku ) memungkinkan manusia mengadakan hubungan dan mengaenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya.
  5. Manusia memiliki kebebasan berkehendak ( freedom of will ) yang memungkinkan manusia untuk secara sadar mengarahkan dirinya kearah keluhuran atau kearah kesesatan.
  6. Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akal itu mengembangkan ilmu dan peradaban.
  7. Manusia tidak di benarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk-Nya.
Selain potensi-potensi tersebut diatas, maka kita dapat mengenal manusia dan membedakanya  dari mahkluk-mahkluk yang lain melalui ciri-cirinya.diantara ciri-ciri tersebut:
  1. Manusia mempunyai raga dengan bentuk yang sebaik-baiknya, dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya ini diharapkan manusia menjadi bersyukur kepada Allah ( Q.S. Anhl:78 ).
  2. Manusia itu sebaik dari segi fitrah.
  3. Ruh. Dalm Al-quran secara tegas menyatakan bahwa kehidupan manusia tergantung pada wujud ruh dan badan.
  4. Kebebasan, kemauan atau kehendak, yaitu kebebasan untuk memilih tingkah laku sendiri, kebaikan atau keburukan.
  5. Akal. Akal dalam islam bukan otak tapi daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Dan akal mempunyai ikatan tiga unsur yakni pikiran, perasaan dan kemauan.
  6. Nafs. Nafs atau nafsu sering kali dikaitkan dengan gejolak atau dorongan yang terdapat dalam diri manusia.

III. KESIMPULAN
      Dalam Al-quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah sempurna kejadianya, tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-nya. Dan Al-qur’an banyak membicarakan manusia, diantaranya yang dibahas adalah mengenai sifat-sifat dan potensinya. Dan Allah memberikan beberapa potensi kepada manusia, diantaranya :
1.      Potensi untuk mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam.
2.      Pengalaman hidup disurga, baik yang berhubungan dengan keculkupan dan kenikmatanya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya. Petunjuk-petunjuk Agama.
Selain unsur tanah dan ruh sebenarnya ada unsur lainnya yang juga terdapat dalam diri manusia yang juga dapat mendukung potensi, dan diantara unsur tersebut antara lain adalah Fitrah, Nafs, Qolb, dan Ruh, yang biasanya disebut ammaterial.










IV. PENUTUP
            Demikianlah makalah yang saya tulis, mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya dan seluruh umat manusia. Dalam penulisan ini penulis sadar bahwa manusia itu tempatnya luput dan dosa, apabila penulis dalam menulis makalah ini ada kesalahan dan keliruan atau pun menyinggung bagi pembaca, kami sebagai penulis mohon maaf dan kritikan, guna untuk memperbarui ataupun dalam pembuatan makalah berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh-Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi suatu pengantar, Jakarta: kencana,
Ancok, J. dan surono, FN., 1995, Psikologi Islam, yokyakarta: pustaka belajar.



[1] Dinyatakan oleh Bergson
[2] Dikatakan oleh A. Carrel

0 Response to "PSIKOLOGI MANUSIA DALAM ISLAM"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel