PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN

Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah dibaiat menjadi khalifah pertama, melakukan pemberantasan terhadap orang-orang yang murtad, pembangkang zakat, dan mengaku nabi. Disamping itu, beliau menerima gagasan untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mashaf demi kemurnian dan kelanggengan Al-Qur’an. Sebab, saat itu orang-orang yang hafal Al-Qur’an semakin berkurang akibat gugur di medan perang. Setelah situasi dan kondisi Negara dipandang teratur dan aman, maka Abu Bakar segera berusaha mengembangkan Islam ke luar negeri. Usaha perluasan ke luar negeri, ditujukan ke Syiria dan Persia.

Untuk usaha perluasan Islam ke Syiria yang dikuasai oleh Romawi timur di bawah pimpina Kaisar Heraklius, Abu Bakar menugaskan 4 panglima perang. Yaitu:
  • Yazid bin Abu Shofyan, ditempatkan di Damaskus.
  • Abu Ubaidah bin Jarrah, ditugaskan di Homs dan sebagai panglima besarnya.
  • Amr bin Ash, ditugaskan di Palestina.
  • Surahbil bin Hasanah, di Yordan.

Sebenarnya pengembangan Islam ke Syiria ini sudah dimulai sejak ketika Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun berhenti, karena pasukan mendengar berita kewafatan Nabi. Dimasa Abu Bakar, usaha perluasan ini dilanjutkan lagi. Usaha perluasan yang dipimpin oleh 4 panglima ini diperkuat lagi dengan datangnya Khalid bin Walid beserta 1.500 pasukan dan dibantu oleh Mutsana bin Haritsah. Khalid bin Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah Irak dan Persia. Karena didengar oleh Abu Bakar bahwa Abu Ubaidah mengalami kewalahan dalam menghadapi pasukan Romawi timur di Syiria, lalu Khalid bin Walid diperintahkan untuk membantunya.

Di tengah berkecamuknya perang melawan Romawi ini, datang berita kewafatan Abu Bakar (tahun 13 H/ 634 M). dan kekhalifahan dipegang oleh Umar bin Khattab.

Dalam pemerintahan Umar bin Khattab, beliau melanjutkan pengembangan Islam yang sudah dilaksanakan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya, sehingga mendapatkan kemenangan atas tentara Romawi di Ajnadin pada tahun 16 H/636 M dan beberapa kota di pesisir Syiria dan palestina, seperti Jaffa, Gizer, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon, dan Beirut. Kemudian Umar meneruskan penaklukan ke Baitul Maqdis. Kota ini dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patriak kepada Umar bin Khattab.

Khalifah Umar bin Khattab melanjutkan perluasan dan pengembangan Islam ke Persia yang sudah dimulai sejak zaman Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam dalam perluasan daerah ke Persia di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota, yaitu Kadesia tahun 16 H/636 M, Jalula tahun 17 H/638 M, Madain 18 H/639 M dan Nahawand tahun 21 H/642 M.

Khalifah Umar bin Khattab juga mengembangkan kekuasaan ke Mesir yang saat itu penduduk Mesir (bangsa Qibthi) sedang mendapatkan penganiayaan dari orang Romawi dan sangat mengharapkan bantuan dari orang Islam. Setelah berhasil menaklukan Syiria dan Palestina, Khalifah Umar bin Khattab memberangkatkan sebanyak 4.000 pasukan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Pertama-tama yang ditundukkan adalah pintu gerbang El-Arisy, lalu berturut-turut al-Farma, Bilbis, Tendonius (Ummu Dunain), Ain Syams, dan juga berhasil merebut benteng Babil dan Iskandariyah.

Umar bin Khattab, Khalifah yang pertama  kali menertibkan pemerintahan dengan undang-undang. Diadakannya undang-undang yang mengatur ketertiban pasar dan ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain. Umar juga mengadakan pembagian daerah pemerintahan menjadi pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Sebagai pemimpin pemerintahan pusat adalah dalam Khalifah. Sedang pemimpin pemerintahan daerah, adalah para gubernur sebagai pembantu Khalifah dalam menjalankan pemerintahan. Diantaranya dewan perbendaharaan Negara dan Dewan Militer. Umar juga membentuk urusan kehakiman, di mana hakim yang paling masyhur pada waktu itu Ali bin Abu Thalib.

Khalifah Umar wafat akibat ditikam budak Mughirah bin Syibah yang bernama Fairuz yang terkenal dengan julukan Abu Lu’luah. Beliau ditikam dengan pisau tiga kali ketika sedang shalat jamaah shubuh di Masjid Madinah.

Selanjutnya, perkembangan dan perluasan Islam diteruskan Khalifah ketiga, yaitu Utsman bin Affan. Pada masa Utsman, seluruh daerah Persia telah ditaklukkan. Demikian pula Tebristan, Azerbizan, dan Armenia. Apalagi setelah dibangun armada laut, dapat direbutnya Asia kecil, pesisir Laut Hitam, Cyprus, Rhadus, Afrika (Tunis) dan Nabia. Khalifah Utsman mempunyai perasaan sangat halus, dermawan dan jujur ini dalam pemerintahan telah menumpas pemberontakan dan penyelewengan yang terjadi di Azerbian dan Rai yang tidak mau membayar pajak, di Iskandariyah, dan di Persi. Dalam pemerintahannya, banyak terjadi pemborosan uang Negara dan menghidupkan rasa kesukuan, dimana beliau berasal dari suku Bani Umayyah. Hal ini berakibat fatal baginya, sehingga beliau wafat ketika banyak pemblokade rumahnya dan akhirnya menyerbu dan membunuhnya.

Selanjutnya, kekhalifahan dipegang oleh Khalifah keempat, yaitu Ali bin Abi Thalib. Pada masa Ali ini timbul beberapa gerakan yang menentang pemerintahan. Karena itu, selama memerintah, beliau banyak mencurahkan perhatiannya pada pembangunan dan penertiban keadaan dalam negeri, Khalifah Ali mempunyai watak pemberani, pandai memanah dan memainkan pedang, ahli hokum agama. Beliau selalu ikut dalam semua perang besar masa Rasulullah kecuali perang Tabuk. Dalam pemerintahannya, beliau melakukan pergantian para Gubernur yang diangkat oleh Utsman. Tindakan ini menimbulkan beberapa akibat, diantaranya muncul tiga golongan (golongan Ali, golongan Muawiyah dan golongan Aisyah, Zubair dan Thalhah), meletusnya perang Jamal, perselisihan antara Ali dan Muawiyah, dan terjadi perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin ini, muncullah Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah kelompok yang keluar dari golongan Ali karena tidak setuju dengan kebijaksanaan Ali memberhentikan perang Shiffin di saat pihaknya merasa hamper menang, disamping tidak setuju diadakannya pertemuan perdamaian dengan pihak Muawiyah di Daumatil Jandal, yang terkenal dengan peristiwa Majlis Tahkim Daumatil Jandal. Sedangkan Syi’ah adalah golongan yang tetap loyal terhadap Ali.

Ada beberapa orang Khawarij yang beranggapan bahwa pangkal kekacauan di kalangan umat Islam ini adalah tiga orang imam, yakni Ali, Muawiyah dan Amru bin Ash. Karena itu, mereka harus dibunuh. Ada tiga orang Khawarij yang bertugas membunuh mereka, yaitu Abd. Rahman bin Muljani bertugas membunuh Ali dan berhasil, Barak bin Abdullah bertugas membunuh Muawiyah dan tikamannya hanya mengenai pinggul dan tidak meninggal, bahkan Barak sendiri dibunuh, sedangkan Amir bin Bakri bertugas membunuh Amr bin Ash dan tidak berhasil karena tidak hadir mengimami shalat, sehingga yang terbunuh adalah wakilnya.

Selama masa khulafaurrasyidin, kebudayaan mengalami kemajuan, seperti munculnya seni sastra dan seni bangunan, yang meliputi seni bangunan sipil (seperti pembuatan gedung), seni bangunan agama (seperti pembangunan masjid), dan seni bangunan militer (seperti pembangunan benteng pertahanan). Sedangkan departemen yang dibentuk, antara lain adalah Al-Nidham Al-Siyasi (menangani masalah politik), An-Nidham Al-Idari (menangani administrasi negara), Al-Nidham Al-Mali (menangani keuangan dan ekonomi negara), An-Nidham Al-Harbi (menangani angkatan perang dan perlengkapannya), An-Nidham Al-Qadha’ (menangani masalah kehakiman).

Related Posts

0 Response to "PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel