PSIKOLOGI MANUSIA DALAM ISLAM
Monday, July 29, 2013
Add Comment
PSIKOLOGI
MANUSIA DALAM ISLAM
I. PENDAHULUAN
“Apakah dan siapakah manusia ”, pertanyaan ini selalu
menarik perhatian manusia untuk dijawab oleh manusia sepanjang zaman. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut para filosof dan ilmuan mencoba membangun konsep apakah
dan siapakah manusia dalam kenyataan, jawaban atas pertanyaan ini selalu
mengundang kelemahan karena keterbatasan manusia dalam memahami siapa dirinya,
dan sesamanya.keterbatasan manusia untuk memehami tentang dirinya disebabkan:
- Pembahasan
tentang manusia terlambat dilakukan karena pada mulanya perhatian manusia
hanya tertuju pada penelitian tentang materi.
- Ciri khas
akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks
(tidak mampu mengetahui hakekat hidup)[1]
- Multikomleksnya masalah manusia[2]
satu-satunya jalan yang dapat digunakan untuk mengenal dengan baik
siapa itu manusia, adalah merujuk kepada wahyu Ilahi, agar kita dapat menemukan
jawabannya.
II. PEMBAHASAN
A. Pandangan islam tentang
manusia
1. Istilah manusia dalam Al-qur’an
Satu dari sekian permasalahan yang dibahas dalam
Al-qur’an yang acapkali menjadi bahan kajian yang sering dinilai secara
spekulatif,yang didasarkan pada pandangan yang sangat subyektif dan tidak
didasarkan pada pegangan yang benar-benar yang bisa dipercaya yakni konsep
tentang manusia. Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata
merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada allah
melalui al-qur’an, lewat alqur’anlah
memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Oleh karnanya, kalau kita ingin
tahu manusia lebih nyata, benar dan sungguh-sungguh, maka al-qur’an memberikan
tenteng manusia sebagai berikut:
- Menggunakan
kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insane,ins, atau
unas.
- Menggunakan kata basyar.
- Menggunakan
kata bani adam, dan zuriyah adam.
Kata basyar terambil dari kata
yang pada mulanya berarti “ manampakkan sesuatu dengan baik dan indah “.dari
akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai
basyar karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang
lain. Proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga
mencapai tahap kedewasaan. Sebagai mana dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al-ruum
ayat 20 “ dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ( allah ) menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu
menjadi basyar kamu bertebaran”.
Kata Insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harminis, dan
tampak. Kata insan digunakan al-quran
untuk menunjukkan kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga.
Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain. Akibat perbedaan fisik,
mental dan kecerdasan ( shihab, 1996 ).
2. Produksi dan reproduksi manusia
Al-quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari
tanah, kemudian setelah sempurna kejadianya, tuhan menghembuskan kepadanya ruh
ciptaan-nya ( Q.S. 38:71-72 ). Dan dengan ruh dia diantar kearah tujuan non materi yang tak berbobot dan
bersubstansi dan tak dapat diukur di labolatorium atau bahkan dikenal oleh alam
material.
Al-qur’an menguraikan produksi dan reproduksi
manusia ketika berbicara entang penciptaan manusia pertama, Al-qu’an menunjukan
kepada sang pencipta dengan manggunakan penggantian nama tunggal. Untuk hal ini
diterangkan dalam Q.S. shaad ayat 71 “
sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah “. Penciptaan manusia
secara umum, melalui proses keterlibatan tuhan bersama selain-Nya yaitu ibu dan
bapak. Keterlibatan ibu dan bapak empunyai pengaruh bentuk fisik dan psikis
manusia.
Al-qu’an tidak menguraikan secara rinci proses
penciptaan adam sebagi nmanusia pertama. Al-qua’an
menyampaikan bahwa:
- Awal manusia adalah dari tanah
- Bahan Tersebut Disempurnakan.
- Setelah proses penyempurnaan selesai, sitiupkan kepadanya ruh ilahi (Q.S Al-hijer: 28-29 dan shad: 71-72).
3. Potensi manusia dalam al-qur’an
Al-qur’an banyak membicarakan manusia, diantaranya yang
dibahas adalah mengenai sifat-sifat dan potensinya. Al-quran banyak sekali
mengungkap, memuja dan memuliakan manusia. Seperti pernyataan tentang
diciptakanya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaiman di ungkapkan
terdahulu bahwa sanya manusia diciptakan dari tanah setelah melalui proses yang
disempurnakan dan ditiupkan padanya ruh dari tuhanya. Dari sini jelas bahwa
manusia jelas merupakan kesatuan dua unsur pokok yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainya,
karena bila dipisahkan maka ia bukan manusia lagi.
Potensi manusia sebagaimana dijelaskan oleh Al-qur’an
melalui kisah adan dan hawa (Q,S. 2: 30-39) bahwasebelum kejadian adam, Allah telah
merencanakan agar manusia memimkul tanggung jawab kekolifahan dibumi. untuk
maksud tersebut allah memberikan akal dan rohani. Dengan akal dan rohani inilah allah memberikan
beberapa potensi kepada manusia, diantaranya :
- Potensi
untuk mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam.
- Pengalaman hidup disurga, baik yang berhubungan dengan keculkupan dan kenikmatanya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya. Petunjuk-petunjuk Agama.
Potensi-potensi itulah yang
diberikan tuhan kepada manusia, yang menjadikanya berbeda dengan majhluk-mahluk
lainya.
- Fitrah
Dari segi bahasa, kata fitrah
terambil dari kata fatrh yang berarti belahan, dan dari makna ini lahir dari
makna-makna lain yakni’ penciptaan atau kejadian’ selanjuknya dipahami juga
bahwa fitrah adalah bagian dari khalq ( penciptaan Allah ).
- Nafs
Kata Nafs dalam Al-qur’an: mempunyai
aneka makna, ada yang diartikan sebagai totalitas manusia, ada juga yang
mengartikan sebagai tingkah laku yang ada dalam diri manusia ( Q.S. al-Ra’d:11
).”sesungguhnya Allah tidak akan merubah
keadaan suatu masyarakat, sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri
mereka”. kata Nafs juga digunakan untuk menunjuk kepada diri tuhan ( q.s
al-an’am :12) “ Allah mewajibkan kepada dirinya menganugrahkan rahmat “.
Al-qur’an juga mengisyaratkan keanekaragaman Nafs serta
peringkat-peringkatnya, secara eksplisit yang terdiri dari, nafs Al-lawamah,
amarah, dan mutmainnah.
c.Qalb
Kata qalb
terambil dari kata yang bermakna “membalik”. Karena sering kali ia
berbolak-balilk, terkadang senang, kadang kala setuju kadang kala menolak. Qalb
amat ber potensi untuk tidak konsiten. Al-qur’an pun menggambarkan demikian,
ada yang baik ada juga yang sebaliknya.al-qur’an juga menjelaskan bahwa, kata
qalb dapat diartikan dengan wadah ( alat ), dilukiwskan pula dengan fuad ( Q.S.
6:125 ).
d. Ruh
Berbicara
tentang ruh , al-qur’an mengingatkan kita akan firman-Nya yang artinya:
“dan mereka bertanya kepadammu tentang ruh. Katakanlah bahwa ruh itu
urusanku., kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit “ ( Q.s. 17:85 ).
Dengan demikian terlihat bahwa
al-qur’an berbicara tentang ruh dalam beraneka ragam, sehingga sungguh sulit
untuk menetapkan maknanya apalagi berbicara tentang subtansinya.
e. Aql
Kata Aql ( akal ) tidak ditemukan dalam
Al-qur’an, yang ada adalah untuk kata kerja masa kini, dan lampau. Kata
tersebut dalam bahasa arab berarti tali pengikat, penghalang. Al-qur’an
menggunakanya bagi suatu yang mengungkap atau yang meng halangi seorang
terjerumus dalam kesalahan atau dosa.
Kata aql mengandung arti
sebagai:
- Dorongan
untuk memahami dan menggambarkan sesuatu.
- Doronngan Moral.
- Daya untuk mengambil pelajaran dfan kesimpulan serta hikmah.
- Ciri-ciri
manusia dalan pandangan Al-qur’an
Cara memecahkanya dapat merujuk pada Al-qur’an dan Al-hadist.
Menurut Hanna Djumhana Bastaman sebagaimana dikutip oleh jamaludin ancok, mengatakan
waasan Islam mengenai manusia banyak sekali sumbernya khususnya dalam Al-qur’an
yang diriwayatkan melalui kisah-kisah Adam AS.Dari sana dapatlah dikatahui
bahwa bahwasanya manusia itu memiliki potensi-potensi yang meliputi:
- Manusia itu memiliki Derajat yang lebih tinggi sebagai khalifah Allah.
- Manusia tidak mengandung Dosa asal atau Dosa turunan.
- Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi;fisik-biologis, Mental psikis, sosio-kultural dan spiritual.
- Dimensi spiritual( rohani,ruh-ku ) memungkinkan manusia mengadakan hubungan dan mengaenal tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya.
- Manusia memiliki kebebasan berkehendak ( freedom of will ) yang memungkinkan manusia untuk secara sadar mengarahkan dirinya kearah keluhuran atau kearah kesesatan.
- Manusia memiliki akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akal itu mengembangkan ilmu dan peradaban.
- Manusia
tidak di benarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk-Nya.
Selain potensi-potensi tersebut
diatas, maka kita dapat mengenal manusia dan membedakanya dari mahkluk-mahkluk yang lain melalui
ciri-cirinya.diantara ciri-ciri tersebut:
- Manusia mempunyai raga dengan bentuk yang sebaik-baiknya, dengan rupa dan bentuk yang sebaik-baiknya ini diharapkan manusia menjadi bersyukur kepada Allah ( Q.S. Anhl:78 ).
- Manusia itu sebaik dari segi fitrah.
- Ruh. Dalm Al-quran secara tegas menyatakan bahwa kehidupan manusia tergantung pada wujud ruh dan badan.
- Kebebasan, kemauan atau kehendak, yaitu kebebasan untuk memilih tingkah laku sendiri, kebaikan atau keburukan.
- Akal. Akal dalam islam bukan otak
tapi daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Dan akal mempunyai ikatan tiga unsur yakni
pikiran, perasaan dan kemauan.
- Nafs.
Nafs atau nafsu sering kali dikaitkan dengan gejolak atau dorongan yang
terdapat dalam diri manusia.
III. KESIMPULAN
Dalam
Al-quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian setelah
sempurna kejadianya, tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-nya. Dan
Al-qur’an banyak membicarakan manusia, diantaranya yang dibahas adalah mengenai
sifat-sifat dan potensinya. Dan Allah memberikan beberapa potensi kepada
manusia, diantaranya :
1. Potensi untuk
mengetahui nama-nama dan fungsi benda-benda alam.
2.
Pengalaman hidup disurga, baik yang berhubungan
dengan keculkupan dan kenikmatanya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya. Petunjuk-petunjuk Agama.
Selain unsur tanah dan ruh sebenarnya ada unsur lainnya
yang juga terdapat dalam diri manusia yang juga dapat mendukung potensi, dan
diantara unsur tersebut antara lain adalah Fitrah, Nafs, Qolb, dan Ruh, yang
biasanya disebut ammaterial.
IV. PENUTUP
Demikianlah makalah
yang saya tulis, mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya dan seluruh umat
manusia. Dalam penulisan ini penulis sadar bahwa manusia itu tempatnya luput
dan dosa, apabila penulis dalam menulis makalah ini ada kesalahan dan keliruan
atau pun menyinggung bagi pembaca, kami sebagai penulis mohon maaf dan
kritikan, guna untuk memperbarui ataupun dalam pembuatan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh-Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi suatu pengantar, Jakarta : kencana,
Ancok, J. dan surono, FN.,
1995, Psikologi Islam, yokyakarta:
pustaka belajar.
0 Response to "PSIKOLOGI MANUSIA DALAM ISLAM"
Post a Comment